JAKARTA, KOMPAS — Warga turut menjunjung tinggi sportivitas saat menyaksikan lomba maraton Asian Games 2018. Meskipun lomba tidak diikuti atlet Indonesia, mereka turut bersemangat saat pelari maraton melewati wilayah mereka.
Sekitar pukul 06.35, sebelas pelari yang berada di rombongan terdepan pada putaran pertama maraton, yang bergerak dari kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, tiba di kawasan Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat. Sebagian warga yang turut menyaksikan rombongan pelari sempat heran saat tidak menemukan atlet Indonesia untuk maraton putri. Namun, hal tersebut tidak mengurangi antusiasme mereka melihat pelari asal mancanegara melewati kawasan tempat tinggal mereka.
Iwan, warga yang turut menyaksikan rombongan pelari di Jalan Hayam Wuruk, mengatakan, dirinya mendukung pelari Jepang yang baru saja melewatinya. Walau tidak tahu nama rombongan pelari satu per satu, Iwan mengagumi stamina atlet yang sudah berlari maraton dengan jarak cukup jauh.
”Pokoknya (saya dukung) yang bernomor 449, sejak tadi saya lihat lari dan staminanya bagus,” kata Iwan.
Dari rombongan tersebut, Keiko Nogami, pelari asal Jepang bernomor dada 449 itu sempat memimpin rombongan pada putaran pertama dengan diikuti beberapa pelari lainnya. Dalam pertandingan itu, ada 19 pelari yang terdaftar dari sekitar 11 negara di Asia, meliputi Filipina, Thailand, Bahrain, Korea Selatan, Korea Utara, Jepang, Kyrgyztan, Mongolia, Kyrgyztan, China, dan Hong Kong.
Begitupun hingga atlet berputar di kawasan Mangga Besar dan memasuki Jalan Gajah Mada, tampak rombongan atlet yang memimpin pada menit 43:07 yaitu Keiko Nogami, Munkhzaya Bayartsogt (Mongolia), dan Kyungsun Choi (Korea), diikuti sembilan pelari lainnya.
Lain dengan Antoni Nata, warga Jakarta Utara yang menggemari lari maraton, justru menjagokan Rose Chelimo, pelari berkulit hitam asal Bahrain, karena tampil prima dan berbeda dengan peserta lainnya. Sejak berputar di Jalan Gajah Mada, Rose yang sempat berada sedikit di belakang rombongan tiba-tiba beriringan dengan perserta terdepan setelah melewati zona KM 10.
Memasuki putaran kedua, warga yang menonton sangat mudah dikondisikan saat para pelari mulai masuk kawasan KM 30. Setelah warga menyingkir dari badan jalan, pelari Rose mulai tampak dari kejauhan berlari sendirian dengan hitungan waktu 1:51:56 yang ditunjukkan pada mobil penampil waktu maraton.
Kedatangan sejumlah pelari yang mulai saling berpisah rombongan pada putaran kedua disambut oleh warga dengan beragam ucapan semangat. Begitupun saat ada pelari yang sempat berhenti di zona KM 30, warga turut menyemangati Khishigsaikhan Galbadrakh, pelari asal Mongolia.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Pusat, Ajun Komisaris Besar Juang Andi Priyanto turut mengapresiasi ketertiban warga yang berada di sekitar kawasan pertandingan lari maraton. "Secara umum warga kooperatif, hanya ada sebagian warga yang ingin menyeberang namun tidak tepat waktu saqt pelari akan melintas," kata Juang.
Sebagian warga lainnya, juga turut antusias dengan Jalan Hayam Wuruk-Gajah Mada yang sedang dikosongkan. Iis, warga Kelurahan Krukut, dapat beraktivitas sambil membawa cucunya ke badan jalan yang lapang tanpa khawatir.
Teddy, warga Kelurahan Keagungan, juga merasa udara di kawasannya jadi lebih bersih. "Warga juga jadi lebih kondusif untuk diatur, mungkin karena jalannya tidak bikin sumpek," ujarnya.
Pertandingan itu berakhir dengan Rose Chelimo sebagai peraih medali emas, sementara Keiko Nogami meraih medali perak, serta Kim Hye Song dari Korea Utara mendapat medali perunggu. (ADITYA DIVERANTA)