PALEMBANG, KOMPAS – Enam Srikandi boling Indonesia tak mampu menahan uraian air mata seusai menyelesaikan laga final boling regu enam putri di Arena Boling Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (24/8/2018). Pasalnya, nomor tersebut digadang-gadang untuk menyumbangkan medali bagi Indonesia. Sayangnya, mereka yang sempat merangsek ke posisi empat besar akhirnya turun ke posisi kelima.
Pada final boling regu enam putri ini, Indonesia menurunkan Sharon Adelina Liman Santoso, Putty Insavilla Armein, Alisha Nabila Larasati, Aldila Indryati, Nadia Pramanik Nuramalina, dan Tannya Roumimper. Dalam laga blok pertama atau tiga gim pertama, atlet-atlet Indonesia gagal menunjukkan permainan terbaik di gim pertama.
Untuk itu, ada dua atlet yang gagal tembus skor 200, yakni Aldila dengan skor 188 dan Alisha dengan skor 197. Akibatnya, tim terlambat melakukan kejutan di awal laga. Tim baru bisa bermain lebih baik di gim kedua, di mana hanya satu atlet yang tidak tembus skor 200, yakni Alisha dengan skor 188.
Sayangnya, permainan tim Indonesia kembali kurang optimal di gim ketiga. Tiga atlet gagal tembus skor 200, yakni Alisha dengan skor 167, Tannya dengan skor 180, dan Putty dengan skor 192.
Indonesia kembali bangkit dan bermain lebih baik di blok kedua atau tiga gim terakhir. Pada gim keempat, hanya satu atlet yang gagal tembus skor 200, yakni Aldila dengan skor 187. Adapun di gim kelima, tidak ada atlet yang gagal meraih skor 200. Untuk itu, saat gim kelima, posisi Indonesia sempat naik ke peringkat keempat dan nyaris masuk tiga besar.
Akan tetapi, memasuki gim keenam atau gim terakhir, performa Indonesia kembali menurun. Setidaknya, pada gim tersebut, dua atlet Indonesia kembali gagal menembus skor 200, yakni Sharon dengan skor 191 dan Alisha dengan skor 196. Hasil tersebut membuat tim turun ke peringkat kelima.
Secara keseluruhan, tim Indonesia duduk di peringkat kelima dengan skor 7.950. Skor mereka terpaut jauh dengan Korea Selatan yang meraih emas dengan skor 8.338, Malaysia peraih perak dengan skor 8.149, tetapi tidak begitu jauh dengan Taiwan yang meraih perunggu dengan skor 7.969.
Pasca pertandingan, enam Srikandi boling Indonesia itu tak kuasa menahan tangis. Semuanya tersedu-sedu meneteskan air mata. Mereka saling berpelukan karena tak kuasa menahan haru. Beberapa anggota keluarga, manajer tim, pelatih, serta rekan-rekan atlet boling berusaha menguatkan mereka berenam.
Kesedihan mendalam itu terjadi kemungkinan karena nomor tersebut sejatinya salah satu andalan Indonesia untuk meraih medali, termasuk emas. ”Sedih sekali. Kami tadi yakin bisa menyumbangkan medali untuk Indonesia. Tapi, ternyata, kenyataannya kurang baik. Kami gagal memberikan medali untuk Indonesia. Padahal, kami sudah berjuang dengan optimal,” ujar Aldila dengan mata yang masih memerah karena habis menangis.
Pola minyak lintasan
Manajer tim boling Indonesia di Asian Games 2018 Ronny Arnold Mandagi menjelaskan, kembali kegagalan Indonesia karena tidak bisa beradaptasi dengan baik dengan kondisi pola minyak lintasan, terutama di lintasan paling kanan. Pola minyak saat pertandingan tadi adalah long-medium, yakni long saat blok pertama dan medium saat blok kedua.
Saat blok pertama, mereka mengasah bola agar halus sehingga bisa lebih sesuai dengan pola minya long. Namun, memasuki blok kedua, mereka kesulitan beradaptasi lagi. ”Kondisi itu yang membuat anak-anak tidak optimal di blok kedua, terutama saat gim terakhir,” kata Ronny.
Permasalahan dengan pola minyak sejatinya dialami semua peserta. Hanya saja, ada peserta yang cepat beradaptasi dengan kondisi yang ada, sehingga tetap bisa memberikan hasil optimal.
Contohnya Malaysia, mereka menargetkan emas di nomor tersebut. Tetapi, dengan kondisi pola minyak yang ada, mereka akhirnya gagal meraih emas. Tapi, mereka tetap mendapatkan perak yang hasilnya tidak terlalu buruk. ”Masalah minyak itu dialami oleh semua peserta. Yang penting, kita harus cepat adaptasi dan coba terus bermain seoptimal mungkin,” tutur Shalin Zulkifli, atlet boling Malaysia.
Tetap optimistis
Sementara itu, Ronny melanjutkan, pihaknya tetap optimistis Indonesia bisa menyumbang medali di tiga nomor tersisa, yakni beregu enam putra pada Sabtu (25/8), serta master putri dan master putra pada Minggu (26/8). Bahkan, manajer dan pelatih boling Indonesia tetap yakin para atlet boling bisa meraih minimal satu emas. ”Yang sudah-sudah, atlet kita selalu memberikan kejutan di akhir-akhir. Sebab, mereka sudah lebih beradaptasi di akhir-akhir kejuaraan,” ujarnya.
Adapun dari final beregu enam putri, didapat dua atlet putri terbaik Indonesia yang akan berlaga di nomor master putri, yakni Nadia Pramanik Nuramalina dan Tannya Roumimper. Mereka berdua mewakili Indonesia karena meraih skor tertinggi di antara atlet putri lain saat nomor regu enam putri, yakni Nadia mencapai skor 1.494 dan Tannya dengan skor 1.383.
”Mereka adalah atlet boling putri terbaik Indonesia saat ini. Mereka juga sudah belajar banyak dari dua pertandingan kemarin (regu tiga putri dan regu enam putri). Untuk itu, saya yakin mereka berdua mampu memberikan hasil terbaik untuk Indonesia, bahkan medali,” ujar Aldila.