JAKARTA, KOMPAS - Dua hari menjelang berakhirnya pertandingan renang di Asian Games 2018, tim Indonesia belum mampu meraih satu pun medali dari cabang ini. Namun, para perenang muda Indonesia mendapat pelajaran penting dari persaingan dengan atlet-atlet kelas dunia demi perbaikan diri.
Inspirasi itu datang dari perenang Singapura, Joseph Schooling. Dia sudah meraih dua medali emas dari nomor 100 meter gaya kupu-kupu pada Rabu dan 50 meter gaya kupu-kupu, Kamis (23/8/2018). Pada nomor 50 meter gaya kupu-kupu, Schooling belum terbendung. Ia finis tercepat dan mengalahkan Wang Peng (China) dengan selisih waktu sangat tipis 0,04 detik.
Dua medali emas itu menjadi pembuktian bagi Schooling setelah kegemilangan di Olimpiade Rio de Janeiro. Dua tahun lalu, ia meraih medali emas 100 meter gaya kupu-kupu, sekaligus mencetak rekor dunia baru. Namun, setelah Olimpiade 2016, prestasinya sempat melorot. Schooling hanya meraih perunggu di nomor spesialisasinya itu pada Kejuaraan Dunia 2017.
”Anda tidak bisa selalu berada di puncak. Hal terpenting adalah, ketika gagal, Anda tetap berupaya keras berlatih dan terus meningkatkan diri. Inilah karakter juara,” ujar Schooling.
Upaya peningkatan diri, seperti Schooling, juga ditunjukkan Aflah Fadlan Prawira (20), perenang jarak menengah dan jauh Indonesia. Meskipun belum mampu menyumbang emas, atlet asal Jawa Barat itu mampu mempertajam rekor nasional di nomor 400 meter gaya bebas putra, Selasa lalu. Ia mencatatkan waktu 3 menit 53,01 detik atau 1,14 detik lebih baik dari rekornas sebelumnya yang dia ukir pada SEA Games 2017.
Ia berkata, dirinya kini mulai fokus memikirkan Olimpiade Tokyo 2020. ”Di sini (Asian Games) saya mendapatkan kesempatan berharga bertanding melawan para juara dunia, seperti Sun Yang dan (Keisuke) Hagino. Mereka punya target sendiri, begitu pun saya. Target saya adalah ke final dan itu telah tercapai. Saya ingin terus meningkatkan diri,” ujar Fadlan yang finis kedelapan di nomor 400 meter gaya bebas putra.
Kemarin, di Arena Akuatik, Kompleks Gelora Bung Karno, tim putri Indonesia di nomor 4x100 meter estafet gaya bebas finis keempat. Tim estafet putri Indonesia yang diperkuat Nurul Fajar, Anandia Evato, Patricia Hapsari, dan Adinda Larasati sebetulnya hanya menempati peringkat keenam dengan waktu 4 menit 11,63 detik. Namun, posisi mereka terdongkrak ke posisi empat setelah dua tim kuat, China dan Korsel, didiskualifikasi.
Padahal, China dan Korsel sempat finis masing-masing tercepat kedua dan ketiga. China dan Korsel didiskualifikasi karena saat pergantian perenang, perenang berikutnya telah start sebelum perenang di kolam menyentuh dinding. Hong Kong dan Singapura mendapatkan limpahan masing-masing medali perak dan perunggu. Adapun emas diraih Jepang dengan waktu 3 menit 54,73 detik, yang menjadi rekor baru Asian Games. (JON)