JAKARTA,KOMPAS – Meskipun berhasil mencapai target merebut satu medali emas pada Asian Games 2018, Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) tidak puas dengan pencapaian sebagian atletnya. Mereka akan mengevaluasi penampilan dan memangkas jumlah atlet agar pembinaan lebih fokus dan dapat menghasilkan medali lebih banyak.
Sampai akhir penyelenggaraan cabang taekwondo, Kamis (23/8/2018), tim Indonesia hanya mengumpulkan satu emas melalui Defia Rosmaniar dari nomor poomsae atau jurus. Para atlet nomor kyorugi atau pertarungan gagal menambah satu medalipun
“Kami memenuhi target satu emas dari poomsae melalui Defia Rosmaniar. Namun, kami belum puas dengan hasil dari tim kyorugi. Oleh karena itu, kami akan mengubah strategi pembinaan kyorugi agar dapat menghasilkan lebih banyak medali pada SEA Games 2019 dan Asian Games 2022,” kata Marciano Norman, Ketua Umum PBTI.
Menurut Marciano, ada beberapa atlet akan dicoret dari pelatnas karena jangkauan kakinya lebih pendek dengan rival-rival di kelasnya. Ada juga atlet yang akan kehilangan tempat karena tidak kunjung berkembang secara stamina dan kemampuan.
Hanya beberapa atlet senior yang dipertahankan untuk SEA Games 2019. Mereka akan lebih sering diikutkan ke berbagai turnamen internasional agar semakin matang dalam pertandingan.
“Perlu biaya besar untuk mengirimkan atlet ke berbagai turnamen internasional. Lebih baik kami mengirim sedikit atlet ke banyak turnamen agar mereka semakin matang dan pasti menghasilkan medali, daripada memiliki banyak atlet tetapi tidak ada yang meraih medali,” kata Marciano.
PBTI juga akan mulai memilih beberapa atlet yunior yang memiliki kaki panjang untuk dibina menuju ke Asian Games 2022 dan Olimpiade 2024. Hanya atlet dengan jangkauan panjang yang memiliki masa depan di taekwondo.
Pelatih tim taekwondo Indonesia Sun Jae Lee mengatakan, atlet kyorugi Indonesia memerlukan sangat banyak pengalaman bertanding di tingkat nasional dan internasional. Atlet Indonesia memiliki kualitas latihan yang sudah bagus, tetapi pengalaman internasional mereka masih kurang.
Pengalaman bertanding yang kurang membuat mental dan taktik atlet kurang terasah. Tanpa taktik yang bervariasi dan mental yang kuat, atlet-atlet Indonesia sulit untuk bersaing pada tingkat yang tertinggi.
“Atlet Korea Selatan, Thailand, dan Iran, sering bertanding ke luar negeri untuk mengasah kemampuan mereka. Dalam satu tahun mereka dapat bertanding ke turnamen internasional sampai lima atau enam kali. Mereka juga mempersiapkan diri untuk Asian Games 2018 sejak empat tahun lalu,” kata Sun Jae Lee.
Menurut Sun, Indonesia juga perlu menggelar kompetisi tingkat nasional setiap dua bulan atau tiga bulan sekali. Dengan demikian, para atlet benar-benar dimatangkan di kompetisi bukan di latihan saja.
Tanpa medali
Pada laga Kamis, taekwondoin Indonesia Dhean Titania Fajrin kalah pada babak 32 besar dari taekwondoin Taiwan Yu Ting Hung dengan skor 4-13. Dhean yang menjadi salah satu andalan Indonesia kesulitan untuk meraih poin meskipun bertarung dengan agresif.
“Saya sudah mengeluarkan permainan terbaik, tetapi belum dapat feel-nya. Saya belum tahu gaya permainan lawan sehingga banyak serangan yang gagal mendapat nilai,” kata Dhean.
Dhean dipanggil ke pelatnas sejak 2016. Selama berlatih di pelatnas, atlet berusia 20 tahun itu dikirim untuk berlatih di luar negeri sebanyak dua kali sampai tiga kali setahun.
“Saya berharap agar kami lebih sering dikirim untuk bertanding di luar negeri guna menambah pengalaman bertanding. Saya merasa perlu melihat dan melawan para atlet lain yang memiliki gaya tarung berbeda-beda agar dapat meningkatkan diri,” kata Dhean.
Sementara itu, taekwondoin Indonesia lainnya Muhammad Alwi juga kandas di babak 16 besar. Alwi kalah telak 5-26 dari taekwondoin Korea Selatan Lee Dae Hoon. Dengan kekalahan Alwi, tidak ada atlet taekwondo kyorugi Indonesia yang merebut medali.
Pada babak 32 besar, Alwi menang atas taekwondoin Timor Leste Arcenio Soares dengan skor 22-11. Namun, saat menghadapi taekwondoin Korsel, Alwi kesulitan merebut poin meskipun sudah bertarung dengan keras.
Alwi yang baru satu tahun bergabung ke pelatnas kalah dari sisi taktik dan pengalaman bertarung. Dae Hoon mencuri banyak angka dengan tendangan yang akurat dan serangan saat mereka berpelukan atau clinch.