Mutaz Essa Barshim dan Femi Ogunode Tidak Bertarung di Asian Games 2018
Oleh
korano nicolash lms
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Dua bintang atletik asal Qatar yang juga pemenang rekor Asia yakni atlet loncat tinggi Mutaz Essa Barshim (27) dan pelari Femi Ogunode (27) tidak ikut dalam Kontingen Qatar yang akan berlaga dalam Asian Games XVIII-2018 Jakarta-Palembang. Barshim karena cedera. Sedangkan Ogunode belum diketahui penyebab pastinya.
Hal tersebut disampaikan Manajer Tim atletik Qatar, Krug ketika ditemui Kompas saat mendampingi atletnya berlatih di Stadion Madya, Jakarta, Jumat (17/8) petang. Menurut Krug, Mutaz Essa Barshim, pemenang medali perak Olimpiade 2016 Rio dan medali emas Kejuaraan Atletik Dunia 2017 London, kini tengah dalam proses penyembuhan cedera angkle yang dialaminya sejak Juli lalu.
"Akan tetapi, kami masih punya banyak pelapis. Salah satunya, Mahamat Hamdi,” jelas Krug.
Kabar ini di luar perkiraan. Dalam peserta cabang atletik untuk Asian Games XVIII-2018 Jakarta-Palembang yang sempat diterima Kompas awal Agustus ini, Barshim masih tercantum dalam daftar atlet yang akan berlaga. Dilihat dari rekam jejaknya, Barshim diprediksi bakal meraih medali emas dalam ajang ini. Barshim punya lompatan terbaik, 2,43 meter atau hanya selisih 2 sentimeter dari rekor dunia milik atlet Kuba Javier Sotomayor, 2,45 m.
Selain Barshim, Krug juga menambahkan bahwa Femi Ogunode tidak akan ikut berlaga. Ogunode adalah peraih medali emas Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, dengan catatan waktu 9,93 detik
Krug tidak menjelaskan kenapa Ogunode, yang rekor Asia 100 meter-nya pada 2016 mencapai 9,91 detik, batal bertanding . Namun, ia mengatakan sudah menyiapkan andalan lainnya, Tosin Ogunode.
"Dia adik Femi” tutur Krug.
Pelatih Ternama
Hingga Jumat malam, sejumlah negara masih giat berlatih. Selain Qatar, latihan serupa dilakukan Uzbekistan, Kirgikstan serta Afganistan, yang datang lebih dahulu ketimbang tim lainnya.
Timnas atletik Indonesia juga tak ketinggalan. Sebagian atlet masih mengasah kemampuannya. Mereka antara lain Rio Maholtra dan Emilia Nova dari cabang olahraga lari gawang putra-putri, Saffwan Sanapiah dan Suwandi Wijaya (lompat jauh putra) dan Maria Londa (lompat jauh putri).
Ada juga Abd Hafiz (lempar lembing putra) dan Eki Febri Ekawati (tolak peluru putri), Idan Fauzan Richsan dan Teuku Tegar Abadi (lompat galah putra) dan Diva Renata Jayadi(lompat galah putri). Bahkan, lima sprinter terbaik Indonesia Boby Yaspi, Lalu Muhamad Zohri, Fadlin Ahmad, Eko Rimbawan serta Bayu Kertanegara, masih melatih kemampuannya.
Jumat malam itu juga terasa istimewa bagi para atlet. Harry Marra, pelatih terbaik dunia IAAF 2016 asal Amerika Serikat, ikut serta dalam latihan. Menurut Tigor M Tanjung, Sekjen PB PASI, Marra baru tiba di Indonesia Kamis (16/8) tengah malam.
Marra sempat memberikan petunjuk teknik secara detail kepada Hafiz untuk melakukan lemparan lembing yang benar.
“Sekali pun diberikan perubahan kecil untuk koreksi, tetapi hasilnya langsung terlihat. Lemparan saya makin jauh," kata Hafiz.
Masukan lainnya diberikan Marra pada Eki Febri. Marra mengingatkan Eki lebih menekuk lutut kaki kanannya sebagai awalan sebelum melakukan tolakan serta membuang kaki kiri dengan lebih bertenaga. Semuanya, kata Marra, harus dilakukan dalam satu kesatuan irama dari awal hingga akhir tolakan.
Hasilnya, tolakan Eki mampu melebihi bendera yang sudah dipasang pelatihnya. Eki sendiri kepada Kompas mengakui kalau perubahan kecil yang diberikan Marra memang langsung berpengaruh besar pada tolakannya.
Kepada Lalu Muhamad Zohri, peraih medali emas di Kejuaraan Dunia Atletik IAAF U20, Marra juga mengingatkan agar menambah tekanan kaki kiri ke blok start dengan lutut yang semakin menukik ke lintasan lari.
"Lalu, ada satu hal saja yang kurang waktu di Kejuaraan Dunia Atletik IAAF U20 Finlandia. Kami tidak membawa bendera,” tutur Harry bekelakar, disambut senyum Lalu dan rekan tim estafetnya.
Saffwan Sanapiah juga ikut dievaluasi. “Dia menggunakan berapa kali kaki kiri. Delapan kali, tujuh kali atau malah sembilan kali,” kata Marrakepada Arya Yuniawan, pelatih Saffwan.
Kalau 9 kali kaki kiri, harusnya bisa melakukan lompatan dengan hasil yang lebih jauh. “Tetapi kalau memang baru dilakukan, tidak apa. Dengan hasil lompatan terbaik yang sudah ada saja sudah baik itu. Yang penting kamu nyaman melakukannya,” tutur Marra.