Lanskap dan Tata Ruang Sekitar Arena Jakabaring Perlu Dibenahi
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS – Persiapan sejumlah arena pertandingan Asian Games Jakarta-Palembang 2018 di Palembang hampir rampung. Praktis yang belum tuntas adalah penataan lanskap di halaman dan tata ruang arena. Selain agar sedap dipandang, lanskap dan tata ruang yang baik penting untuk keleluasaan pergerakan orang, terutama penonton, atlet, serta ofisial.
Hal itu terlihat di Arena Boling dan Arena Menembak, Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, Rabu (15/8/2018). Arena boling misalnya, perlengkapan pertandingan sudah siap terpasang. Para atlet, terutama tim Indonesia sudah mulai berlatih dengan fasilitas tersebut.
Namun, lanskap di halaman dan tata ruang di dalam arena masih berantakan. Di luar arena, sejumlah tenda masih dikerjakan sampai sekarang. Demikian pula gerai tenda masih dibangun. Adapun parkiran kendaraan masih tak teratur, antara sepeda motor dan mobil bercampur sehingga tampak kacau.
Di dalam arena, alat pemeriksa tas dan detektor metal teronggok belum diaktifkan. Beberapa ruang untuk panitia maupun ofisial juga masih berantakan. Sejumlah perlengkapan untuk setiap ruang itu masih bertumpuk-tumpuk. Bahkan, pin boling baru untuk pertandingan juga ikut ditumpuk-tumpuk. Akibatnya, suasana terlihat semrawut.
Manajer Kompetisi Boling di Asian Games 2018 Aswin Limansantoso ditemui, Rabu, mengatakan, untuk urusan lanskap dan tata ruang, itu menjadi tanggungjawab bagian overlay Inasgoc. Pihaknya lebih banyak bertanggungjawab ke penyiapan peralatan untuk pertandingan. Namun, mereka juga tidak lepas tangan dengan kondisi tersebut.
Aswin menyampaikan, pihaknya meminta Inasgoc segera menuntaskan pekerjaan lanskap dan tata ruang. Karena, proses yang belum beres turut memengaruhi situasi di arena. Setidaknya, sejumlah kendaraan pembawa perlengkapan harus keluar-masuk kawasan arena. Tak jarang, kendaraan itu tak menutup gerbang kembali.
Akibatnya, sering kali, orang yang tak punya urusan di arena pun nyelonong masuk. Tentu, hal itu juga tidak baik untuk keamanan arena yang banyak menyimpan alat-alat berharga, terutama untuk pertandingan. ”Saya sudah minta ke Inasgoc agar pengerjaan ini segera tuntas. Tapi, menurut informasi yang saya tau, proses penuntasannya kemungkinan baru dilakukan H-2 pertandingan," ujar Aswin. Adapun laga cabang boling dimulai 22 Agustus.
Atlet boling Ryan Lalisang menuturkan, penempatan beberapa properti untuk pertandingan juga ada yang kurang ideal. Meja juri pencatat skor misalnya. Meja itu terlalu besar dan berada persis di belakang kursi atlet. Padahal, atlet harus meletakan sejumlah perlengkapan di dekat itu, seperti tas juga bola cadangan. Dengan keberadaan meja yang cukup besar itu, ruang untuk atlet menaruh tas dan bola cadangan jadi terbatas.
Yang jadi korban akhirnya jalur untuk atlet ataupun ofisial yang ada di antara meja dan tempat menaruh tas serta bola tersebut. Jalur itu jadi semakin sempit, ukurannya hanya sekitar 60 sentimeter. ”Hal ini membuat pergerakan atlet dan ofisial jadi sangat terbatas, terlalu berimpit-impitan,” kata peraih emas boling perorangan putra di Asian Games Doha 2006 itu.
Dari arena menembak, semua perlengkapan pertandingan pun sudah siap. Beberapa atlet dari sejumlah negara sudah berlatih. Tapi, manajer pelatnas menembak Indonesia Sarozawato Zai mengutarakan, lanskap di sekitar arena kurang nyaman. ”Di sini terlalu gersang. Harusnya dilakukan penghijauan yang lebih banyak, biar agak teduh,” tuturnya.
Persiapan atlet matang
Sementara itu, persiapan atlet Indonesia menghadapi Asian Games 2018 sudah jauh lebih matang, terutama di boling dan menembak. Di cabang boling, pelatih Indonesia Thomas Tan mengatakan, 12 atlet Indonesia (enam atlet putra dan enam putri) mendapat kesempatan latihan cukup lama di arena baru itu, yakni kurang lebih satu bulan setengah. Hal itu membuat atlet sudah lebih paham dengan kondisi lapangan.
Paling tidak, atlet-atlet Indonesia sudah paham dengan karakter gesekan jenis minyak yang digunakan di arena tersebut. ”Ini keuntungan buat kita sehingga bisa lebih paham di mana titik-titik menguntungkan di arena tersebut. Apalagi atlet-atlet lawan baru akan mencoba arena ini dua hari menjelang pertandingan. Artinya, mereka tidak memiliki cukup waktu untuk benar-benar memahami arena,” ujarnya.
Di sisi lain, Thomas melanjutkan, tim Indonesia pun mendapatkan suntikan pelatih baru. Atlet boling Amerika Serikat sekaligus atlet boling elite internasional Tommy Jones dikontrak untuk mendampingi para atlet Indonesia dari 12 Agustus hingga 28 Agustus. Tommy merupakan pemain dan pelatih yang kaya dengan pemahaman taktik. Keberadaannya sangat penting untuk menyiapkan dan mendampingi atlet ketika bertanding.
”Adapun pelatih Indonesia sebelumnya yang juga asal Amerika Serikat Purvis Granger adalah pelatih yang lebih kaya pemahaman fisik. Ia kurang cocok untuk mendampingi atlet yang sudah masuk tahap jelang pertandingan,” kata Thomas.
Dari menembak, Sarozawato menyampaikan, pihaknya melakukan perombakan pada tiga nomor pertandingan. Setidaknya, ada tiga atlet yang berubah nomor pertandingannya. Hal itu berdasarkan pertimbangan hasil latihan, jumlah skor, mental, dan calon lawan yang dihadapi. Dengan perubahan tersebut, diharapkan peluang atlet bersangkutan untuk meraih medali lebih besar. ”Akan tetapi, target kami tidak berubah, yakni minimal meraih satu medali jenis apapun,” tuturnya.