Juara baru sepak bola Asia Tenggara, timnas Indonesia U-16, tidak ingin berhenti berprestasi. Mereka kini menatap Piala Asia 2018 yang menjadi pintu menuju Piala Dunia U-17.
JAKARTA, KOMPAS - Pujian mengalir untuk timnas sepak bola Indonesia U-16 yang menjuarai Piala AFF U-16 2018 di Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (11/8/2018). Namun, mereka enggan larut dalam pujian dan mulai beralih ke target utama, yaitu tampil di Piala Dunia U-17 yang digelar di Peru pada 2019.
Awalnya, kesuksesan tim ”Garuda Muda” meraih trofi Piala AFF U-16 mengundang perhatian Presiden Joko Widodo. Ia sangat bangga dengan pencapaian timnas U-16 di Sidoarjo.
”Selamat kepada para pemain dan pelatih. Gelar juara ini menjadi kado terindah bagi Indonesia menjelang peringatan Hari Kemerdekaan,” tulis Jokowi melalui akun Instagram.
Adapun Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui sekretaris Gatot S Dewa Broto menjanjikan bonus khusus untuk para pemain timnas. ”Sebagai bentuk apresiasi pemerintah, pemain yang berasal dari PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar) akan diberikan penghargaan Rp 200 juta. Adapun (pemain) yang lain akan mendapatkan (bonus) secara kolektif,” ujarnya dalam keterangan pers, Minggu.
Piala AFF 2018 adalah trofi ketiga yang dikoleksi timnas U-16 di bawah asuhan Pelatih Fakhri Husaini setelah Jenesys 2018 di Jepang dan Piala Thien Phong Plastic di Vietnam pada 2017.
Menurut Fakhri, pihaknya sebetulnya tidak menargetkan juara AFF. Target terbesar ialah finis empat besar di Piala Asia U-16 yang akan digelar mulai 20 September di Malaysia. Empat tim terbaik di turnamen ini berhak mewakili Asia di Piala Dunia U-17 yang digelar FIFA di Peru pada 2019.
Fakhri kini meliburkan sejenak para pemain hingga 22 Agustus. ”Namun, selama liburan saya memberi mereka PR (pekerjaan rumah) untuk berlatih fisik sendiri entah dengan berjoging atau skiping sesuai porsi yang telah diminta. Ini sudah menjadi pola kami selama ini agar kebugaran mereka tetap terjaga. Selama ini, mereka menjalankannya dengan kesadaran tinggi, bahkan mengirimkan laporan hasil latihan ke grup (Whatsapp),” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta.
Harmoni tim
Fakhri lantas mengapresiasi bonus yang dijanjikan Kemenpora. Namun, ia menyayangkan mengapa bonus itu harus dibeda-bedakan dari latar belakang pemain. ”Kami bermain bukan mengejar uang atau bonus. Namun, jika ada yang mau memberi, ya, kami terima. Hanya, jangan sampai itu menimbulkan masalah baru. Perbedaan itu bisa mengganggu harmoni di tim dan menjadi masalah bagi saya saat menghadapi Piala Asia nanti,” ujarnya.
Menurut Fakhri, ia tidak pernah membeda-bedakan asal-usul atau latar belakang para pemain. ”Selain dari PPLP, saya, kan, juga mendapatkannya dari Liga Kompas Gramedia U-14, Liga Top Skor (U-15), dan lain-lain. Kedua liga yang rutin menggelar kompetisi ini bahkan dikelola pihak swasta, bukan pemerintah. Jadi, enggak bisa dibeda-bedakan karena di timnas mereka memakai kostum yang sama,” ujarnya.
Liga Kompas Gramedia U-14 menyumbang delapan pemain, yaitu Rendy Yuliansyah, Risky Muhammad, Sutan Zico, Yudha Febrian, Andre Oktaviansyah, Amanar Abdillah, M Supriadi, dan M Salman.
”Sepak bola adalah olahraga tim sehingga tidak boleh ada pembeda, apalagi dari pemerintah. Alangkah baiknya pula jika bonus diberikan dalam bentuk asuransi pendidikan untuk jaminan mereka di masa depan,” ujar Dede Sulaeman, mantan pemain timnas yang menjadi pemandu bakat di Liga KG U-14.