PALEMBANG, KOMPAS - Sejumlah atlet cabang olahraga yang akan berlaga pada Asian Games 2018 belum dapat memasuki Wisma Atlet Jakabaring di Palembang, Sumatera Selatan, akibat kendala regulasi dan keterbatasan dana. Bahkan, 17 atlet menembak terpaksa tidur beralas karpet di loker arena lapangan tembak.
Belasan wakil ”Merah Putih” itu tidur tanpa kasur, guling, dan selimut. Mereka menghuni tiga dari 20 loker di lapangan tembak Kompleks Olahraga Jakabaring (JSC), Palembang, atas belas kasih pengurus Perbakin Sumatera Selatan.
”Dalam satu loker ada empat sampai enam atlet, tetapi kasur yang tersedia hanya dua. Saya harus membeli sendiri bantal dan seprai dengan uang sendiri,” kata Silvia Silima (47), petembak nomor skeet and trap, Minggu (12/8/2018).
Menurut Silvia, persoalan itu sudah disampaikan kepada Yayuk Basuki, anggota Komisi X DPR, yang merupakan teman seperjuangannya saat membela Indonesia pada Asian Games Hiroshima 1994. Kondisi itu juga sudah disampaikan kepada Ketua Kontingen Indonesia untuk Asian Games Komisaris Jenderal Syafruddin saat mengunjungi atlet di JSC, kemarin.
Menurut Silvia, kondisi ini terjadi sejak timnas mengikuti kejuaraan Sriwijaya Open di Palembang, Jumat (6/8). Sejak saat itu, sejumlah atlet tidak kembali ke Jakarta dan memilih tinggal di Palembang untuk penyesuaian lebih intensif.
Manajer tim menembak Sarozawato Zai mengakui kejadian itu dan menerangkan bahwa kondisi itu terjadi karena keterbatasan anggaran. Dari 30 atlet tembak yang dibiayai oleh negara, hanya 10 atlet yang masuk dalam program anggaran pelatnas jangka panjang. Adapun 20 atlet lain merupakan atlet tambahan yang belum dibiayai negara.
”Dari 20 orang tersebut, ada yang tinggal di rumah teman dan rumah pribadi. Namun, sebagian besar tinggal di (loker) lapangan tembak,” kata Sarozawato.
Sarozawato mengatakan, seluruh petembak pasti akan masuk ke wisma atlet. Namun, berdasarkan peraturan, atlet hanya boleh masuk dua hari sebelum pertandingan dan harus keluar dari wisma sehari setelah pertandingan. Menurut rencana, tim menembak mulai bertanding pada 19 Agustus sehingga mereka baru dapat masuk ke wisma atlet pada 17 Agustus.
”Kami sebenarnya dapat masuk ke wisma atlet tetapi akan dikenai biaya 50 dollar AS per hari. Itu aturan dari Inasgoc jadi kami turuti,” ujar Sarozawato.
Atlet menembak, Anas Muhsinun, mengatakan sangat berharap dapat segera masuk ke wisma atlet. Ia yakin hal itu sangat bermanfaat untuk mempermudah komunikasi dengan pelatih dan memperkuat kekompakan tim. ”Kalau kami terpisah tentu sulit membangun soliditas tim,” ungkapnya.
Tim sepak takraw juga belum dapat masuk ke wisma atlet karena terbentur aturan Inasgoc. Padahal, saat ini 12 atlet sepak takraw sudah di Palembang.
Manajer tim sepak takraw I Ketut Gede Wijadmika mengatakan, kedatangan tim bertujuan untuk penyesuaian lapangan dan kondisi cuaca. Selain itu, tim akan melakukan uji tanding dengan tim nasional Thailand dalam waktu dekat. ”Ini untuk mendongkrak semangat dan kepercayaan diri tim,” ujarnya.
Ketut mengatakan, anak asuhnya tinggal di hotel hingga 17 Agustus. Sampai saat ini belum ada masalah karena semua fasilitas dari hotel hingga ke arena telah disediakan.
Syafruddin mengatakan, pihaknya sudah mendengar beberapa kendala yang dialami atlet. Salah satunya tenggat waktu dari penginapan ke arena yang masih lebih dari 30 menit. Untuk itu, dirinya berpesan kepada jajaran Polda Sumsel untuk mengawal atlet agar tiba di arena tepat waktu. (RAM)