Menurut Maladi, pihak Komite Olimpiade Indonesia sejak Asian Games Ke-1 di New Delhi, India, sudah menyiapkan diri jika Indonesia menjadi tuan rumah pesta olahraga se-Asia. Pada sidang Asian Games Federation di Tokyo, 28 Mei 1958, Indonesia mendapat suara tertinggi, 22 suara, dan Jakarta terpilih sebagai penyelenggara Asian Games Ke-4, mengalahkan Pakistan. Delegasi Indonesia saat itu dipimpin Ketua KOI Sultan Hamengkubuwono IX dengan anggota Paku Alam VIII, Maladi, dan dr Halim.
Dengan sisa waktu empat tahun, Soekarno membentuk Dewan Asian Games Indonesia yang tugasnya menyiapkan Asian Games Ke-4 tahun 1962. Asian Games menjadi pesta olahraga tingkat internasional negara-negara di Asia dan terbesar kedua setelah Olimpiade. Soekarno memilih daerah Senayan di kawasan Jakarta Selatan sebagai tempat pembangunan kompleks pusat olahraga. Sekitar 60.000 warga dari empat kampung, Petunduan, Senayan, Kebun Kelapa, dan Bendungan Hilir, dipindahkan antara lain ke daerah Tebet, Slipi, dan Ciledug. Soekarno menunjuk Menteri Olahraga Maladi sebagai kepala proyek pembangunan sarana olahraga di Senayan seluas 300 hektar.
Tanggal 8 Februari 1960, Soekarno memancangkan tiang pancang pertama Stadion Utama Senayan. Proyek ini mendapat bantuan kredit lunak 12,5 juta dollar AS dari Pemerintah Uni Soviet. Karena itu, saat pemancangan tiang ke-100 pada 18 Februari 1960 secara simbolis dilakukan PM Uni Soviet Nikita Kruschev.
Stadion dengan konstruksi atap model temu gelang ini memiliki kapasitas 110.000 tempat duduk dan diresmikan 21 Juli 1962 pukul 17.00. Menyusul pembangunan Istana Olahraga (Istora), gedung basket, stadion renang, stadion madya, dan tenis.
Untuk menampung para atlet, sebuah perkampungan khusus dibangun yang letaknya tidak jauh dari stadion utama. Beberapa unit flat dan bungalo dibangun untuk menampung sekitar 3.000 atlet. Agar perhelatan besar ini bisa disiarkan, dibangunlah stasiun televisi yang kemudian bernama Televisi Republik Indonesia (TVRI). TVRI menyiarkan pembukaan Asian Games Ke-4 di Stadion Utama Senayan pada 24 Agustus 1962.
Setelah Asian Games 1962, kawasan Senayan menjadi pusat kegiatan olahraga nasional dan internasional. Games of The New Emerging Forces (Ganefo), 10-22 November 1963, diikuti kontingen olahraga dari 51 negara asal lima benua. Indonesia peringkat ketiga dibawah China dan Rusia dengan 20 medali emas, 24 perak, dan 30 perunggu. Akhir Juni 1965, turnamen tenis terbuka lapangan gravel di Stadion Tenis yang diikuti 114 pemain dari sejumlah daerah dibuka Ketua Pelti Jonosewojo. Kejuaraan ini untuk seleksi dan mencari bibit pemain Indonesia menghadapi Festival Pemuda di Aljazair.
Ever Onward, Maju Terus... demikian moto Asian Games 1962.