JAKARTA, KOMPAS - Sepuluh hari menjelang penyelenggaraan Asian Games, sejumlah pelatnas mulai memfokuskan pada pematangan mental atlet agar siap berlaga. Mental kuat adalah elemen penting yang harus dimiliki atlet kala latihan teknik sudah dilakukan dengan persiapan matang dan panjang.
Pelatih pelatnas pencak silat Ferry Hendarsin, di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa (7/8/2018), mengatakan, sebulan terakhir pihaknya fokus memelihara mental atlet agar tidak jatuh saat hari pertandingan. Salah satu caranya adalah, atlet diajak membayangkan simulasi mereka memulai berangkat dari wisma atlet, berjalan ke arena pertandingan, tiba di arena, dan bersiap melakukan pertandingan. Visualisasi itu diharapkan membuat atlet tidak kaget lagi ketika akan menghadapi fase-fase tersebut.
Selain itu, para atlet pun diajak untuk melakukan meditasi atau mengelola pernafasan. Hal itu bertujuan membuat pikiran dan hati atlet tenang. ”Biasanya, makin dekat hari pertandingan, atlet akan gugup. Hal itu yang harus dihindari lewat visualisasi dan meditasi tersebut,” ujar Ferry.
Di sisi lain, pelatnas pencak silat pun mendatangkan psikolog. Setidaknya, selama setahun pelatnas ini, psikolog dua kali datang mendampingi atlet. Pelatnas itu juga kedatangan para Olimpian (atlet yang pernah tampil di Olimpiade) untuk memberikan motivasi. Selama setahun ini, pelatnas tersebut kedatangan tiga Olimpian, antara lain mantan atlet renang Akbar Nasution.
"Kehadiran psikolog sangat penting karena mereka lebih tahu bagaimana mengelola kejiwaan atlet agar tetap dalam kepercayaan diri tinggi. Adapun Olimpian membantu memberikan tips-tips kepada atlet agar tidak gugup dan tenang saat pertandingan," kata Ferry.
Atlet pecak silat kelas B (50-55 kilogram) Abdul Malik menuturkan, wajar jika atlet gugup jelang pertandingan. Namun, kehadiran pelatih, psikolog, dan Olimpian cukup membantu mereka mengelola kejiwaan agar tidak terlalu gugup.
"Kami berharapnya psikolog itu ada melekat di pelatnas. Sebab, kadang kami banyak masalah yang tidak mampu diceritakan ke rekan dan pelatih. Masalah-masalah itu bisa saja memengaruhi permainan atlet saat pertandingan," tutur Malik.
Sebelumnya, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi juga meminta pengurus, pelatih, dan tim kontingen tidak membebani atlet dengan target berlebihan. Ia berharap atlet dibuat rileks sebelum memulai pertandingannya.
Volume latihan turun
Di luar itu, pelatnas pencak silat sudah mulai menurunkan volume latihan. Contohnya, biasanya atlet melakukan 8-10 kali gerakan pukulan, berkurang jadi 4-6 pukulan. Tujuannya, agar atlet tidak cedera menjelang pertandingan.
Kendati demikian, intensitas latihan tetap dibuat tinggi. Misalnya, kecepatan dan kekuatan pukulan tidak dikurangi. Persentase detak jantung atlet tetap di sekitar 90-100 persen. "Hal itu untuk menjaga kecepatan, kekuatan, dan stamina atlet tak berkurang jelang pertandingan," ujar Ferry.
Akan tetapi, tak sedikit atlet justru tetap menambah latihan tambahan agar optimal saat pertandingan. Malik contohnya, ia tetap melakukan latihan tambahan selama satu jam setelah latihan rutin. Waktu latihan tambahan itu dia gunakan untuk mengulangi tiga teknik andalan rahasianya sebanyak 30-50 kali pengulangan per teknik.
"Teknik rahasia ini harus saya siapkan matang-matang. Itu akan menjadi senjata andalan saya ketika pertarungan saat teknik-teknik umum sudah terbaca oleh lawan," ucap Malik yang akan menjalani kejuaraan multicabang perdanannya.