Peramu Tiki-Taka Bagi Remaja
“Apakah pelatih tim LKG-SKF Indonesia berasal dari Spanyol? Bagaimana para pemain kalian bisa bermain tiki-taka dengan sangat cantik? Permainan tim kalian sangat indah. Sangat mirip dengan klub-klub dari Spanyol. Saya yakin pelatih kalian dari Spanyol,” kata seorang wartawan Swedia, saat mewawancari manajer tim LKG-SKF Indonesia.
Rangkaian pertanyaan itu dilontarkan sang wartawan seusai laga perempat final Piala Gothia U-15, Jumat (20/8/2018), di tepi Lapangan Heden, Gothenburg, Swedia. Pada laga delapan besar, tim LKG-SKF Indonesia baru saja menang 2-1 atas tim jagoan tuan rumah Kinna IF.
Sang wartawan yang mengikuti kiprah tim asal Indonesia itu terkesima dengan permainan cepat yang menggunakan kombinasi umpan-umpan pendek dan umpan terobosan. Penguasaan bola yang dominan dan serangan-serangan mematikan membuat tim hasil seleksi Liga Kompas Gramedia-Panasonic U-14 musim 2017-2018 itu sering menang besar sejak laga penyisihan grup.
Pada fase grup, tim LKG-SKF menang 18-0 atas Skalborg SK dari Denmark, unggul 2-0 atas Walddorfer SV (Jerman), dan unggul 6-0 atas Linkoping Kenty DF (Swedia). Pada fase gugur, tim LKG-SKF menang telak 6-0 atas Solvesborgs GIF (Swedia), melibas Interesporte/Boca dari Brasil dengan 2-0, melumat SC Weitmar 45 (Jerman) 4-0, lalu di perempat final memukul Kinna IF (Swedia), 2-1. Pada semifinal, langkah tim LKG-SKF terhenti setelah kalah 2-3 dari Stjarnan 1 (Eslandia).
Piala Gothia adalah turnamen sepak bola tingkat dunia untuk remaja yang digelar sejak 1975 di Swedia. Turnamen ini diikuti sekitar 1.700 tim dari 80 negara yang memainkan 4.500 pertandingan. Melihat besarnya jumlah peserta, pencapaian tim LKG-SKF hingga semifinal kategori U-15 tergolong membanggakan. Pencapaian tertinggi LKG-SKF di Piala Gothia adalah runner up pada 2013.
Kemenangan besar dan penampilan apik tim LKG-SKF selalu dipuji oleh semua penonton yang hadir. Hal itu juga menarik bagi media Swedia untuk mencari tahu siapa sosok pelatih tim LKG-SKF.
Pelatih tersebut adalah Iskandar. Dia adalah sosok pelatih yang dipercaya oleh pengurus Liga Kompas Gramedia untuk melatih para pemain terpilih hasil kompetisi selama sembilan bulan.
Pada tahap awal, Iskandar dan para pemandu bakat Liga Kompas Gramedia mengumpulkan 44 pemain. Mereka menjalani latihan berulang-ulang dan laga uji coba untuk melihat kemampuan dan karakter mereka.
Para pemain yang tidak disiplin, mudah menyerah, dan suka mencari kemudahan langsung dicoret. Setelah itu, kemampuan teknik, stamina, semangat, dan visi bermain menjadi pertimbangan untuk seleksi. Dari 44 pemain, Iskandar dan tim pelatih memangkasnya menjadi 18 pemain terpilih.
Filosofi Iskandar
Iskandar berusaha keras menyatukan para pemain terpilih yang datang dari berbagai sekolah sepak bola (SSB) itu. Ego pertemanan dengan rekan se-SSB diruntuhkan dengan cara setiap pemain dipasangkan dengan pemain dari SSB lainnya.
Pemain dari setiap lini dikelompokkan dan dicampur dari berbagai SSB. Mereka dilatih dengan standar teknik dan gaya permainan yang diinginkan oleh Iskandar.
Nasihat-nasihat untuk tidak melihat latar belakang SSB berulang kali dilontarkan pelatih asal Palembang itu. Baginya, penyatuan pemain sebagai sebuah kesatuan menjadi faktor penting untuk membentuk tim yang kuat.
“Ego antar-SSB adalah pemecah persatuan tim. Seorang pemain hanya akan mengumpan ke rekan se-SSB jika ego itu tidak diruntuhkan. Dampaknya, kerja sama tim akan hancur,” kata Iskandar.
Setelah ego antar-SSB mulai runtuh, Iskandar mulai memetakan kelebihan dan kelemahan timnya. Filosofi permainan juga mulai ditanamkan kepada para pemain. “Filosofi permainan saya adalah kita harus menguasai bola dan menyerang untuk mencetak gol setiap ada kesempatan,” tambahnya.
Dengan filosofi itu, para pemain tim LKG-SKF dilatih mendominasi penguasaan bola dengan umpan-umpan pendek yang mengalir dari belakang ke depan dan dari kiri ke kanan. Pengaturan tempo permainan, teknik mencuri bola, dan mempertahankan bola secara individual dan tim dilatih oleh Iskandar dengan cermat.
Iskandar juga melatih teknik dan taktik penyelesaian akhir untuk mencetak gol melalui umpan terobosan, umpan silang, tendangan bebas, tendangan sudut, penalti dan tendangan jauh. Berbagai teknik itu dilatih secara berulang-ulang dan harus dikuasai semua pemain di semua lini.
Selain melatih teknik, Iskandar berulang kali menekankan pada kerendahan hati. Setiap pemain tidak boleh merasa diri sudah menjadi pemain bintang karena akan menjadi sombong dan merusak tim.
“Kalian bukan pemain bintang. Kalian sedang dalam proses menjadi pemain hebat. Berikan yang terbaik di lapangan, jangan pernah besar kepala,” kata Iskandar kepada para pemainnya.
Untuk membuat para pemain hormat dan taat kepadanya, Iskandar menerapkan pendekatan tarik ulur. Setiap pemain yang menurun penampilannya, diajak bicara secara pribadi dan diberi motivasi.
Pemain yang terlalu tinggi hati dan berani melawan akan tidak dimainkan, meskipun kemampuannya bagus. Pemain yang dihukum itu akan berubah dan tampil lebih baik lagi saat diberi kesempatan berikutnya.
Semua pelatihan dan pembentukan karakter turut membentuk tim LKG-SKF menjadi tim yang tangguh secara mental dan berkemampuan teknik tinggi. Permainan yang dinilai mirip gaya tiki-taka dan disukai oleh para penonton di Swedia, merupakan buah tangan dingin Iskandar.
Belajar dari pengalaman
Iskandar mendapatkan sebagian besar ilmu kepelatihan itu dari pengalamannya sebagai pemain dan pelatih. Iskandar memang mempunyai lisensi kepelatihan tingkat C AFC, tetapi pengalaman yang mematangkannya.
Pelatih kelahiran 28 Agustus 1973 itu mulai belajar sepak bola pada usia 10 tahun dan mengikuti SSB Pusri Yunior pada saat SMP. Karier sepak bolanya dimulai saat lulus SMP dan lolos seleksi ke timnas U-19 pada 1989. Timnas itu dilatih selama setahun oleh Yoseph Masopust dari Ceko di Pusdiiklat Cibubur.
Usai membela Indonesia pada Piala Asia U-19 di Jakarta pada 1990, Iskandar bergabung dengan klub Herkules dan mulai bergabung dengan Persija Jakarta pada 1992-1996. Iskandar satu angkatan dengan I Komang Putra dan Sasi Kirono.
Di Persija, fondasi sepak bolanya dikuatkan oleh bimbingan pemain senior, seperti Patar Tambunan, Marzuki Nyak Mad, dan Bambang Nurdiansyah. Setelah di Persija, Iskandar berpindah-pindah klub, dari Semen Padang, Persib, PSMS, sampai berakhir di Persitara Jakarta Utara. Di Persitara, Iskandar mulai pindah halauan menjadi pelatih Persitara U-21 pada 2009.
Sebagai pelatih, Iskandar juga berpindah-pindah klub dan SSB. Iskandar pernah melatih ASIOP Apacinti, asisten pelatih di Perserang, PS Polri, sampai SSB Frenz di Malaysia.
“Sebenarnya saya suka melatih remaja karena mereka patuh dan penuh keinginan membuktikan diri. Namun, saya juga ingin mendapatkan lisensi A AFC agar dapat melatih klub Liga 1. Pelatih SSB seharusnya juga dihargai seperti pelatih profesional karena mereka yang membangun fondasi bagi pemain sebelum menjadi profesional,” kata Iskandar.
Iskandar
Lahir: Palembang, 28 Agustus 1973
Istri : Rolla Purianti
Anak :
- Muhammad Rizki Guardiola (21), pemain Persijap Jepara
- Ikhsan Febrian Rizola (15), Persija U-16
- Keanu Caesar Junior (6)
Pendidikan:
- SD : Taman Siswa Palembang, lulus 1986
- SMP Yakta Pena, Palembang lulus 1989
- SMA Ragunan, Jakarta, lulus 1992
Pengalaman sebagai pemain profesional:
- 1992-1996 Persija
- 1996-1997 Semen Padang
- 1997-1998 Persib Bandung
- 2000 Perserang Serang
- 2001-2003 Persikota Tangerang
- 2003-2004 Perserang Serang
- 2004-2005 PSMS Medan
- 2005 Persipasi Bekasi
- 2006 Persik Kuningan
- 2007 Perserang Serang
- 2008-2009 Persitara Jakarta Utara
Pengalaman sebagai pelatih:
- 2009-2011 Persitara U-21
- 2011-2012 ASIOP Apacinti
- 2012 Tim Yamaha DKI
- 2012-2014 SSB FRENZ Malaysia
- 2014 Tim Porprov Banten
- 2014-2015 Asisten pelatih Pelatih Perserang
- 2015 Asisten pelatih PS Polri
- 2016 Perserang
- 2017-sekarang Tim Porda Bogor
- 2017-2018 SSB Matador Mekarsari
Lisensi Kepelatihan:
- C Nasional (2009)
- C AFC (2015)