Menpora Kunjungi Mantan Atlet Paragames yang Sendirian Merawat Istri
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Selasa (24/7/2018), mengunjungi Soeharto (68), mantan atlet paragames yang kini seorang diri merawat istrinya. Istri Soeharto menderita tumor dan infeksi. Dalam kesempatan itu, Imam memberikan bantuan dan semangat kepada Soeharto dalam merawat sang istri.
Imam datang di rumah Soeharto yang beralamat di Jalan Putat Jaya gang X, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahaan, Senin (24/7/2018) sekitar pukul 10.00. Selain mendengar kisah Soeharto, Imam juga sempat melihat rumah Soeharto yang masih tercium bau apek.
Dalam kesempatan tersebut, Imam juga memberikan jaket Asian Games yang dipakainya. Menteri dari PKB itu juga memberikan sumbangan kepada Soeharto yang sudah sejak 4 tahun tidak lagi bisa bekerja sebagai guru dan tukang pijat.
Soeharto mengatakan, pemerintah perlu menjamin masa depan mantan atlet, terutama atlet paragames. Jangan sampai masa muda mereka yang berjuang demi bangsa dan negara terlupakan setelah era kejayaan mereka berakhir.
”Atlet paragames ataupun atlet normal sekarang diberikan bonus yang sama. Pesan Pak Soeharto akan saya sampaikan kepada Pak Presiden Joko Widodo,” ucap Imam.
Soeharto adalah mantan atlet paragames yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia. Dia mengatakan pernah mewakili Indonesia dalam ajang Far East and South Games for Disabled (Fespic) Games tingkat Asia dan Eropa. Ajang ini merupakan pertandingan olahraga bagi penyandang disabilitas sebelum berganti nama menjadi paragames.
Beberapa medali masih disimpan pria yang mengalami kebutaan sejak usia 19 tahun tersebut. Ada salah satu piagam yang diberikan negara, yakni piagam Fespic Games II tahun 1977 di Parramatta dan Holroyd, Australia.
Piagam yang di beberapa bagian tulisannya sudah memudar itu dipasang di dinding ruang tamu bersama piagam dari Palang Merah Indonesia cabang Surabaya karena menjadi donor darah selama 30 kali. ”Saya sudah 56 kali menyumbangkan darah selama hidup,” kata Soeharto.
Nasib Soeharto seusai menjadi atlet terbilang kurang baik. Selepas menjadi atlet, dia bekerja sebagai guru dan tukang pijat tunanetra. Dia tinggal bersama istrinya, Astuti, di rumah sederhana.
Namun, 3,5 tahun terakhir, istrinya sakit tumor dan infeksi. Sejak itu pula Soeharto tidak lagi bekerja karena harus merawat sang istri. Sempat keluar Surabaya selama 3 tahun, lalu 6 bulan lalu kembali ke rumahnya yang berada di Surabaya.
”Mereka tidak pernah keluar rumah. Dari luar tercium bau tidak sedap karena rumahnya tidak terawat,” ujar Wati, tetangga Soeharto.
Warga kemudian menelepon 112 Surabaya untuk meminta bantuan. Astuti pun langsung dirawat di RSUD Dr M Soewandhie Surabaya dan mendapatkan penanganan lebih lanjut sebab bagian punggungnya sudah berlubang dan ada belatung yang bisa mengakibatkan infeksi.
Pasangan tersebut juga langsung mendapatkan jatah makan dari program permakanan Dinas Sosial Surabaya. ”Kalau ada warga yang perlu bantuan, segera lapor 112 agar kami bisa memberikan penanganan yang lebih baik. Tetangga-tetangga harus peduli dengan masyarakat sekitar,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.