Demi Kebugaran, Aku Akan Terus Berlari
Johanes Adinata (36) mengakhiri lari maratonnya yang ketiga di Gold Coast Marathon 2018 di Gold Coast, Australia, Minggu (1/7/2018), dengan catatan waktu 4 jam, 41 menit, 6 detik. Pria yang akrab dipanggil Adi itu sebelumnya ikut Maraton Berlin (Jerman) dan Maraton Chicago (Amerika Serikat).
”Kurang puas dengan catatan waktu di Gold Coast. Paha saya kram dua-duanya,” kata Adi, pekerja swasta di Jakarta itu.
Namun, lanjut dia, catatan waktu yang kurang optimal di Gold Coast Marathon bukan masalah jika dibandingkan
dengan sakit yang dideritanya enam tahun lalu. ”Yang jauh lebih penting, sekarang saya lebih sehat daripada sebelumnya. Dan, rutin berolahraga untuk menjaga kebugaran,” ujarnya.
Pada 2012, akibat gaya hidup yang salah, yakni merokok sejak SMA hingga tahun 2000, juga makan tanpa kontrol, kebanyakan tidur, dan jarang berolahraga, ia dinyatakan dokter menderita sakit jantung koroner. ”Awalnya merasakan nyeri di dada kiri di tengah tidur. ’Vonis’ dokter itu membuat saya kaget setengah mati karena usia waktu itu, kan, baru 31 tahun,” tuturnya lagi.
Ia bersyukur tidak perlu pasang ring di jantung karena kerusakan masih di bawah 60 persen. Dokter hanya menyarankan agar ia mengubah pola makan, pola tidur, dan rutin olahraga.
Perubahan pola makan dan jam tidur segera dilakukannya. Tak ketinggalan, ia giat berolahraga sesuai saran dokter, yakni jalan cepat, lari, bersepeda, atau berenang. ”Dalam pemeriksaan treadmill test, Desember 2012, hasilnya sangat baik. Nyeri di dada kiri hilang, berat badan stabil di 70 kilogram, pemeriksaan kolesterol juga baik sekali,” ujarnya lagi.
Sejak Januari 2013, seiring dengan kesadaran akan pentingnya olahraga, ia mulai ajek berlari dalam sejumlah ajang di Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri, seperti di Gold Coast.
Dalam Gold Coast Marathon 2018, Adi mendaftarkan diri sebagai peserta. Ia berangkat ke Gold Coast sebagai salah satu peserta program biro travel, ”Yuk Travel”. Bersama Adi, turut serta 102 pelari lain dan beberapa suporter dalam program ”Yuk Travel” ke Gold Coast tersebut.
Pendiri ”Yuk Travel”, Tono Raharja, menjelaskan, melonjaknya gairah olahraga lari di Indonesia setidaknya terasa dari pertumbuhan jumlah peserta programnya. ”Tahun lalu yang ke Gold Coast ikut Yuk Travel cuma 15 orang. Tahun ini ada 103 orang, itu termasuk luar biasa,” ujar Tono yang juga pelari.
Menurut Tono, pertumbuhan itu dipengaruhi dua hal. Pertama, karena ”booming” olahraga lari. Kedua, publik pencinta lari kian sadar akan perlunya memperbaiki performa mereka.
Fenomena serupa terjadi di Singapura, seperti dituturkan pelari asal Singapura, Anthony Sum. Pria berusia 55 tahun itu menekuni lari sejak 14 tahun lalu. Ia menilai, geliat olahraga lari berkembang pesat di Singapura dalam lima tahun terakhir.
”Di Singapura, event lari mulai sering digelar dalam lima tahun terakhir. Tetapi memang, kebanyakan nomor 10K. Saking semangatnya, sampai-sampai untuk satu event 10K, pesertanya bisa sampai 10.000 orang,” ujar Anthony yang juga peserta Gold Coast Marathon 2018 itu.
Dari berbagai perbincangannya dengan pelari-pelari dari sesama negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand, ia menyimpulkan, kesadaran untuk hidup sehat dengan berolahraga sudah jauh meningkat ketimbang dasawarsa 1990-an. ”Orang sadar bahwa untuk sehat perlu proses. Jadi, mereka juga harus sabar, di awal-awal menekuni lari pasti berat sekali. Tapi, setelah sekian lama, proses menuju sehat akan terwujud,” kata pria yang dulunya mempunyai berat 82 kilogram, lalu turun menjadi 62 kg, dan kini stabil di 58 kg itu.
Geliat olahraga lari di Asia Tenggara itu berimbas pada meningkatnya partisipasi pelari-pelari kawasan tersebut di Gold Coast Marathon 2018, yang juga peringatan HUT ke-40 ajang tersebut. Menteri Pengembangan dan Inovasi Pariwisata Australia Kate Jones mengatakan, jumlah peserta Gold Coast Marathon 2018 yang mencapai 27.135 pelari, dari 51 negara, menjadi rekor tersendiri.
Kejuaraan ini, lanjut Jones, juga disemarakkan oleh keikutsertaan 4.300 pelari dari luar Australia. ”Jumlah pelari luar Australia itu termasuk dari sejumlah negara Asia, seperti China, Taiwan, Singapura, Malaysia, Indonesia, Hong Kong, Makau, dan Jepang. Juga Selandia Baru, tak ketinggalan dukungan penuh dari Amerika Serikat,” kata Jones.