Estafet Mimpi ”Cabang Ibu”
Tiga puluh dua tahun silam, impian pesenam artistik Eva Novalina Butar Butar untuk meraih medali ”cabang ibu” pada Asian Games Seoul pupus hanya karena usianya terlalu muda.
Tubuh kecil Eva mengguncang Olympic Gymnastics Arena di Asian Games 1986. Ia berada di peringkat ke-4 kualifikasi, hingga lolos ke final senam lantai. Sayang, Eva yang saat itu berusia 13 tahun dilarang tampil di final.
Eva dilarang tampil di final karena tidak memenuhi syarat tampil di final Asian Games yang minimal berusia 15 tahun. Konsekuensinya, ia hanya bisa tampil saat kualifikasi, tetapi tidak bisa berebut medali. Kesempatan terbesar Indonesia meraih medali senam Asian Games kandas.
Kesempatan itu tak pernah datang lagi, sampai Asian Games 2018 akan digelar di Indonesia. Indonesia bakal menurunkan 10 pesenam artistik, 2 pesenam ritmik, dan 2 pesenam trampolin.
Eva yang kini menjadi pelatih senam artistik menyerahkan estafet perjuangan meraih medali kepada anak asuhnya, Rifda Irfanaluthfi. ”Ini saatnya Rifda, momentum emas untuk berprestasi di Asian Games,” katanya.
Selain karena bisa memanfaatkan dukungan tuan rumah, Rifda juga sedang dalam usia emas, 18 tahun. Seperti diketahui, usia 17-19 tahun merupakan puncak kondisi tubuh pesenam.
Progres Rifda terus menanjak. Pada SEA Games Kuala Lumpur 2017, Rifda meraih 5 medali, yakni 1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu, dari total 9 medali yang didapatkan Indonesia. Medali emas itu sekaligus menyudahi penantian enam tahun setelah terakhir kali hadir pada SEA Games 2011 di Indonesia.
Akhir tahun 2017, Rifda meraih perunggu di nomor senam dengan alat dalam turnamen internasional Piala Mikhail Voronin Ke-24 di Moskwa, Rusia. Pesenam asli Jakarta itu tak gentar menghadapi pesaing-pesaing dari negara Eropa Timur, yang merupakan kiblat senam dunia.
Rifda kian matang di Seri Kejuaraan Dunia Federasi Senam Internasional, 6-8 Juli 2018, di Mersin, Turki. Meski cedera lutut ringan, Rifda masih bisa meraih perak di nomor meja lompat dan perunggu di senam lantai.
”Ini pertama kali ikut di Asian Games dan tempatnya di Indonesia. Itu membuat semakin semangat berlatih dan saat menjalani uji coba,” kata Rifda.
Puncak persaingan
Kendati demikian, Asian Games merupakan ajang berkumpulnya raksasa senam Asia. Ada pesenam dari China, Jepang, Korsel, Uzbekistan, dan India.
”Cukup berat meraih medali dalam persaingan seperti itu. Namun, kami tak memikirkan medali, yang terpenting tampil sempurna dulu,” kata Dian Arifin, manajer senam Indonesia.
Eva pun tidak muluk-muluk mengincar medali. Ia hanya berharap Rifda lolos ke final.
Mengukur kekuatan Asia, Jepang memiliki juara dunia di nomor balok keseimbangan, Mai Murakami. Selain itu, ada tim beregu China peraih perunggu di Olimpiade Rio 2016. Jepang dan China belum bertemu Rifda di Moskwa dan Mersin.
Rifda hanya bertemu pesenam andalan India, Dipa Karmakar, di Mersin. Saat itu, Dipa mengungguli Rifda dengan meraih emas di nomor meja lompat. Pesenam India tersebut menempati posisi keempat di Olimpiade Rio.
Dari tiga nomor lomba, Rifda paling menyukai senam lantai. Nomor itu serius dikembangkan di pelatnas. Bahkan, gerakan untuk Asian Games sudah disiapkan setelah SEA Games 2017.
Dengan kondisi gerakan yang dilatih hampir satu tahun, Rifda bisa mendapatkan nilai 13,000. Nilai itu sudah cukup untuk lolos ke final, berkaca dari Asian Games Incheon 2014. Namun, untuk meraih perunggu empat tahun lalu, setidaknya membutuhkan nilai 13,700.
Selain Rifda, pesenam artistik putra, yaitu Agus Adi Prayoko dan M Try Saputra, berpeluang membuat kejutan. Keduanya hanya perlu menyiapkan mental.
Di samping artistik, senam juga akan mempertandingkan ritmik dan trampolin. Meski peluang medali cukup tipis, atlet-atlet tetap berjuang sekuat tenaga.
Dalam ritmik, tim senam memiliki Nabila Evandestiera, peraih dua perunggu SEA Games 2017. Namun, kemampuan Nabila belum cukup bersaing di Asia. Malaysia sebagai raja ritmik Asia Tenggara pun belum mampu menembus dominasi Uzbekistan, Kazakhstan, dan China.
Khusus untuk trampolin, peluang meraih medali hampir tertutup. Trampolin pertama kali diikuti Indonesia. Persiapan dua pesenam nasional, Yudha Tri Aditya dan Dimas Sindhu Aji, juga sangat singkat karena mereka baru diseleksi April 2018.