Drama adu penalti banyak mewarnai Piala Dunia sejak mulai diperkenalkan pada 1978. Sejarah pun mencatat, Jerman menjadi tim paling sukses memenangi drama itu. Dalam Piala Dunia Rusia kali ini, drama itu kembali hadir sejak babak 16 besar dan bisa saja tersaji juga pada empat laga terakhir.
Piala Dunia 2018 telah memasuki babak semifinal. Empat tim terbaik yang kebetulan seluruhnya berasal dari Benua Eropa akan berebut dua tempat di babak final yang akan berlangsung tanggal 15 Juli mendatang. Sejak babak 16 besar yang menggunakan sistem gugur, empat laga harus ditentukan melalui adu tendangan penalti, sebuah fase tos-tosan yang mulai diperkenalkan pada Piala Dunia 1978 di Argentina.
Di Rusia, Kroasia merupakan negara yang mampu lolos dua kali dalam adu tendangan penalti. Sementara Inggris mencatat sejarah untuk pertama kalinya mampu memenangi babak penuh kecemasan itu setelah gagal dalam tiga kesempatan sebelumnya.
Rusia harus menangis setelah kalah adu penalti melawan Kroasia. Padahal, mereka juga lolos ke perempat final setelah menggulingkan favorit Spanyol lewat tos-tosan 12 langkah tersebut.
Sampai dengan kelarnya perempat final yang menyaring ajang paling bergengsi ini menjadi empat tim, Perancis, Belgia, Inggris, dan Kroasia, di babak semifinal, Piala Dunia 2018 telah menyelesaikan empat laga babak gugur dengan adu tendangan penalti. Sejauh ini Kroasia menjadi tim yang mampu menyelesaikan babak tos-tosan itu dengan dua kemenangan, atas Denmark di babak 16 besar serta atas Rusia
di perempat final. Inggris juga lolos ke semifinal setelah pada babak 16 besar menyingkirkan Kolombia lewat tembakan 12 langkah.
Bagi Inggris di bawah kendali Gareth Southgate, sukses lolos dari adu tendangan penalti adalah yang pertama kalinya dalam empat kesempatan di Piala Dunia. Dalam tiga kesempatan pertama, tahun 1990, 1998 dan 2002, mereka seolah menerima ”kutukan” tak pernah menang dalam adu tendangan penalti di babak gugur turnamen utama (major). Jika ditambah Piala Eropa, Inggris enam kali tak pernah mampu melewati adu tendangan penalti dengan kemenangan.
Dalam enam edisi Piala Dunia terakhir, saat memasuki babak gugur setelah fase grup, tercatat hanya satu laga setelah perpanjangan waktu yang tidak diselesaikan lewat adu tendangan penalti, yakni saat final Piala Dunia 2014 antara Jerman dan Argentina. Selebihnya harus diselesaikan lewat drama penuh air mata tersebut, termasuk final 1994 saat Brasil mengalahkan Italia setelah eksekusi Roberto Baggio, yang pahanya sudah dibalut perban, melambung di atas gawang Brasil.
Sepanjang sejarah Piala Dunia modern yang selalu menggelar drama adu penalti sejak 1982 di Spanyol, sebanyak 30 laga harus diselesaikan dengan adu keberuntungan antara kiper dan eksekutor tersebut. Dari 30 laga itu, hanya dua laga harus diselesaikan dengan fase sudden death, yakni masing-masing satu eksekutor setelah lima eksekutor pertama hasil masih berakhir imbang.
Paling sukses
Jerman, juara dunia empat kali, adalah negara yang paling sukses dalam drama adu tendangan penalti di Piala Dunia. Mereka mencatat rekor 100 persen keberhasilan dengan memenangi empat laga dari empat kesempatan sejak pertama kali mengalahkan Perancis di Piala Dunia 1982. Ini adalah adu penalti pertama sejak babak tos-tosan itu diperkenalkan pada gelaran 1978 di Argentina.
Argentina, yang di Rusia 2018 ini kalah melawan Perancis di babak 16 besar, merupakan negara nomor dua yang paling sukses. Pemegang dua gelar juara dunia itu empat kali berhasil menang dari lima kesempatan. Tahun 1990 di Italia, diinspirasi oleh Diego Armando Maradona dan Osvaldo Ardiles, Argentina mencapai partai final setelah memenangi dua adu tendangan penalti melawan Yugoslavia dan Italia, sebelum kalah di final melawan Jerman.
Tahun 1998, Argentina mengalahkan Inggris untuk melaju ke perempat final. Namun, pada 2006, Argentina kalah dalam adu tendangan penalti melawan tuan rumah Jerman yang berbuntut kerusuhan antarpemain dan ofisial kedua kubu.
Brasil juga termasuk negara yang sukses dengan memenangi tiga dari empat kesempatan, termasuk mengalahkan Italia di gelaran final 1994. Sementara Perancis memenangi dua dari empat kesempatan, termasuk saat ”Les Bleus” menyerah kalah melawan Italia pada final 2006.
Sampai dengan laga antara Rusia dan Kroasia, sebanyak 279 tendangan penalti setelah perpanjangan waktu telah dilakukan sepanjang sejarah Piala Dunia, dengan 196 eksekusi berhasil dilaksanakan sempurna. Angka konversi yang jelas memihak eksekutor ketimbang kiper ini sekali lagi memperlihatkan tekanan terbesar ada di pihak penembak. Dalil tendangan penalti menyebutkan, kiper hanya bertanggung jawab sekitar 5 persen untuk menahan eksekusi, sementara penembak punya beban 95 persen keberhasilan.
Di Rusia 2018, kemungkinan masih akan terjadi adu tendangan penalti dalam empat laga tersisa, termasuk final mendatang. Bagi Perancis, Belgia, Inggris, dan Kroasia, satu-satunya berita baik adalah Jerman, sang pemegang rekor 100 persen adu penalti, sudah tersingkir. Juara bertahan itu bahkan hanya menduduki peringkat buncit di fase grup.