EVIAN-LES-BAINS, RABU– Renaud Lavillenie, pemegang rekor dunia loncat galah putra dari Perancis, semakin memperlihatkan kesiapannya untuk bertarung pada seri ke-8 dari 14 seri Liga Berlian IAAF 2018 yang akan berlangsung Kamis (5/7/2018), di Lausanne, Swiss. Sehari sebelumnya, dalam salah satu kejuaraan lompat galah di tepi danau Lac Leman, Evian-les-Bains, Perancis, Lavillenie (31) mampu melakukan loncatan setinggi 5,91 meter.
"Saya sudah meninggalkan ketakutan saya di Paris lalu," tutur Lavillenie, saat kalah dari atlet Amerika Serikat Sam Kendricks (25) yang membuat loncatan terbaik musim ini di Paris setinggi 5,96 meter, seperti dilaporkan au.news.yahoo.com.
Memang, tambahnya, “Saya sedikit malu dengan penampilan di negara sendiri. Sekali pun saya mampu mencapai bentuk terbaik,” tutur Lavillenie yang terakhir mampu melewati mistar setinggi 6,05 meter pada kejuaraan di Eugene, Mei 2015.
Setelah itu, dirinya tidak mampu melewati mistar dengan tinggi 6,00 meter, termasuk ketika mencoba melampaui 6,00 meter pada kejuaraan di tepi danau Lac Leman ini.
“Saya akan senang bila bisa melampaui mistar setinggi 6,00 meter sekali lagi. Tetapi setelah mencoba hingga tiga kali lompatan pada musim ini, ternyata saya masih belum mampu melampauinya,” ucap Lavillenie.
Itu sebabnya lompatan 5,91 meter ini tentu menjadi lompatan terbaiknya pada musim ini, dalam menyongsong pelaksanaan seri ke delapan dari 14 seri Liga Berlian IAAF 2018 yang akan berlangsung di Stadion Olimpiade de la Pontaise, Lausanne, Swiss. Memang lompatan tersebut masih terlalu jauh bila dibandingkan dengan rekor dunia Lavillenie yang sudah mencapai 6,16 meter pada tahun 2014 lalu.
Hanya sayang dari tujuh seri yang sudah berlangsung, Lavillenie hanya mampu menang pada seri kedua dengan lompatan setinggi 5,81 meter. Sedangkan pada seri terakhir di Paris, 30 Juni lalu, Lavillenie harus menyerah dari Kendricks. Namun, pada kejuaraan yang berlangsung di tepi pantai Lac Leman, Kendricks dan atlet andalan Australia Kurtis Marschall (21) sama-sama hanya mencapai loncatan terbaik pada 5,70 meter saja.
Baik Kendricks maupun Marschall sempat mencoba untuk melampaui mistar setinggi 5,84 meter tetapi tidak berhasil. Mereka berdua berhak membawa pulang medali perunggu.
Pawel Wojciechowski, pemegang medali emas Kejuaraan Dunia Atletik 2011 Daegu asal Polandia, justru mencoba memberikan perlawanan. Sebab setelah mampu melewati mistar setinggi 5,84 meter pada kesempatan ketiga, Wojciechawski minta mistar dinaikkan ke-5,97 meter untuk memenangkan kejuaraan tersebut.
Sedangkan Lavillennie usai gagal melompati mistar setinggi 5,91 meter pada kesempatan ke pertama. Baru pada kesempatan kedua Lavillenie mampu melewati mistar dengan tinggi 5,91 meter itu.
Memang kalau berhasil, Wojciechowski (29) mampu menjadikan modal ke Lausanne Meeting yang berlangsung Kamis ini. Tetapi sayang dari kesempatan yang ada Wojciechawski tidak berhasil sama sekali. Itu sebabnya ia hanya membawa pulang medali perak.
Lavillenie sendiri sempat kesulitan ketika mengawali loncatan dengan ketinggian 5,77 meter. Dia membutuhkan tiga kesempatan untuk melampauinya. Tetapi pada ketinggian 5,84 meter Lavillenie cukup dengan satu lompatan saja.
Sedangkan si bayi ajaib asal Swedia, Armand Duplantis (18), kali ini harus puas di posisi terakhir dengan lompatan 5,70 meter. Tetapi lompatan tersebut tentu bakal menjadi modal yang berarti bagi dirinya yang akan mengikuti Kejuaraan Dunia Atletik 2018 U20 IAAF yang akan berlangsung di Tampere, mulai Selasa-Minggu (10-15/7/2018) nanti di Finlandia.
Lavillenie sendiri selain bakal bertarung di Lausanne Meeting, juga tengah mempersiapkan diri untuk bertarung di Kejuaraan Atletik Europa yang akan berlangsung bulan Agustus nanti, di Berlin, Jerman.(AFP)