Norman dan Benyamin, Mahasiswa Yang Bersinar di Seri Paris
Oleh
Korano Nicolash LMS
·3 menit baca
Paris, Minggu - Michael Norman dan Rai Benyamin merupakan beberapa sprinter Amerika Serikat yang masih menyandang predikat mahasiswa yang keluar sebagai juara dan runner-up pada Seri Paris, Liga Berlian IAAF 2018.
Norman yang 3 Desember nanti genap berusia 21 tahun, baru tiga minggu lalu menjadikan dirinya pelari keenam dunia di nomor 400 meter setelah finis 43,61 detik di kejuaraan atletik antar mahasiswa se-Amerika Serikat (NCAA). Di Paris, dia mampu meraih medali emas setelah menyelesaikan nomor 200 meter dengan waktu 19,84 detik.
Seri Paris yang merupakan seri ke tujuh dari 14 seri Liga Berlian IAAF 2018 ini, berlangsung di Stadion Sebastien Charlety, Paris, Prancis, Sabtu (30/6) waktu setempat.
"Sesuatu yang spesial untuk bisa ikut bertarung di kompetisi ini," tutur Norman. "Kejuaraan ini, atmosfernya, lintasannya, juga penontonnya. Paris benar-benar merupakan tempat yang luar biasa. Benar-benar mendorong kita untuk bisa memberikan penampilan terbaik kita,” tambah Norman.
Hal lain yang menarik bagi Norman karena bisa berbagi pengalaman dengan Rai Benyamin, teman berlatihnya. "Itu sebabnya, saat ini prioritas saya yakni berusaha untuk tidak mengalami cedera,” tambahnya.
Benyamin (21) yang turun dengan bendera Antigua dan Barbuda ini, masuk finis nomor dua di Paris, dengan waktu 19,99 detik. Saat tampil di final NCAA, Benyamin juga menjadi runner up di nomor 400 meter dengan waktu 47,02 detik.
Posisi ke tiga nomor 200 meter Seri Paris ini diraih Alex Quinonez (28) dari Ekuador yang mencapai garis finis dengan waktu 20,08 detik untuk mempertajam waktu terbaiknya di nomor 200 meter ini. Karena sebelumnya waktu terbaik Quinonez hanya mencapai 20,28 detik.
Yang lebih menarik, Norman dan Benyamin sama-sama menyelesaikan final 200 meter Seri Paris ini dengan menggunakan kaos kebesaran Universitas California Selatan berwarna kuning yang mereka gunakan ketika bertarung di NCAA. Keceriaan pun terlihat ketika mereka merayakan kemenangan tersebut dengan berpelukan, sekaligus menjadi malam yang tidak terlupakan. Terlebih karena mereka tampil untuk kemudian menang di pentas yang jauh lebih bergengsi.
Mengomentari kaos kampus yang mereka gunakan, Norman mengatakan, "Selalu luar biasa bisa mewakili kampus di mana kami berasal. Kami juga ingin memberikan penghormatan kepada pelatih dan tempat kami belajar."
Dengan tampil di Seri Liga Berlian IAAF, Benyamin bisa menyaksikan langsung kemenangan kelima kali berturut-turut andalan Qatar asal Mauritania Abderrahman Samba (22) pada nomor 400 meter lari gawang. Samba mampu mempertajam rekor Asia sekaligus waktu terbaiknya untuk nomor andalannya tersebut, setelah mencapai garis finis dengan waktu 46,98 detik. Catatan ini hanya tertinggal 0,2 detik dari rekor dunia Kevin Young (51), asal AS yakni 46,78 detik, yang diciptakan pada Olimpiade Barcelona 1992.
"Hasil yang sangat mengesankan,” tutur Benyamin atas apa yang dicapai Samba. “Tetapi hal itu tidak mengejutkan saya. Sebab kalau anda secara konsisten sepanjang musim ini mampu berlari 47 detik, itu artinya tinggal menunggu waktu saja untuk mencapai waktu di bawah 47 detik.”
"Bagi saya, menyaksikan sendiri prestasi Samba dapat memberikan sedikit motivasi. Sekali pun ini menjadi kompetisi yang sangat baik. Dan Paris selalu menjadi yang terbaik pada musim ini,” tutur Benyamin.
Menanggapi kemungkinan dirinya akan bertarung dengan Samba pada kejuaraan berikutnya, Benyamin mengatakan, ”Bisa terjadi, sepanjang kejuaraan pada musim ini. Sekali pun bagi saya sudah tidak akan turun lagi pada nomor 400 meter gawang lagi, jadi dengannya hingga musim depan."
Benyamin sempat memegang rekor 400 meter lari gawang musim ini dengan waktu 47,02 detik, tidak menyesali kegagalan dirinya pada Seri Paris. Kyron McMaster dari Virgin Isles menempati posisi ke dua dengan waktu 47,54 detik dan Karsten Warholm dari Norwegia menempati posisi ke tiga dengan waktu 48,06 detik.
“Saya sudah cukup gembira dengan hasil yang saya capai pada nomor 200 meter. Berlari di bawah 20 detik untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Jadi tidak ada penyesalan sama sekali,” tandas Benyamin yang kelahiran New York. (iaaf.org/AP)