Indonesia Wajib Tingkatkan Kualitas Pembinaan Pemain Usia Dini
Oleh
Lorenzo Anugrah Mahardhika
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Adanya kompetisi sepak bola rutin sejak usia dini amat penting untuk mengasah kemampuan pemain. Selain itu, adanya pelatih berkualitas dan infrastruktur yang memadai juga harus diperhatikan oleh PSSI untuk meningkatkan kualitas sepak bola di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh pelatih tim nasional sepak bola Indonesia, Luis Milla, pada acara promosi olahraga dan budaya Spanyol di Indonesia yang diselenggarakan oleh LaLiga di Hotel Gran Melia Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (2/7/2018) siang.
Acara tersebut diselenggarakan untuk meningkatkan profil olahraga Spanyol serta memperkuat popularitas LaLiga di Indonesia. Selain Milla, hadir pula pebulu tangkis juara Olimpaide Rio de Janeiro 2016, Carolina Marin, dan delegasi LaLiga Global Network Indonesia, Rodrigo Gallego.
Menurut pelatih berusia 52 tahun tersebut, sejak ia datang ke Indonesia pada Januari 2017, ada beberapa masalah yang harus dibenahi oleh PSSI untuk meningkatkan kualitas pemain sepak bola Indonesia. Yang pertama kurangnya jam terbang pemain muda. Kurangnya waktu bermain disebabkan kurangnya kompetisi rutin sesuai jenjang usia. Kompetisi yang dijalankan oleh PSSI adalah kompetisi U-12, Piala Soeratin untuk kategori umur di bawah 15 tahun dan 17 tahun, dan Liga U-19.
Sementara itu, di Liga 1, ada regulasi yang mewajibkan klub mendaftarkan lima pemain U-23. Kurangnya kompetisi sesuai jenjang umur ini, menurut Milla, dapat menghambat perkembangan pemain. ”Harus ada pembedaan yang jelas untuk setiap jenjang. Anak berumur enam tahun tidak bisa disamakan dengan anak umur sembilan tahun karena mereka punya level pembelajaran yang berbeda-beda,” ujar Milla.
Hal kedua adalah perbaikan kualitas pelatih di Indonesia. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengadakan banyak kursus kepelatihan untuk pelatih-pelatih muda. Mantan pemain Barcelona dan Real Madrid ini mengaku sudah melihat ada perubahan di Indonesia dengan banyaknya kursus kepelatihan yang diadakan oleh PSSI.
Menurut data yang diambil dari situs resmi PSSI, sepanjang tahun 2017, PSSI mengadakan 44 kursus kepelatihan lisensi D Nasional di seluruh Indonesia dan meluluskan 1.148 pelatih. Adapun untuk tahun 2018, PSSI berencana menggelar 34 kursus kepelatihan lisensi AFC.
Masalah infrastruktur juga merupakan salah satu hal yang harus diperbaiki oleh setiap klub. Kondisi lapangan, ketersediaan sarana dan prasarana latihan, dan lain-lain menjadi hal penting bagi pemain usia dini untuk meningkatkan kemampuan dan menggali potensinya. Menurut Milla, hal-hal tersebut adalah aspek fundamental yang dapat menentukan kualitas permainan sepak bola Indonesia.
Pelatih yang sudah menangani Tim Garuda selama 18 bulan ini kemudian mencontohkan pembinaan pemain muda di Spanyol. Adanya kompetisi untuk setiap jenjang umur memungkinkan pelatih untuk mengukur potensi pemain muda. Pemain-pemain dengan potensi bagus yang akan dipromosikan ke tim utama.
”Di Spanyol ada konsep yang jelas untuk pembinaan pemain muda. Mulai dari pemain hingga fasilitas-fasilitas yang ada. Prosesnya juga panjang dan harus diikuti semua pemain,” kata pelatih yang juga pernah bermain di Valencia itu.
Sementara itu, menurut Gallego, pemain Indonesia memiliki potensi untuk bermain di kompetisi Liga Spanyol. Pemain Indonesia, katanya, memiliki kesamaan dengan pemain Spanyol, yaitu tidak memiliki kekuatan fisik yang unggul, tetapi gesit dan cerdas membaca permainan di lapangan.
”Dengan pelatihan dan metode yang tepat, pemain Indonesia memiliki kesempatan untuk bermain di luar negeri secara reguler,” tuturnya.