KAZAN, RABU Piala Dunia diharapkan rakyat Meksiko menjadi oase di tengah kekacauan politik di negeri itu. Sejak September lalu terjadi pembunuhan sekitar 120 politisi, yang mengeruhkan pemilihan umum yang akan berlangsung 1 Juli. Sepak bola sejenak mengalihkan perhatian publik dari hiruk-pikuk politik saat Meksiko menang 1-0 atas Jerman pada laga pembuka Grup F Piala Dunia Rusia 2018.
”Meksiko perlu istirahat sejenak. Meksiko perlu berteriak,” ujar Miguel Paez (31), warga Mexico, saat merayakan kemenangan atas Jerman.
Itu awal yang bagus karena Meksiko berada di grupo de la muerte alias grup maut bersama Jerman, tim ”pembunuh raksasa” Swedia, dan Korea Selatan. Laga kedua grup kontra Korea Selatan juga masih memberi kebahagiaan. Namun, skor akhir 2-1 tidak diraih Meksiko dengan permainan yang meyakinkan. Lini belakang mereka sering tertembus oleh serangan balik Son Heung-min dan kawan-kawan.
Performa itu meresahkan suporter ”El Tri” menjelang laga ketiga lawan Swedia. Ini laga penuh tekanan karena Meksiko masih berpeluang tidak lolos jika kalah. Pada laga hidup mati itu, Javier Hernandez dan kawan-kawan tampil tak berkutik melawan sepak bola frontal Swedia.
”Kemenangan atau Neraka,” demikian judul berita Diario de Mexico menjelang laga. El Tri mendapat ”neraka” dihajar 0-3 oleh Swedia di Stadion Ekaterinburg, Rabu (27/6/2018). Beruntung, pada laga lainnya, di Kazan, juara bertahan Jerman melempem dan takluk 0-2 dari Korea Selatan sehingga Meksiko tetap melaju ke babak 16 besar sebagai posisi kedua di bawah Swedia. Akibat permainan buruk itu, di babak gugur, Meksiko akan melawan favorit juara, Brasil.
”Terima kasih Korea,” teriak suporter Meksiko yang membanjiri alun-alun Zocalo di Mexico. Mereka tak kendur mendukung El Tri. Tepatnya, mereka tak punya hal lain untuk dirayakan selain menjaga mimpi di Piala Dunia. ”Kami tidak menyadari apa yang terjadi pada laga lainnya (Korea Selatan vs Jerman) hingga orang-orang mulai menjerit, saat itulah kami tahu sesuatu telah terjadi,” ujar kiper Meksiko, Guillermo Ochoa.
Penjaga gawang berusia 32 tahun itu satu-satunya pemain yang tampil solid pada laga kontra Swedia. Dia berkali-kali menyelamatkan gawangnya dari kebobolan hingga akhirnya kemasukan tiga gol.
Ketangguhan Ochoa terekam dalam jejak statistik 17 penyelamatan, terbanyak di Piala Dunia 2018. Namun, ini juga menegaskan ada lubang besar di lini belakang Meksiko hingga kiper terekspos oleh serangan lawan.
Celah di lini pertahanan itu yang akan dieksploitasi oleh Brasil yang memiliki pemain-pemain lincah, cepat, dan berteknik tinggi. Neymar, Philippe Coutinho, dan Gabriel Jesus akan menjadi mimpi buruk bagi Hector Moreno dan kawan-kawan.
Ini menjadi perhatian serius Pelatih Meksiko Juan Carlos Osorio. Dia mengaku salah taktik saat melawan Swedia dengan menerapkan pola 4-3-3. Empat bek membuat lini tengah mereka tak berkutik melawan tekanan para pemain Swedia, juga gagal menghambat bola-bola langsung ke depan. El Tri kehilangan jati diri pada laga itu.
Osorio mengindikasikan akan mengubah pola ke 3-5-2 untuk memaksa pertarungan di lini tengah. ”Kami harus terus bersiap diri menghadapi permainan seperti ini, melawan tim yang sangat taktikal dengan permainan frontal dan dua striker,” ujar Osorio. (Reuters/AFP/ANG)