SAINT PETERSBURG, KOMPAS Sebelum Piala Dunia 2018 digelar di Rusia, Pelatih Inggris Gareth Southgate sangat kebingungan memikirkan kiper utama di skuadnya. Ada tiga kandidat yang ada dalam daftarnya, dan akhirnya ia memilih Jordan Pickford, kiper klub Everton.
Pickford menjadi pilihan utama Southgate selain Jack Butland (Stoke City) dan Nick Pope (Burnley). Ketiga kiper muda itu belum memiliki jam terbang tinggi, terutama Pope yang sama sekali belum pernah tampil untuk tim nasional senior. Namun, Southgate harus mencari pengganti sosok Joe Hart yang semakin tua dan penampilannya sudah menurun.
Sebagai mantan bek timnas Inggris, Southgate pun sangat paham bagaimana membentuk lini pertahanan yang solid bagi timnya di Rusia. Beberapa mantan pemain Inggris lainnya terus memberi pendapat bahwa Pickford-lah yang layak untuk menjadi kiper nomor satu untuk tim ”Tiga Singa”, julukan timnas Inggris.
”Saya memilih Pickford karena dia punya kecepatan di kakinya (ketimbang Butland dan Pope),” kata mantan kiper Inggris, Peter Shilton, awal Juni lalu sebelum Piala Dunia bergulir. Kecepatan dan kemampuan kaki dalam memainkan bola menjadi tuntutan utama kiper saat ini.
Southgate lantas memilih Pickford dalam dua laga pertama Inggris di Rusia. Bersama Pickford di bawah mistar gawang, Inggris selalu menang dan baru kebobolan dua gol. Inggris menang 2-1 atas Tunisia dan menggilas Panama, 6-1, di Grup G.
Dua kemenangan itu mampu memastikan Inggris melangkah ke babak 16 besar bersama Belgia yang sama-sama mengemas 6 poin. Sementara Panama dan Tunisia belum mengantongi poin dalam dua laga pertama dan dipastikan tersingkir. Dengan demikian, Inggris dan Belgia tinggal berduel untuk menentukan posisi juara Grup G, Jumat (29/6/2018) pukul 01.00 WIB, di Stadion Kaliningrad.
Skuad Inggris pun tampaknya lebih santai menghadapi laga terakhir Grup G ini. Di Hotel Repino Crownwell Park, Saint Petersburg, yang merupakan pusat media bagi tim Inggris, Pickford datang dan selalu tersenyum, Selasa (26/6/2018). Begitu sampai di ruangan para jurnalis, Pickford langsung menuju ke sudut ruangan dan mencoba dart game.
Setelah puas dan bercanda dengan para jurnalis, Pickford baru memasuki ruang konferensi pers. ”Dua laga pertama (melawan Tunisia dan Panama) adalah awal yang baik bagi kami. Dua kemenangan itu memberikan kami momentum untuk terus melaju jauh,” kata kiper berusia 24 tahun itu.
Kiper yang diboyong oleh pelatih Sam Allardyce ke Everton pada musim panas 2017 dengan transfer senilai 25 juta euro atau sekitar Rp 413 miliar itu merasakan sedang bermain bersama tim yang solid. Ia pun merasa Inggris merupakan salah satu tim yang berlaga di Rusia dengan mentalitas yang tinggi. Mereka siap menghadapi tim mana pun.
Tugas sulit
Meski demikian, Pickford tetap berada di sebuah tim yang pada dua dekade ini hanya mampu melaju sampai perempat final Piala Dunia. Mereka belum bisa mengulang kesuksesan menjadi juara dunia yang pernah mereka lakukan pada 1966.
Ia paham bahwa Piala Dunia kali ini sangat berat dan timnya tidak boleh terlalu puas hanya dengan bisa mengalahkan Tunisia dan Panama. Di depan mereka saat ini, tim-tim yang lebih kuat sudah menanti, dan Belgia menjadi yang pertama.
Oleh karena itu, Pickford tidak merasa keberatan jika Southgate tiba-tiba memilih Butland atau Pope untuk menjadi starter, pemain mula. ”Kami adalah tim yang terdiri atas 23 pemain dan semuanya berjuang keras untuk bisa dipilih untuk bermain,” ujarnya.
Apalagi, Pickford juga menyadari bahwa ia gagal membukukan clean sheet atau menjaga gawangnya tetap steril meski melawan Tunisia yang baru tampil di Piala Dunia sebanyak empat kali, dan bahkan Panama yang baru pertama kali tampil pada turnamen sepak bola terakbar ini. Southgate bisa saja mencoba menurunkan Butland atau Pope jika penampilan Pickford tidak memuaskan.
Namun, kiper kelahiran Washington, Inggris, itu tetap merasa tenang. Menurut dia, semua kiper tetap bisa melakukan kesalahan. Steril atau tidaknya gawang juga bukan tanggung jawab kiper semata, tetapi juga pemain lainnya.
Satu hal yang membuat Pickford dan rekan-rekannya tenang adalah mereka memiliki Harry Kane di lini depan. ”Jika melihat tendangan penalti yang dilakukan Kane ke gawang Panama, saya rasa tidak ada kiper yang mampu menghentikannya,” katanya. Ya, Kane memiliki tendangan menggeledek.