Sadio Mane (26) disebut-sebut penyerang terhebat yang pernah dimiliki Senegal setelah El Hadji Diouf, mantan striker yang membawa tim ”Singa Teranga” menembus perempat final Piala Dunia Korea-Jepang, 2002 silam. Diouf, yang diidolakan Mane saat kecil, justru melihat yuniornya itu sebagai yang terhebat di Afrika.
Menurut Diouf, Mane memiliki potensi untuk berkembang lebih hebat dari dirinya. Ia menyamakan penyerang sayap Liverpool itu dengan George Weah, mantan penyerang yang kini menjadi Presiden Liberia. ”Saya yakin, anak muda ini (Mane) bisa menjadi salah satu bintang pada Piala Dunia Rusia dan meraih Ballon d’Or (gelar pemain terbaik dunia) tahun depan. Turnamen itu menjadi peluang baginya untuk unjuk keahlian. Dunia kini ada di kakinya,” kata Diouf.
Setelah Weah, yang melegenda bersama klub AC Milan, belum ada lagi pemain asal Afrika yang bisa meraih Ballon d’Or. Trofi yang didominasi dua bintang, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, dalam satu dekade terakhir itu pernah diraih Weah pada 1995. ”Ya, paling tidak, ia (Mane) bisa menembus tiga besar (pemain terbaik dunia) tahun depan,” ujar Diouf.
Jangankan trofi Ballon d’Or, Mane belum pernah meraih gelar pemain terbaik Afrika seperti yang dicapai rekannya di Liverpool, Mohamed Salah, awal tahun ini. Sebelum kehadiran Salah musim panas lalu, Liverpool dianggap sebagai ”tim Mane”. Pada musim 2016-2017, Sane menjadi bintang andalan ”The Reds” dengan 13 gol pada 29 laga. Ia terpilih sebagai pemain terbaik Liverpool dan masuk tim ”All Star” Liga Inggris musim itu.
Peran menonjol Mane kembali diperlihatkan di final Liga Champions 2018, akhir Mei. Ia menyerang tanpa lelah, bergerak ke kiri dan kanan, serta mencetak gol semata wayang Liverpool menyusul cederanya Salah. Sepanjang musim 2017-2018, Mane mengemas 20 gol, capaian terbaiknya di Liga Inggris.
Di Senegal, peran Mane memang tidak sebesar di Liverpool. Ia hanya menyumbang dua gol dan tiga asis bagi Singa Teranga selama kualifikasi Piala Dunia Rusia zona Afrika. Namun, minimnya kontribusi itu tidaklah terlepas dari kebijakan unik Pelatih Senegal Aliou Cisse yang gemar merotasi pemainnya.
Meski telah tenar, Mane tak lupa diri. Ia selalu mengingat Senegal yang dibuktikan dengan donasi 300 kaus Liverpool untuk warga di kampung halamannya jelang final Liga Champions lalu. ”Bermain bersama Liverpool memberikan saya kesempatan luar biasa (untuk berkembang),” ujar Mane rendah hati. (AFP/JON)