Cakar ”Singa Muda”
Inggris selalu lolos ke Piala Dunia dengan mengesankan. Skuad mereka pun selalu bertabur bintang. Namun, mereka tak pernah bisa mengulang gelar juara 1966. Kini, dengan skuad muda, ”Tiga Singa” mengadu peruntungan di Rusia.
Inggris tampil berbeda pada Piala Dunia Rusia 2018. Pada perhelatan Piala Dunia ke-21 ini, mereka hadir dengan skuad berisi para pemain muda. Skuad ”Tiga Singa” bertransformasi menjadi ”Singa Muda” pada era pelatih Gareth Southgate. Wajah belia Inggris ini kontras dengan citra mereka pada Piala Dunia sebelumnya yang selalu bertabur bintang-bintang senior.
Kendati demikian, para pemain muda dengan usia rata-rata 25,56 tahun itu bukan pemain apa adanya. Mereka adalah para anak muda yang menjadi tulang punggung klubnya masing-masing. Harry Kane dan Dele Alli menjadi tumpuan lini depan Tottenham Hotspur, demikian juga Raheem Sterling yang selalu menjadi pemain berbahaya Manchester City.
Mereka kini menjadi tumpuan skuad ”Tiga Singa” di Rusia. Auman singa-singa muda itu dinanti oleh para pendukungnya dalam perebutan mahkota juara dunia yang pertama dan terakhir diraih Inggris pada 1966.
”Kami memang memiliki skuad sebagian besar pemain muda. Namun, kami di sini sudah siap untuk berprestasi, seperti yang kami lakukan di klub semusim ini. Dalam pelatihan, Anda bisa melihat bakat kami menakutkan,” ujar gelandang berusia 22 tahun, Ruben Loftus-Cheek.
Inggris selalu identik dengan pemain-pemain berkategori bintang sepak bola dunia. Di tiga Piala Dunia terakhir, skuad mereka begitu mewah. Pada Piala Dunia Jerman 2006, Inggris dihuni megabintang sepak bola, seperti David Beckham, Steven Gerrard, dan Michael Owen. Dua Piala Dunia berikutnya pun demikian, beberapa bintang, seperti Wayne Rooney, Frank Lampard, dan Joe Cole, menghuni skuad Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Sementara sejumlah bintang, seperti Daniel Sturridge, Danny Welbeck, dan Jack Wilshere, menghuni skuad Piala Dunia Brasil 2014.
Namun, pada Piala Dunia 2018, skuad Inggris lebih ”bersahaja”. Mereka datang dengan para pemain muda yang sedang menanjak. Tim asuhan Gareth Southgate tersebut hanya memiliki tiga pemain berusia di atas 30 tahun, yakni bek sayap Ashley Young (32), bek tengah Gary Cahill (32), dan striker Jamie Vardy (31). Sebagian besar pemain lain adalah pemain muda yang minim pengalaman, seperti Trent Alexander-Arnold (19), Marcus Rashford (20), dan Sterling (23).
Para pemain muda tentu memiliki plus-minus. Plusnya, pemain muda memiliki kebugaran lebih baik, mereka bisa bermain cepat dan punya daya tahan optimal untuk bermain dengan intensitas tinggi selama 90 menit. Minusnya, mereka belum memiliki pengalaman tampil pada kejuaraan bergengsi. Hal itu bisa saja membuat mereka demam panggung dan tidak menunjukkan kemampuan terbaiknya.
Akan tetapi, sejauh ini mereka menunjukkan penampilan menjanjikan. Setidaknya, hal itu terlihat selama babak kualifikasi Piala Dunia 2018. Mereka turut membawa Inggris menjadi juara Grup F sehingga lolos langsung ke Rusia.
Bersama Spanyol, skuad Inggris mencetak rekor sebagai tim dengan pertahanan terbaik di fase tersebut, hanya kebobolan tiga gol. Selama fase itu, mereka juga tidak pernah kalah dengan delapan kali menang dan dua kali imbang.
Secara khusus, pemain muda memberi kontribusi tak kecil. Sebagian besar dari total 18 gol negara kepulauan itu dilesatkan para pemain mudanya, yakni Harry Kane dengan 5 gol serta Dele Alli, Eric Dier, dan Rashford masing-masing satu gol.
Pascakualifikasi, penampilan Inggris pun cenderung stabil. Mereka menggelar enam laga persahabatan jelang Piala Dunia 2018. Hasilnya, mereka meraih tiga kali menang dan tiga kali imbang. Hasil itu tidak buruk mengingat lawan mereka sebagian adalah peserta Piala Dunia 2018, seperti menang 2-1 atas Nigeria, menang 2-0 atas Kosta Rika, serta imbang 0-0 dengan Jerman dan Brasil.
Kepercayaan diri tinggi
Kelebihan lain dari pemain muda adalah mereka punya antusiasme tinggi. Kini, skuad Inggris memang sedang dalam kepercayaan diri yang tinggi. Semangat itu salah satunya diperlihatkan Harry Kane setelah ditunjuk sebagai kapten Inggris per 22 Mei 2018.
Ujung tombak klub Tottenham Hotspur itu menilai, walaupun diisi pemain-pemain muda, Inggris punya kapasitas untuk juara. Apalagi, para pemain muda itu sudah ditempa kerasnya Liga Inggris bersama klub masing- masing, seperti Rashford di Manchester United, Alli di Spurs, dan Sterling di Manchester City.
”Dengan para pemain muda, Inggris mungkin tidak diperhitungkan. Namun, tidak ada yang tidak mungkin. Lihatlah di Liga Champions, siapa yang mengira Liverpool dengan skuad mudanya bisa mencapai final. Atau lihatlah MU dengan Alex Ferguson, dengan skuad muda, mereka mendominasi Liga Primer Inggris bertahun-tahun. Untuk itu, pada Piala Dunia kali ini, kami akan berusaha sekuat tenaga untuk juara,” ujar Kane dikutip Eurosport pada 23 Mei 2018.
Bahkan, saking percaya dirinya, skuad Inggris pun sudah berlatih mengeksekusi adu penalti. Ini sekaligus antisipasi karena mereka memang memiliki catatan buruk dalam adu penalti, yakni enam kali kalah dari tujuh kali adu penalti di semua ajang.
Faktor tekanan
Walaupun dihuni skuad muda, Inggris tetaplah Inggris. Ancaman terbesar yang bisa menghambat langkah mereka di Piala Dunia bukan kualitas pemain, melainkan faktor tekanan dari para pendukungnya yang fanatik.
Berkaca dari tiga Piala Dunia sebelumnya, Inggris yang diunggulkan selalu gagal di fase yang tidak terduga. Pada Piala Dunia 2006, mereka terhenti di perempat final. Dua Piala Dunia selanjutnya, prestasi mereka terus turun, yakni terhenti pada babak 16 besari tahun 2010 dan terhenti pada penyisihan grup tahun 2014.
Inggris patut mengelola tekanan itu dengan baik. Setidaknya, mereka memaksimalkan antusiasme pemain muda yang seolah tak peduli tekanan itu. ”Saya pribadi bukan orang yang tunduk dengan tekanan besar. Saya tahu bagaimana menghadapinya. Sebagai pemain muda yang tumbuh dan bermain di Inggris, Anda sering menghadapi tekanan dan terbiasa menghadapinya,” kata Loftus-Cheek.
Melihat suasana itu, Inggris mungkin tidak akan terlalu kesulitan lolos dari Grup G yang diisi Belgia, Panama, dan Tunisia. Selanjutnya, Inggris akan bergantung kepada singa-singa muda itu dalam menggunakan cakarnya. (AFP/REUTERS/DRI)