Puasa Ramadhan bukan penghalang bagi atlet di pemusatan latihan nasional untuk serius mempersiapkan diri guna menghadapi Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
JAKARTA, KOMPAS Memasuki hari kelima puasa Ramadhan, intensitas latihan di pemusatan latihan nasional tidak menurun. Bahkan, beberapa pelatnas justru meningkatkan porsi latihan guna mengejar performa atlet mengingat penyelenggaraan Asian Games 2018 kurang dari tiga bulan.
Pelatnas rugbi tujuh meningkatkan intensitas latihan dari 10 sesi menjadi 16 sesi. Sesi itu dibagi empat fokus, meliputi ketahanan, teknik, kecepatan, dan kekuatan. Penambahan intensitas latihan dilakukan mengingat persiapan tim sudah memasuki fase kedua, yaitu persiapan khusus.
”Ya, kami memanfaatkan sebaik mungkin waktu sekitar 10 minggu yang tersisa sebelum ke Jakarta,” ujar pelatih rugbi tujuh, Yohanes Musi, saat dihubungi pada Selasa (22/5/2018).
Pelatnas rugbi tujuh berlangsung di Parangtritis, Yogyakarta. Atlet yang mengikuti pelatnas berjumlah 28 orang, terdiri dari 14 atlet putra dan 14 putri. Dari jumlah itu, 16 atlet menjalankan ibadah puasa.
Secara terpisah, pelatnas kurash di Ciloto, Jawa Barat, juga tidak menurunkan porsi latihan. Mereka tetap berlatih tiga kali sehari. Pagi latihan fisik selama dua jam, dilanjutkan latihan siang dan sore hari masing-masing juga dua jam untuk memperdalam teknik.
”Kami harus mengejar teknik sebelum pertandingan karena mayoritas pemain berasal dari judo,” kata asisten pelatih kurash, Deni Zulfendri.
Lokasi pelatnas di Ciloto dinilai membantu mengurangi kelelahan atlet. Kondisi pegunungan yang dingin cenderung mengurangi keluarnya keringat yang memicu dehidrasi. Dari 14 atlet pelatnas kurash, hanya 3 orang yang tidak berpuasa.
Kondisi tak berbeda terlihat di pelatnas angkat besi. Pelatih Muhammad Rusli menegaskan, tidak ada perubahan jadwal latihan selama Ramadhan.
Latihan tetap dilakukan dua kali sehari, pukul 08.30-11.00 dan 16.00-18.30. Latihan dilakukan dari Senin hingga Sabtu. Porsi latihan berjalan sesuai agenda, yakni fokus peningkatan kekuatan angkatan sebesar 80 persen dan teknik 20 persen.
”Kami tidak bisa mengurangi durasi dan porsi latihan sebab, kalau kami kurangi, hal itu bisa berpengaruh buruk pada fisik dan kekuatan angkatan atlet. Padahal, Asian Games sudah dekat sehingga tidak ada lagi waktu untuk memulihkan kondisi tersebut,” ujarnya.
Penyesuaian jadwal
Strategi lain diterapkan pelatnas sepatu roda. Meskipun porsi latihan tetap, mereka mengalihkan waktu latihan. Latihan pagi dipindahkan dari pukul 08.00-10.00 menjadi pukul 19.15-20.45. Sementara itu, agar tidak terlalu dekat dengan latihan malam, latihan sore digeser dari pukul 14.30-16.30 menjadi pukul 13.30-15.30.
Latihan pagi dipindahkan karena banyak kegiatan fisik. Untuk menjaga kondisi atlet, latihan sengaja dipindah setelah berbuka puasa. Hal ini karena semua atlet berpuasa.
Bagi atlet yang menjalankan ibadah puasa, intensitas latihan tinggi memang cukup menantang. Namun, hal itu tidak dapat dihindari mengingat ada target medali yang harus dicapai.
”Ya, memang lebih lemas karena dehidrasi pasti, tetapi mau gimana lagi, kan harus terus meningkatkan kemampuan,” kata atlet sepatu roda Alifia Meidia Namasta.
Sementara itu, penanganan cedera menjadi fokus pelatnas voli untuk meningkatkan performa atlet. Selain mengalami cedera baru pada saat mengikuti kompetisi Proliga 2018 lalu, sebagian pemain menyimpan cedera lama yang sifatnya kronis.
”Jika didiamkan saja dan tidak segera ditangani dengan benar, akan menjadi cedera akut sehingga pemain tidak bisa turun ke lapangan atau tampil dengan optimal,” ujar Anita Suryani, dokter timnas voli, di Pedepokan Voli Sentul, Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Atlet yang masih dalam pemulihan cedera antara lain spiker Aprilia Manganang dan Wilda Sugandi. (KEL/DRI/IND)