Jakarta, Kompas – Pedayung putra asal Maluku, Memo, akan berlaga di Asian Games 2018 pada nomor andalannya, yaitu singlesculls putra. Memo diharapkan meraih medali emas di nomor itu.
Pelatih Dayung Nasional, M Hadris dari pelatnas dayung di Situ Cileunca, Pangalengan, Jabar, Kamis (10/5/2018), mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi pada Kejuaraan Rowing dan Lomba Layar Internasional di Sydney, Australia, Maret lalu, penampilan Memo pada nomor dua pedayung scullsputra tak sesuai harapan. “Melihat hasil kejuaraan dan progres latihan sehari-hari, kami memutuskan untuk mengembalikan Memo pada nomor andalan di Asian Games,” ujar Hadris.
Saat tampil di Australia, Memo bersama pasangannya, pedayung Edwin Gianjar Rudiana, menempati peringkat ketiga babak penyisihan kejuaraan dengan catatan waktu 6 menit 31,33 detik. Pedayung Indonesia kalah dari Irlandia (6 menit 24,29 detik) dan Australia (6 menit 27,29 detik).
Pada babak pengulangan, Memo dan Edwin kembali menempati peringkat ketiga dengan catatan waktu 6 menit 36,37 detik. Mereka kalah dari dua tim tuan rumah Australia. Hasil tersebut membuat pedayung Indonesia gagal menjalani babak final. Hanya pedayung dengan peringkat pertama dan kedua pada babak penyisihan dan pengulangan yang berhak menjalani laga final.
Memo mengukir hasil lebih baik ketika turun pada nomor empat pedayung putra bersama Edwin, Sulpianto, dan Kusmana. Mereka berhasil merebut medali perunggu dengan catatan waktu 5 menit 52,77 detik atau tertinggal 6,6 detik dari juara tim Murray Bridge Composite-NTC (Australia). Perak diraih Sydney Composite-NTC (5 menit 47,49 detik). Secara keseluruhan, tim Indonesia membawa pulang dua medali emas dan duar perak di kejuaraan di Australia.
Berkaca dari hasil di Australia, maka menurut Hadris, lebih baik mengembalikan Memo pada nomor andalannya. Keputusan tersebut sudah dikomunikasikan kepada Memo. “Memo juga merasa lebih nyaman dan percaya diri bermain pada nomor andalannya tersebut,” ujarnya.
Memo merupakan pedayung putra terbaik Indonesia. Bersama pedayung putri Dewi Yuliawati, Memo pernah mewakili Indonesia tampil pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Setelah tampil di Olimpiade, penampilan Memo pada nomor single sculls putra sempat menurun. Penurunan performa Memo disebabkan beberapa hal, yaitu Memo tidak memiliki teman latih tanding yang sepadan dengannya di pelatnas. Selain itu semangat dan daya tahan Memo juga mulai menurun sejak dia beberapa kali absen dari pelatnas karena harus mengikuti tes masuk TNI AL.
Oleh pelatih, Memo kemudian dicoba untuk bermain pada nomor dua pedayungscullsputra. Melihat hasil kejuaraan di Australia yang kurang sesuai harapan, keputusan untuk memainkan Memo pada nomor dua pedayung putra kemudian direvisi.
Di tingkat Asia, Memo mempunyai pesaing berat yaitu Dattu Baban Bhokanal (India) dan Dongyong Kim (Korea). Ketika tampil di Olimpiade Rio, Bhokanal menempati peringkat pertama Final C dengan catatan waktu 6 menit 54,96 detik. Memo berada di peringkat keempat dengan waktu 6 menit 59,44 detik. Adapun Kim berada di urutan kelima, (6 menit 59,72 detik).
Hadris mengatakan, Memo harus berlatih keras untuk dapat mengembalikan rekor terbaiknya di Olimpiade Rio. Apalagi saat ini, catatan waktu Memo dalam latihan masih jauh dari rekor terbaik dia. Dalam latihan sehari-hari catatan waktu Memo antara 7 menit 05 detik – 7 menit 10 detik.
Sebelum menjalani pertandingan di Australia, Memo pernah mengatakan, dia siap bermain sesuai arahan pelatih. ”Saya siap bermain di nomor tunggal atau beregu. Di nomor beregu, saya merasa cukup nyaman karena jadi tidak kesepian,” ujarnya.
Memo menuturkan, dia sudah cukup sering bermain di nomor atu berpasangan. Dia tidak pernah mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan pedayung lain. Namun, teknik dan kekuatan memang masih harus diperbaiki untuk meningkatkan daya luncur perahu.
Untuk memastikan Memo dan kawan-kawan dapat berlatih maksimal, akhir Mei ini, tim dayung Indonesia akan menjalani training camp dan uji coba kejuaraan di Eropa. Sebanyak sembilan belas atlet rowing putra dan putri, serta tiga pelatih, akan berangkat ke Belanda. Mereka dijadwalkan menjalani kejuaraan yang cukup populer di Belanda, yaitu Holland Beker, 30 Juni-1 Juli.
Hadris mengatakan, latihan di Eropa sangat penting untuk mengasah mental dan fokus atlet. “Kalau berlatih di Indonesia, mereka mempunyai banyak gangguan. Waktu istirahat, malah biasanya dipakai untuk bermain. Kalau di Eropa, latihan lebih fokus,” katanya. (DNA)