JAKARTA, KOMPAS — Usulan untuk menggunakan arena di Palembang untuk pertandingan menembak pada Asian Para Games 2018 dinilai sulit direalisasikan. Penyelenggaraan pertandingan menembak untuk atlet difabel itu tengah diupayakan agar tetap digelar di Jakarta.
Ketua Inapgoc 2018 Raja Sapta Oktohari, di Jakarta, Jumat (6/4/2018), mengatakan, usulan agar pertandingan menembak digelar di Jakabaring, Palembang, muncul saat rapat koordinasi yang dipimpin Menko PMK Puan Maharani, Kamis pagi. Pertimbangannya, pertandingan menembak pada Asian Games juga digelar di arena baru yang dibangun di Palembang.
Namun, usulan itu, menurut Okto, tidak masuk akal jika hanya pertandingan menembak Asian Para Games yang dipindah ke Palembang, sedangkan cabang lain digelar di Jakarta. Jika mengacu pada Instruksi Presiden No 3/2018 tentang Percepatan Pembangunan/Rehabilitasi Prasarana dan Sarana Olahraga serta Prasarana dan Sarana Pendukung dalam Persiapan Penyelenggaraan Asian Games dan Asian Para Games 2018, sebanyak 18 cabang dengan 588 nomor pertandingan di Asian Para Games 2018 diselenggarakan di Jakarta.
Okto menyatakan, jika pertandingan menembak Asian Para Games tetap digelar di Palembang, akan ada konsekuensi pembengkakan anggaran yang harus dikeluarkan. Biaya yang membengkak itu di antaranya untuk transportasi dan akomodasi atlet beserta ofisial. ”Hal lain yang juga harus jadi pertimbangan adalah kontingen belum tentu mau. Mereka pasti tidak akan mau dipisah-pisah,” kata Okto.
Selain di Palembang, tempat lain yang juga diusulkan sebagai lokasi penyelenggaraan menembak Asian Para Games adalah lapangan tembak Markas Divisi Infanteri 1 Kostrad di Cilodong, Depok, Jawa Barat. Namun, usulan itu juga tidak memungkinkan diakomodasi karena lokasinya sudah berada di luar Jakarta.
Renovasi lapangan tembak
Solusi yang ditawarkan Inapgoc, pertandingan menembak digelar di Lapangan Tembak Senayan, kompleks Gelora Bung Karno. Namun, perlu ada renovasi total di lantai satu Lapangan Tembak Senayan.
”Kalau di lantai dua yang digunakan sebagai arena menembak, tidak ada akses ke sana (bagi atlet difabel),” kata Okto.
Tim menembak Indonesia juga berharap Lapangan Tembak Senayan dapat direnovasi untuk menggelar Asian Para Games. Kepala Pelatih Tim Menembak Indonesia Saridi mengatakan, lebih menguntungkan jika pertandingan digelar di Lapangan Tembak Senayan karena atlet pernah latihan di sana dan lebih menguasai arena pertandingan. Sementara di Jakabaring, Palembang, tim menembak belum pernah mencoba arena yang ada.
Payung hukum
Saridi menyadari, Lapangan Tembak Senayan memiliki banyak kekurangan, terutama terkait aksesibilitas untuk atlet dengan kebutuhan khusus. Tiga dari 11 atlet menembak Indonesia menggunakan kursi roda. Mereka bakal kesulitan menjangkau arena menembak jika tak dilengkapi berbagai sarana pendukung, seperti ramp dan jalur khusus pergerakan kursi roda.
Inapgoc masih terus melobi pemangku kepentingan terkait, terutama pihak Kementerian PUPR, agar penyelenggaraan menembak tetap di Lapangan Tembak Senayan dan dilakukan renovasi. Tetapi, jika tetap tidak ada tanggapan, menurut Okto, mereka akan mengupayakan perbaikan dengan dana sendiri.
”Tapi, sifatnya sementara. Kalau seandainya (renovasi) bisa dilakukan oleh Kementerian PUPR, bisa permanen. Itu bisa menjadi warisan kita sebagai tuan rumah,” kata Okto.
Menanggapi hal itu, Direktur Bina Penataan Bangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Iwan Suprijanto mengatakan, pada Inpres No 3/2018 belum ada penugasan kepada Kementerian PUPR untuk merenovasi arena di Lapangan Tembak Senayan.
”Kami memang sudah mengecek lokasi dan ada beberapa hal yang sifatnya teknis dan harus diselesaikan antara Sekretaris Negara (pemilik aset) dan pihak-pihak lain. Di samping secara administrasi inpres yang menjadi payung hukum belum ada,” kata Iwan. (DNA/ZAK)