”Hasil remis ini agak mengecewakan. Saya sebenarnya masih bisa menang jika tidak salah dalam menjalankan bidak di sisi kanan,” kata Aditya.
Menjelang akhir permainan, Aditya unggul dalam kualitas buah catur karena memiliki satu benteng dan empat bidak. Yifan memiliki satu gajah dan lima bidak. Yifan melakukan manuver dengan mengorbankan gajahnya, tetapi dapat menempatkan bidaknya satu langkah sebelum promosi. Kondisi itu memaksa Aditya bertukar bidak dengan benteng dan akhirnya kedua pecatur di kelompok umur 12 tahun itu tinggal memiliki raja.
”Saya harus berhati-hati pada laga berikutnya. Jangan sampai membuat kesalahan sekecil apa pun. Saya ingin memenangi dua laga pada Rabu,” kata Aditya.
Hasil remis itu membuat Aditya mengumpulkan 2,5 poin dari tiga laga. Pada catur, satu kemenangan diberi nilai 1 poin dan remis 0,5 poin. Di antara enam pecatur Indonesia yang mengikuti ajang ini, Aditya mengumpulkan nilai tertinggi.
”Meskipun unggul kualitas buah catur, Aditya berada dalam posisi yang rumit. Jika salah melangkah, dia bisa kalah pada laga itu. Hasil remis merupakan hasil yang adil dan dapat menjadi pelajaran bagi Aditya untuk lebih berhati-hati,” kata Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi).
Sementara itu, dua pecatur putri Indonesia, Vania Vindy Chandra dan Nur Aini Rasyid, meraih kemenangan pada laga ketiga. Vania mengalahkan Musaeva Shakhnazi dari Kirgistan dan Nur Aini mengalahkan Anaidaa Santosh dari India.
Vania unggul sejak awal laga karena Shakhnazi melakukan kesalahan langkah yang memungkinkan Vania unggul secara posisi dan merebut satu bidak. Keunggulan itu membuat Vania berani menyerang dan beberapa kali melakukan pertukaran perwira.
Pecatur di kelompok umur 16 tahun itu menjebak menteri Shakhnazi dan mengajaknya beradu. Shakhnazi melangkah di jebakan itu dan membuat Vania unggul posisi. Vania menyudahi laga dengan menjepit raja lawan dengan kuda, gajah, dan benteng. Dengan kemenangan itu, Vania kembali ke papan atas dengan dua poin dari tiga laga.
Nur Aini juga mendapat keuntungan dari lawan yang melakukan kesalahan pada awal laga. Nur Aini merebut dua bidak karena Santosh salah dalam menyusun pertahanan di depan benteng. Santosh menyerah pada langkah ke-27 karena tidak ada alternatif langkah bagi raja yang sudah terkepung dari tiga arah. Hasil itu memberi satu poin bagi Nur Aini yang sebelumnya kalah pada dua laga.
Pecatur Indonesia lainnya, Dita Karenza, bermain remis melawan Woman International Master (WIM) Sagar Tejaswini dari India. Dita dan Tejaswini bermain dengan saling mengunci pertahanan lawan dan menyisakan satu benteng, menteri, dan bidak dalam jumlah sama.
Dua pecatur Indonesia lainnya, Samantha Edithso dan Muhamad Alhabsyi, harus menelan pil pahit kekalahan.