BERLIN, SENIN — Tim nasional sepak bola Brasil dihantui deja vu bayang-bayang kehancuran dari Jerman saat kedua tim bertemu di laga persahabatan, Rabu (28/3) dini hari WIB, di Berlin. Motivasi berlipat ganda, salah satunya untuk balas dendam, dapat menjadi inspirasi Brasil pada laga ini.
Duel Jerman versus Brasil di Stadion Olimpia, Berlin, adalah pertemuan yang banyak ditunggu penikmat sepak bola sejagat. Ini adalah duel dua tim di peringkat teratas FIFA sekaligus favorit juara Piala Dunia Rusia 2018.
Tidak hanya itu, laga ini punya ”bumbu” lain yang menjadi daya pikat tambahan. Duel di Olimpia itu merupakan reuni pertama kedua tim setelah laga semifinal Piala Dunia Brasil 2014. Ketika itu, tuan rumah yang difavoritkan jadi juara dilumat Jerman, 1-7.
Kekalahan tim ”Samba” itu dikenang sebagai hari berduka bagi rakyat Brasil. Itu kekalahan terburuk mereka sepanjang sejarah. ”Kekalahan itu seperti hantu bagi kami. Orang-orang masih membicarakannya hingga kini. Jujur saja, hal itu berdampak psikologis bagi kami,” ujar Tite, pelatih Brasil saat ini.
Ketika itu, Tite belum melatih tim Samba. Ia menyaksikan laga itu bersama istri di rumah mereka di Sao Paolo. ”Saat
kami (Brasil) kebobolan untuk ketiga kali, istri saya mulai menangis. Itu terasa seperti gim video, sulit dipercaya,” ujar Tite.
Menurut dia, luka kekalahan telak itu sulit disembuhkan. Satu-satunya cara untuk menghilangkannya adalah dengan menghadapi ”hantu” itu sendiri, yaitu Jerman. ”Laga di Berlin menjadi bagian upaya mengubur selamanya luka itu,” ucap Tite.
Brasil kini bukan lagi tim yang sama seperti saat digilas tim ”Panser” empat tahun lalu. Di bawah asuhan pelatih bertangan dingin seperti Tite, tim Samba telah bermertamorfosis. Mereka bisa kembali menegakkan kepala dengan menjadi tim pertama yang lolos dari kualifikasi Piala Dunia Rusia, selain tuan rumah.
Sejak diasuh Tite, 2016, Brasil menjadi tim perkasa yang sangat sulit ditaklukkan. Mereka dengan mudah menghancurkan barisan tim kuat seperti Argentina, Uruguay, dan Kolombia.
Tim Samba pun mulai kembali merebut hati rakyat Brasil, hal yang menghilang saat mereka dilatih Carlos Dunga. Berbeda dengan saat diasuh mantan bintang Brasil itu, Brasil binaan Tite tampil lebih menarik dengan gaya ofensif khas Eropa melalui pola taktik 4-3-3.
Berbeda dengan kebanyakan pelatih asal Brasil lainnya, Tite tidak alergi dengan sepak bola ala Eropa. Sebaliknya, ia pernah melakukan sabatikal ke benua biru untuk mengasah taktik dari para pelatih top seperti Manajer Arsenal Arsene Wenger dan bekas Manajer Bayern Muenchen Carlo Ancelotti.
Seperti Arsenal, Brasil saat ini memiliki gaya bermain cepat dengan banyak operan satu-dua sentuhan. Trio penyerang mereka, yaitu Willian, Gabriel Jesus, dan Douglas Costa, adalah trisula yang tidak jarang membuat lawan-lawannya bergidik.
Tanpa Neymar
Mereka kini lebih percaya diri untuk menatap tim Panser. Satu hal tertanam di kepala mereka, yaitu membalaskan kekalahan di Brasil dan membuat Jerman malu di rumahnya sendiri. ”Saya kira ini saat yang tepat menghadapi mereka. Kami hanya harus fokus ke permainan kami sendiri. Tite orang yang sangat tepat menghadapi situasi seperti ini,” ujar bek Brasil, Miranda.
Hanya saja, ada satu hal penting yang tidak boleh diabaikan, yaitu absennya Neymar di tubuh tim Samba. Di Piala Dunia 2014, Brasil perkasa di penyisihan grup hingga perempat final. Namun, itu sirna ketika sang bintang didera cedera. Tanpa Neymar, Brasil kehilangan inspirasi dan menjadi bulan-bulanan Jerman.
Situasi kini kembali terulang. Neymar menderita cedera engkel yang memaksanya absen paling tidak tiga bulan atau hingga
Juni mendatang. Tanpa Neymar, Brasil diyakini kembali ”lumpuh” ketika menghadapi Jerman, tim dengan kinerja kolektivitas tinggi.
”Mereka (Brasil) kini lebih baik dari dulu (Piala Dunia Brasil) dan memiliki banyak bintang baru. Namun, tetap saja ada perbedaan besar antara saat Neymar tampil dan tidak. Brasil saat ini tidak lebih mandiri dari Neymar ketimbang 2014,” tutur Leroy Sane, penyerang sayap Jerman, soal calon lawannya itu.
Sane kemungkinan bakal turun sejak menit pertama di Berlin. Ia dicadangkan saat Jerman ditahan imbang Spanyol, 1-1, pada laga persahabatan pekan lalu di Duesseldorf. Sane bukanlah satu-satunya pemain rotasi yang disiapkan Pelatih Joachim Loew untuk melumpuhkan Brasil.
Di lini tengah, di mesin serangan, ia menyiapkan gelandang dinamik Ilkay Guendogan untuk menggembosi pertahanan Brasil. Duel ini bakal sengit. (AFP/JON)