JAKARTA, KOMPAS — Gelar juara beregu putra dan semifinal yang didapat tim putri Indonesia dalam babak kualifikasi Piala Thomas-Uber Zona Asia menjadi modal untuk tampil dalam putaran final. Namun, hasil itu tak boleh membuat atlet terlena karena tekanan akan lebih berat.
Putaran final kejuaraan beregu putra-putri, Piala Thomas-Uber 2018, akan digelar di Bangkok, Thailand, 20-27 Mei. Tim Indonesia lolos karena masuk empat besar dalam kualifikasi di Alor Setar, Malaysia, 6-11 Februari, sebagai syarat tampil pada putaran final. Adapun tim juara bertahan dan tuan rumah otomatis lolos ke putaran final.
Tim putra juara setelah mengalahkan China, 3-1, pada final. Adapun lolosnya tim putri ke semifinal menjadi kejutan di tengah kehadiran tim-tim kuat. Dalam ajang yang menjadi kejuaraan Asia beregu itu, tim putri mengungguli Singapura, China, dan India sebelum dikalahkan Jepang.
”Hasil itu bisa menjadi modal berupa kepercayaan diri. Namun, pemain tidak boleh terlena karena suasana pada putaran final akan berbeda, tekanan akan lebih berat,” ujar Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susy Susanti di Jakarta, Jumat (23/3).
Berdasarkan undian yang digelar di Bangkok, Kamis, tim putra Indonesia akan bersaing dengan Korea Selatan, Kanada, dan Thailand pada Grup B. Adapun tim putri berada di Grup D bersama China, Perancis, dan Malaysia. Sebanyak 16 tim putra dan 16 tim putri dibagi dalam empat grup. Dua tim teratas dari setiap grup lolos ke perempat final.
”Perjuangan tim akan dimulai lagi dari nol. Pemain harus lebih siap dari sebelumnya, harus kerja lebih keras,” kata Susy.
Tekanan lebih berat akan dirasakan, salah satunya dengan kehadiran tim-tim Eropa yang tak bisa dipandang sebelah mata meski kekuatan bulu tangkis terpusat di Asia. Tim putra Denmark, misalnya, untuk pertama kalinya menjuarai Piala Thomas pada 2016 di Kunshan, China, setelah di final mengalahkan Indonesia, 3-2.
Persaingan juga akan lebih berat karena pemain-pemain terbaik dari setiap negara hampir pasti tampil di Bangkok. Ini berbeda dengan babak kualifikasi ketika tak semua negara tampil dengan kekuatan penuh.
Tim putra China, misalnya, tak menurunkan dua pemain senior, Chen Long dan Lin Dan. Saat itu, mereka mengandalkan Shi Yuqi, Qiao Bin, dan Zhao Junpeng pada tunggal, serta He Jiting/Tan Qiang dan Han Chengkai/Zhao Haodong di ganda putra. Dari daftar tersebut, hanya Shi Yuqi yang masuk peringkat 10 besar dunia.
Jika memasukkan nama pemain senior di Bangkok, China akan memiliki kekuatan merata. Tim Thomas dimungkinkan menurunkan Chen Long, Shi Yuqi, dan Lin Dan sebagai tiga tunggal. Pada ganda putra, mereka memiliki Li Junhui/Liu Yuchen dan Zhang Nan/Liu Cheng.
Denmark juga memiliki kekuatan merata, apalagi dengan kembalinya Jan O Jorgensen yang absen selama delapan bulan karena cedera tumit kanan. Jorgensen bisa menjadi pilihan mendampingi tunggal putra nomor satu dunia, Viktor Axelsen, Anders Antonsen, dan Hans- Kristian Solberg Vitinghus. Dua ganda putra, Mathias Boe/Carsten Mogensen dan Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding juga memiliki kekuatan seimbang.
Di tengah tekanan yang lebih berat, Susy mengatakan, peluang tim Thomas Indonesia untuk juara tetap terbuka. ”Akan tetapi, saya selalu menekankan pada pemain agar fokus mereka tetap pada pertandingan demi pertandingan. Jangan langsung berpikir juara,” katanya.
Pekerjaan rumah
Meski meraih hasil baik pada babak kualifikasi, skuad pelatnas Cipayung tetap punya pekerjaan rumah yang harus diperbaiki. Masalah utama yang dihadapi adalah konsistensi penampilan.
Dari semua pemain senior, hanya ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang telah mencapai tahap itu. Selain tujuh gelar juara pada 2017, mereka telah menjuarai tiga turnamen pada 2018, yaitu Indonesia Masters, India Terbuka, dan All England.
Ganda putri Greysia Polii/ Apriyani Rahayu, yang menjuarai tiga dari lima final sejak Mei 2017, dinilai pelatih ganda putri Eng Hian belum mencapai tahap konsisten sebagai pasangan top dunia. Eng Hian mengatakan itu sebelum mereka tersingkir pada babak pertama All England.
Tentang formasi tim, yang terdiri atas 10 pemain putra dan 10 putri, pelatih dan pengurus PBSI akan menilai berdasarkan prestasi, penampilan dalam kejuaraan beregu, dan statistik pertemuan dengan calon lawan. Menurut Susy, PBSI membuka kesempatan pemain di luar pelatnas untuk masuk tim. (IYA)