Pentas Kandidat Kampiun Dunia
Salah satu laga uji coba yang patut ditunggu adalah antara tim nasional Jerman versus Spanyol, Sabtu (24/3) dini hari WIB mendatang. Tidak sedikit yang yakin duel di Dusseldorf, Jerman, itu akan terulang pada final Piala Dunia Rusia, 15 Juli mendatang.
Duel itu mempertemukan para juara di dua edisi Piala Dunia terakhir. Spanyol juara Piala Dunia Afrika Selatan 2010, adapun Jerman kampiun di Piala Dunia Brasil 2014. ”Laga ini menjadi kesempatan bagi manajer kedua tim untuk mengevaluasi pemain dan melihat kelemahan rivalnya,” tulis Eurosport.
Di Rusia nanti, kedua tim bahkan berpeluang lebih cepat bertemu, yaitu pada semifinal. Skenario itu terjadi jika Jerman dan Spanyol masing-masing finis teratas di penyisihan grup. Tim ”Panzer” menghuni Grup F, adapun ”La Furia Roja” berada di Grup B.
Mengingat pentingnya duel uji coba itu, Pelatih Jerman Joachim Loew akan membawa skuad yang sarat akan potensi ke Dusseldorf. Skuad itu berisikan gabungan pemain kaya pengalaman dan juara Piala Dunia 2014, seperti Thomas Mueller serta para talenta yang menjuarai Piala Konfederasi Rusia 2017 macam Timo Werner.
Dari 25 pemain yang dipanggil untuk laga uji coba itu, nyaris 70 persen di antaranya adalah para ”darah segar” atau yang diyakini sebagai generasi emas baru Jerman. Adapun ”muka lama” yang menyumbang gol ”emas” di final Piala Dunia Brasil, Mario Goetze, tidak dipanggil karena gagal mengilap di level klub. Kiper Manuel Neuer dan gelandang sayap Marco Reus juga absen karena masih dalam pemulihan pascacedera.
Bukanlah tanpa alasan Loew lebih banyak memanggil barisan talenta mudanya daripada senior, seperti Goetze. Menariknya, ia belajar dari calon lawannya pada laga itu, yaitu Spanyol.
Spanyol tersingkir dini pada penyisihan grup Piala Dunia, empat tahun silam. Ketika itu, ”La Roja” lebih banyak diperkuat para pemain senior, seperti Xavi dan David Villa yang telah ”menua” dan terbuai kemapanan.
”Bagi kami, performa adalah di atas segalanya. Jika ingin kembali sukses di Piala Dunia, kami harus kembali meraih kondisi di mana kami masih lapar (gelar),” kata Loew kepada Kantor Berita Jerman, Deustche Presse-Agenteur.
Komposisi tim yang lebih banyak bertumpu pada talenta muda, tetapi di sisi lain juga mengakomodasi tokoh senior yang kaya pengalaman, seperti Kroos, membuat Jerman tetap bertenaga seusai Piala Dunia Brasil.
Hasilnya, tim Panser mencatatkan seratus persen kemenangan pada kualifikasi Piala Dunia Rusia. Mereka pun kini bertengger di puncak peringkat FIFA. Rekor itu hanya bisa disamai Spanyol pada 2010 atau sebelum menjadi juara pada Piala Dunia Afrika Selatan.
Jerman punya rekor mengilap lainnya. Mereka tidak pernah kalah pada 21 laga terakhir atau sejak kualifikasi Piala Eropa Perancis, 2016. Statistik itu membuat tim Panser kian percaya diri menatap laga kontra Spanyol.
Dukungan suporter juga menjadi energi ekstra Jerman untuk membekap Spanyol. Sebanyak 50.653 lembar tiket laga uji coba itu telah ludes terjual sejak bulan lalu. Antusiasme serupa terlihat pada penjualan tiket laga uji coba berikutnya, yaitu kontra Brasil, yang akan digelar Berlin, 28 Februari. Total 65.000 tiket, dari total 75.000, telah terjual.
Laga versus Brasil itu menjadi kesempatan lainnya bagi Jerman untuk menguji kesiapan mereka sekaligus melihat kekuatan baru Brasil. Tim ”Samba” bukan lagi tim sama saat digilas Jerman 1-7 di semifinal Piala Dunia 2014.
Bangkit dari kubur
Brasil ibarat ”bangkit dari kubur” sejak ditangani pelatih Tite. Tim Samba hanya sekali kalah di 17 laga terakhirnya. Mereka adalah tim pertama sejagat yang meraih tiket ke putaran final Piala Dunia Rusia. Brasil melesat dan tidak tersentuh di kualifikasi zona Amerika Selatan.
Setali tiga uang, Spanyol juga bangkit dari keterpurukan pada Piala Dunia edisi sebelumnya. Seperti Loew, Pelatih Spanyol Julen Lopetegui juga mengombinasikan para pemain senior, seperti Andres Iniesta, dengan energi segar, seperti Saul Niguez dan Marco Asensio.
Lopetegeui masih akan mengandalkan Iniesta sebagai dirigen di lini tengah ”La Roja”. Gelandang 33 tahun itu tengah dalam grafik bagus akhir-akhir ini. Ia bak kembali muda bersama Barca musim ini. Iniesta masih diandalkan di klubnya, Barcelona. Ia mengukir dua asis pada Liga Champions dan membantu Barca menyingkirkan Chelsea pada babak 16 besar.
”Dia (Iniesta) lebih baik daripada tahun lalu. Kontinuitas penampilannya lebih tinggi. Dia bakal bersama kami (saat menghadapi Jerman). Komitmen tingginya di lapangan sangat dibutuhkan tim ini,” ujar Lopetegui.
Satu-satunya kendala yang dihadapi Spanyol adalah di sektor ujung tombak serangan. Belum ada striker yang cukup konsisten untuk bisa diandalkan Lopetegui. Ia pun memilih memanggil Diego Costa (Atletico Madrid) ketimbang Alvaro Morata (Chelsea).
Morata memang sempat krisis gol pascacedera akhir tahun lalu. Ia mengakhiri tiga bulan paceklik gol saat Chelsea menghadapi Leicester City di Piala FA. Namun, itu tidak cukup untuk meyakinkan Lopetegui. Morata juga harus absen pada laga kontra Argentina pekan depan. (AFP/JON)