JAKARTA, KOMPAS — Enam taekwondoin yunior Indonesia menunjukkan kemampuan mereka dalam merebut medali emas pada turnamen Malaysia Terbuka, akhir pekan lalu. Prestasi itu menambah kepercayaan diri para atlet agar siap menjadi pelapis bagi tim senior nasional.
Keenam taekwondoin itu adalah Aqila Aulia Ramadhani di kelas -46 kilogram (kg) putri, Intan Ayu Sabrina di kelas -42 kg putri, Ni Kadek Heni di kelas -44 kg putri, Muhammad Bassam Raihan di kelas -55 kg putra, Pandu Aji Alzayed di kelas -59 kg putra, dan Muhammad Dzulhimar di kelas -63 kg putra.
Aqila mewakili klub Young Star Bekasi. Sementara lima atlet lainnya mewakili Sekolah Kejuruan Olahraga Ragunan.
Pada laga semifinal, Aqila mengalahkan taekwondoin Malaysia, Osman Nur Fathiha, dengan skor 30-19. Pada laga final, Aqila mengalahkan taekwondoin Malaysia, Irdina Qhairunisa Muhd Khairul, dengan skor telak 30-9.
”Aqila bermain sangat agresif dan serangannya akurat sehingga lawan kalah telak. Saya berharap agar Aqila dapat menembus pelatnas saat usia senior,” kata Pamimpin Sinurat, pemilik klub Young Star, Rabu (7/3) di Jakarta.
Menurut Sinurat, Aqila pernah menjadi juara nasional Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar dan Juara Pekan Olahraga Pelajar Daerah Jawa Barat. Kemampuan Aqila di turnamen itu jauh di atas lawan-lawannya.
”Saya berharap Aqila akan dipanggil untuk memperkuat tim senior pelatnas jika dinilai sudah memenuhi syarat untuk menjadi atlet nasional,” kata Sinurat.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Taekwondo Indonesia Rahmi Kurnia mengatakan, Aqila merupakan salah satu atlet yunior berbakat dan pernah mengikuti pelatnas untuk berlaga di Kejuaraan Asia Yunior 2017.
Selain Aqila, Intan Ayu dan Pandu Aji juga pernah dipanggil pelatnas untuk mengikuti di Kejuaraan Yunior Asia 2017. Muhammad Dzulhimar juga pernah dipanggil ke pelatnas untuk mengikuti Kejuaraan Yunior ASEAN 2017 di Malaysia.
”Pengalaman dan prestasi semacam itu sangat penting bagi taekwondoin muda untuk mengasah kemampuan, teknik, taktik, dan mental mereka. Mereka dalam pantauan tim pemandu bakat PBTI. Jika terus berkembang, mereka bisa dipanggil ke pelatnas,” kata Rahmi.
Menurut Rahmi, secara ideal, Indonesia harus memiliki pelatnas untuk atlet yunior. Jika mereka berlatih bersama para taekwondoin senior, kemajuan mereka bakal sangat pesat.