ZURICH, MINGGU — Teknologi video pembantu wasit (VAR) hampir pasti akan digunakan di Piala Dunia Rusia 2018. Hal itu terjadi setelah Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) menyetujui penggunaan teknologi tersebut secara permanen, Sabtu (3/3), di Zurich, Swiss.
IFAB merupakan badan yang berwenang mengeluarkan regulasi terkait aturan main (laws of the game) di sepak bola. Seluruh kompetisi harus tunduk dengan regulasi IFAB itu.
Dalam siaran persnya, Sabtu, IFAB menyatakan, VAR mewakili era baru di sepak bola. VAR hanya bisa digunakan di empat situasi yang membuat wasit ragu, yaitu terkait gol, keputusan penalti, kartu merah, dan salah identifikasi pemain. ”Hal itu membantu wasit meningkatkan keadilan di laga,” tulis IFAB.
Presiden FIFA Gianni Infantino menyambut positif keputusan IFAB. ”Terhitung hari ini, VAR adalah bagian dari sepak bola. Teknologi ini bagus untuk perkembangan sepak bola,” ujarnya.
Infantino adalah salah satu tokoh yang aktif mendorong pemanfaatan teknologi VAR di sepak bola. Ia hanya butuh satu langkah lagi untuk mendorong penggunaan VAR di turnamen sepak bola terbesar sejagat, yaitu Piala Dunia.
Infantino pun berharap VAR sudah bisa digunakan di Piala Dunia 2018. Jadi tidaknya VAR dipakai di Rusia akan diputuskan oleh Dewan FIFA pada pertemuan 15-16 Maret di Kolombia.
Infantino yakin Dewan FIFA akan menyetujui implementasi VAR di Rusia. Teknologi itu saat ini telah dipakai di Liga Jerman dan Italia serta diujicobakan di Piala FA Inggris. ”Saya bisa katakan kepada fans, pelatih, dan pemain, VAR punya dampak yang positif,” ujarnya.
Mengutip hasil riset IFAB, ia mengatakan, VAR terbukti meningkatkan akurasi keputusan wasit di lapangan. ”Dari hampir 1.000 laga yang menjadi bagian uji coba (VAR), tingkat akurasi (keputusan wasit) naik dari 93 persen menjadi 99 persen. Jadi, nyaris sempurna,” kata Infantino, seperti dikutip BBC.
Jika VAR diterapkan, Piala Dunia Rusia bisa terhindar dari berbagai insiden laga yang kontroversial, seperti ”gol tangan Tuhan” di perempat final Piala Dunia Meksiko 1986 antara Argentina dan Inggris. Insiden yang melibatkan Diego Maradona, bintang Argentina, itu tak pernah bisa dilupakan publik Inggris, bahkan dunia.
Meskipun dianggap bermanfaat, tak sedikit pihak yang enggan mengadopsi teknologi itu. Presiden UEFA Aleksander Ceferin, misalnya, mengatakan tak akan menerapkan VAR di Liga Champions musim depan. Menurut dia, banyak kebingungan dalam penggunaan VAR.
Liga Inggris juga belum pasti akan mengadopsi teknologi itu. Di Inggris, uji coba VAR menuai banyak kritik pedas. Teknologi itu disebut ”lelucon memalukan” saat diuji coba di laga Piala FA, Rabu (28/2), antara Tottenham Hotspur dan Rochdale.
Manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino menilai VAR bisa mematikan emosi dan drama di sepak bola. Laga bisa terhenti kapan saja akibat wasit harus meminta masukan asistennya yang melihat rekaman video. ”Itu (VAR) terlalu rumit. Kami jadi sulit fokus ke laga,” ucapnya. (AFP/JON)