Wenger Kehilangan Kepercayaan
Wenger dan para pemain The Gunners menjadi sasaran kemarahan suporter mereka seusai dipecundangi Manchester City 0-3 di final Piala Liga. Gary Neville, mantan pemain Liga Inggris, menilai Arsenal tampil memalukan, bak pengecut, di laga itu.
Kekalahan itu seolah mewakili penampilan buruk Arsenal dua musim terakhir ini. Mereka sebelumnya juga gagal di Piala FA dengan tidak kalah memalukan, yaitu disingkirkan tim kasta kedua sepak bola Inggris, Nottingham Forest, di babak ketiga.
Pada laga sebelumnya, di Stadion Emirates, mereka juga dipermalukan tim kecil Swedia, Ostersunds, 1-2, di Liga Europa. Kekalahan itu memicu olok-olok. ”Bagaimana mungkin tim sebesar Arsenal kalah dari klub yang jumlah total penduduknya tidak lebih besar dari kapasitas (Stadion) Emirates,” bunyi salah satu cemoohan itu.
Jumlah penduduk Ostersunds 49.806 jiwa, sedangkan kapasitas Stadion Emirates di London adalah 59.867 orang. Tidak kalah ironis, anggaran gaji Arsenal adalah 40 kali lipat dari Ostersunds.
Arsenal kini juga terseok-seok di Liga Inggris. Mereka tertahan di peringkat keenam dengan selisih 27 poin dari pemuncak klasemen, Manchester City. Seperti halnya musim lalu, Arsenal kini kembali terancam gagal lolos ke Liga Champions.
Ada tiga kelemahan mendasar yang terlihat di tubuh The Gunners musim ini. Ketiga masalah itu adalah ketiadaan pemimpin di lapangan, rapuhnya pertahanan, dan buruknya sikap mental. Hadirnya sejumlah pemain baru seperti Henrikh Mkhitaryan dan Pierre-Emerick Aubameyang tidak berimbas positif karena masalah mereka ada di tiga hal itu.
Tidak lagi tahan
Tidak tahan melihat kondisi itu, Ian Wright, striker legendaris Arsenal, ikut berteriak. Menurut Wright, pemilik rekor 185 gol di Arsenal, Wenger adalah sosok paling bertanggung jawab di balik keterpurukan The Gunners.
”Dia seperti meninabobokan tim ini. Tren medioker ini harus diakhiri. Saya ingin (melihat) Arsenal kembali hebat,” ujar Wright memandang perlunya pergantian rezim di Arsenal.
CEO Arsenal Ivan Gazidis sebelumnya mengatakan, kegagalan beruntun ke Liga Champions akan menjadi katalis bencana bagi tim itu. Musim ini, The Gunners ditaksir kehilangan potensi pendapatan 50 juta pound atau Rp 950 miliar.
Namun, Arsenal diragukan berani untuk memecat manajernya yang telah 22 tahun mengabdi di Arsenal itu. Wenger terikat kontrak hingga musim panas 2019.
”Hanya ada satu (manajer Arsenal) Arsene Wenger,” bunyi teriakan sarkastis suporter The Gunners saat menyaksikan timnya dihajar City tanpa bisa melawan balik. Tidak tahan oleh ”siksaan” itu, mereka ramai-ramai meninggalkan stadion di pertengahan babak kedua.
Wenger, yang kini berusia 68 tahun, dianggap terlalu tua serta mapan untuk menyuntikkan ambisi atau semangat baru di tubuh The Gunners. Ia nyaris tidak pernah merasa terancam bakal kehilangan jabatannya di klub itu.
Berkali-kali gagal meraih trofi dan desakan mundur muncul dari suporter, berkali-kali pula Wenger sukses mempertahankan jabatannya di Arsenal. ”Ia adalah penyintas terhebat dalam sejarah sepak bola di Inggris,” tulis Associated Press penuh sindiran.
Wright menyalahkan bos besar Arsenal, Stan Kroenke, yang seolah membiarkan periode stagnasi prestasi terus berlangsung di Arsenal selama satu dekade terakhir ini. ”Ia patut disalahkan. Ia (Kroenke) tidak peduli. Jika peduli, Wenger tidak akan mungkin mendapatkan perpanjangan kontrak dua tahun (pada musim panas 2017),” ujar Wright.
Namun, seperti diberitakan Daily Telegraph, jabatan Wenger dapat ditinjau ulang meskipun ia terikat kontrak hingga tahun depan. Itu terjadi jika ia gagal meraih trofi Liga Europa.
Liga Europa menjadi satu-satunya kompetisi yang masih bisa menghasilkan trofi bagi Arsenal. Namun, mereka dihadang klub Italia yang tengah menggeliat, AC Milan, di babak 16 besar. Jikapun lolos melewati Milan, tim-tim besar lain seperti Atletico Madrid dan Borussia Dortmund bisa menjadi batu sandungan mereka di babak-babak berikutnya.
Jika Wenger dipecat, setidaknya ada dua nama yang dijagokan menggantikan Wenger. Mereka adalah Leonardo Jardim (Manajer AS Monako) dan Mikel Arteta (mantan kapten tim Arsenal yang kini menjadi asisten manajer Manchester City).
Jikapun keduanya sulit digaet, Thierry Henry, mantan pemain Arsenal, bersedia mengajukan diri untuk mengisi jabatan itu. ”Siapa yang tidak mau (menangani) Arsenal? Itu akan menjadi mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya,” ujar Henry yang kini menjadi asisten pelatih di timnas Belgia.
Hadirnya Henry dapat meningkatkan kemampuan striker baru Arsenal, Aubameyang. Mantan penyerang Borussia Dortmund itu bisa bereuni dengan Henry, sosok yang dikaguminya.
Namun, menurut Wright, penunjukan Henry sebagai manajer bukan langkah tepat. ”Saya tidak ingin melihat Henry mengulangi apa yang dialami Wenger. Rasa cinta (fans) akhirnya berubah menjadi kebencian. Lebih baik mencari kandidat lain di luar klub,” ujar Wright.
Arsenal kini tidak punya banyak waktu untuk memperbaiki diri. Mereka kembali dinanti City di Liga Inggris, Jumat (2/3) dini hari WIB. Kekalahan lainnya bakal membuat Wenger kian tersudut. (AP/AFP/JON)