Awal Dinasti Baru City
Bagi Manajer Pep Guardiola, itu adalah trofi pertamanya bagi ”The Citizens” sejak bergabung pada 2016. Namun, bagi City, itu adalah trofi keenam sejak menggeliat sebagai sebuah klub besar pada 2010. Pencapaian City itu hanya bisa disaingi Chelsea yang juga meraih enam trofi.
The Citizens berpeluang besar menjadi klub Inggris tersukses dekade ini. Setelah mengamankan Piala Liga, mereka kini memburu dua trofi lain, yaitu Liga Inggris dan Liga Champions.
Sejak MU di era Sir Alex Ferguson, tidak ada lagi klub Inggris yang mampu meraih treble. City nyaris mewujudkan mimpi itu saat diasuh manajer Manuel Pellegrini. Pada Mei 2014, City telah meraih dua trofi, Piala Liga dan Liga Inggris. Namun, ambisi akan treble pupus setelah dikandaskan Barcelona di babak 16 besar Liga Champions. City kini punya kesempatan kedua mencapai supremasi di Inggris dan Eropa.
Dari sekian banyak piala yang diraih satu dekade terakhir, hanya trofi kontinental yang masih menghilang dari koleksi mereka. ”Saya berharap, musim ini atau tahun depan, kami bisa meraihnya (trofi Liga Champions). Kami wajib menjaga tren positif. Klub ini telah berinvestasi besar untuk trofi itu,” ujar Sergio Aguero, striker City, seusai laga tersebut.
Matang dan garang
Hadirnya Guardiola, bekas pelatih Barca, adalah alasan terbesar City patut kembali optimistis. Pada musim kedua di bawah asuhan Guardiola, City kian matang dan garang. Mereka bisa menang telak meski tidak tampil cukup bagus dan minim operan.
Hal itu diperlihatkan The Citizens saat mengalahkan Arsenal, 3-0, di final Piala Liga Inggris. Gol pembuka City, dicetak Aguero, tercipta hanya dengan sekali operan! Gol itu terjadi berkat operan kiper Claudio Bravo dari mulut gawangnya yang dioptimalkan Aguero menjadi gol.
Gol kedua, yang diciptakan bek veteran Vincent Kompany lewat sepak pojok pada menit ke-58, menegaskan pragmatisme City. Karakter pragmatis itu sempat diragukan muncul di City menyusul kehadiran Guardiola, pelatih dengan filosofi sepak bola indah dari kaki ke kaki.
Guardiola sebelumnya mengatakan, ia adalah manajer pragmatis. Baginya, saat ini, trofi adalah segalanya. Paham itu ditegaskannya kembali seusai mengalahkan ”The Gunners”, tim yang dikenal sebagai ”raja” Wembley.
Baginya, trofi adalah candu yang mendorongnya rela bekerja tujuh hari seminggu di City. ”Gelar juara membuat Anda semakin semangat mengejar prestasi, trofi-trofi lainnya. Inilah realitasnya,” ucap Guardiola yang kini mengemas total 22 trofi juara.
Menurut The Sun, City punya kans untuk menjadi tim terhebat di Inggris sekaligus Eropa. Satu trofi lainnya, yaitu Liga Inggris, hanya menunggu waktu untuk digenggam. Pertanyaan tersisa, bisakah The Citizens melewati hegemoni tim seperti Barca, Real Madrid, dan Bayern Muenchen di Liga Champions?
”Dari caranya (City) memainkan gaya Barca saat ini, hal itu sangat mungkin terjadi. Barisan pemain mereka seperti Aguero, (Kevin) De Bruyne, bahkan Raheem Sterling, tengah menjalani musim terbaiknya. Tidaklah perlu menjadi pintar untuk melihat bahwa City memang tampil gemilang saat ini,” tulis Alan Shearer, mantan bintang Newcastle United, di kolomnya di The Sun.
Namun, perjalanan City masih panjang untuk meraih kejayaan ambisius di era dinasti Guardiola. ”Kami harus tetap menjaga fokus, tidak boleh terlena,” ujar De Bruyne, bintang muda City.
(AFP/Reuters/JON)