City Mencari Titik Hegemoni
LONDON, SABTU Final Piala Liga Inggris di Stadion Wembley, London, Minggu (25/2) pukul 23.30 WIB, bisa menjadi titik awal hegemoni Manchester City bersama Pep Guardiola di Inggris. Namun, mereka harus lebih dulu melangkahi Arsenal, tim yang bakal menguji keteguhan filosofi Guardiola.
Musim lalu, pada tahun pertamanya di Inggris, Guardiola gagal memenuhi ekspektasi tinggi. Ia berpuasa trofi, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam karier cemerlangnya.
Manajer pemilik 21 trofi bersama Barcelona dan Bayern Muenchen itu gagal mengulangi suksesnya di Inggris karena dinilai terlalu kaku dengan filosofi sepak bolanya. Sejumlah pengamat menilai, gaya penguasaan bola tinggi dan menekan yang disukainya itu tidak cocok diterapkan di Inggris yang kental dengan kultur sepak bola pragmatis.
Kegagalan di fase 16 besar Piala FA, pekan lalu, menjadi pengingat bagi Guardiola. City dijungkalkan tim kasta ketiga di Inggris, Wigan Athletic, 0-1. Padahal, City menguasai 82 persen bola. Mimpi ”The Citizens” meraih empat trofi semusim hilang seketika.
Namun, Guardiola punya kesempatan kedua. Ia begitu dekat dengan trofi pertamanya di Liga Inggris, yaitu Piala Liga. Ia bakal melakukan segala cara untuk meraih trofi itu. Gelar Piala Liga bisa menjadi ”pintu” bagi Guardiola menancapkan hegemoninya di Inggris.
Selain Piala Liga, City hampir pasti meraih gelar juara Liga Inggris. Mereka hanya butuh enam kemenangan lagi di 11 laga tersisa untuk mengunci gelar juara. City juga difavoritkan menjuarai Liga Champions musim ini.
Jumlah trofi yang diraih bak nilai rapor yang mengukur pencapaiannya di Inggris. Karena itu, tidaklah mengherankan jika Guardiola lantas membuat pengakuan mengejutkan bahwa dirinya adalah pemburu trofi, orang yang pragmatis.
”Kami harus memenangi trofi untuk memberi nilai tambah dari apa yang telah kami lakukan selama ini (sepak bola indah). Kinerja kami akan diukur berdasar jumlah trofi. Kami kini mengejar (trofi) pertama dari tiga yang bisa diraih musim ini,” ujar Guardiola menjelang duel kontra Arsenal.
Laga ini bakal menjadi duel menarik mengingat karakter kedua tim yang kental dengan gaya menyerang. City dan Arsenal adalah dua tim teratas di Liga Inggris dalam jumlah penguasaan bola.
Manajer Arsenal Arsene Wenger sebelumnya mengatakan, ia tidak akan segan meminta timnya menyerang City. Serupa Guardiola, Wenger juga haus trofi. Kebetulan, ia belum sekali pun meraih Piala Liga dalam dua dekade kariernya di Inggris. Trofi itu membuatnya penasaran. Dua kali Wenger gagal di final bersama ”The Gunners”, pada 2007 dan 2011. Mereka digagalkan Chelsea dan Birmingham City.
Pada final ketiganya, malam ini, Wenger berharap ”Dewi Fortuna” Wembley berpihak ke timnya. Ya, Wembley akhir-akhir ini kerap memberikan tuah bagi The Gunners. Mereka selalu berjaya di sembilan penampilan terakhir dalam ajang Piala FA dan Community Shield di stadion nasional Inggris itu.
”Wembley selalu spesial. Saya punya keunggulan karena telah menjalani banyak final di stadion ini. Final seperti ini selalu istimewa. Saya ingin memenanginya agar fans bisa pulang ke rumah dengan bahagia,” kata Wenger.
Manajer paling senior di Liga Inggris itu memang berjanji akan menyerang City demi trofi. Namun, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana caranya menyerang tim paling agresif serta penguasaan bola tertinggi di Liga Inggris itu?
Tony Evans, kolumnis ESPN, menulis, Wenger tidak akan berani menyerang City secara terbuka. Itu bakal menjadi blunder mereka mengingat lini pertahanannya adalah yang paling rapuh di antara tim-tim besar Inggris.
Gawang Arsenal kebobolan 36 kali dari 27 laga. Rapuhnya pertahanan mereka jelas terlihat saat dibekap tim gurem Swedia, Ostersunds, 1-2 di Liga Europa, Kamis (22/2) lalu.
Lebih berhati-hati
Untuk itu, The Gunners kemungkinan akan bermain lebih hati-hati. Taktik menyerang balik secara cepat menjadi opsi paling rasional bagi Wenger, apalagi kini ia memiliki striker cepat Pierre-Emerick Aubameyang.
Taktik itu nyaris efektif ketika menghadapi Tottenham Hotspur di Liga Inggris, dua pekan lalu. Serupa Spurs, City punya pola garis pertahanan tinggi yang dapat dieksploitasi oleh Aubameyang. Saat menghadapi Spurs, taktik itu kurang bekerja karena Arsenal tidak memiliki pemain pendukung Aubameyang untuk memecah konsentrasi bek lawan. Arsenal pun kalah 0-1. Pada laga melawan City nanti, Alex Iwobi, pemain sayap yang cepat, dapat mengisi ”lubang” itu.
Di kubu sebaliknya, perubahan taktik yang dilakukan Wenger itu jelas menjadi ujian tambahan bagi Guardiola. Bukanlah rahasia jika City tampil kuat menghadapi tim-tim yang berani tampil terbuka. Sebaliknya, mereka rentan dipukul serangan balik cepat. Itu terjadi saat mereka dibekap Wigan dan Liverpool.
Potensi blunder City lainnya adalah hadirnya Claudio Bravo di posisi kiper. Kiper asal Cile itu jarang tampil reguler musim ini.
(AFP/Reuters/JON)