JAKARTA, KOMPAS — Taekwondoin putri Shaleha Fitriana Yusuf menyelamatkan muka tim Indonesia pada hari kedua cabang taekwondo dalam rangka laga uji coba Asian Games 2018, Minggu (11/2), di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Shaleha menjadi satu-satunya peraih emas bagi Indonesia dari tujuh nomor yang dipertandingkan.
Di enam nomor lainnya, taekwondoin Indonesia kalah di perempat final dan semifinal. Masalah stamina dan taktik menjadi penyebab bertumbangannya atlet Indonesia.
Di kelas -68 kilogram putra, Dinggo Ardian Prayogo harus mengakui keunggulan atlet Malaysia, Rozaimi Rozali, dengan skor tipis 20-21. Pada laga itu, Dinggo sangat agresif pada ronde pertama dan kedua. Dinggo beberapa kali unggul dalam pengumpulan nilai. Namun, pada ronde ketiga, stamina Dinggo mengendur sehingga Rozali dapat mencuri angka-angka penting menjelang berakhirnya laga sehingga Dinggo harus menyerah.
Hal serupa terjadi pada Dhean Titania Fazrin yang berlaga di kelas -49 kg putri. Dhean kalah tipis 8-9 dari Lam Siu Wai dari Hong Kong. Seperti Dinggo, Dhean juga unggul sampai ronde kedua. Namun, konsentrasi Dhean menurun pada sepuluh detik terakhir ronde ketiga sehingga memudahkan Lam menendang kepala dan membalik keadaan dari skor 6-8 menjadi 9-8.
Stamina yang turun membuat pertahanan Dhean dan Dinggo terbuka. Serangan mereka juga menjadi kurang efektif sehingga sulit menambah angka di saat kritis.
”Stamina atlet harus digembleng kembali agar mereka tak hanya siap untuk bertarung tiga ronde, tetapi lima ronde. Stamina yang prima diperlukan untuk menjalani babak sudden death jika imbang sampai ronde ketiga dan untuk menjalani dua laga dalam waktu berdekatan,” kata Rahmi Kurnia, manajer tim Indonesia.
Selain stamina, kata Rahmi, taktik pertarungan juga harus dimatangkan jika ingin mendapat hasil terbaik. Ibrahim Zarman (-63 kg) dan Reynaldi Atmanegara (-58 kg) menyerah pada atlet Korea Selatan karena kalah dari sisi taktik serangan. Atlet Korsel sangat jeli melihat celah untuk menyerang dan mencuri poin. Hal itu membuat mereka tidak perlu bertarung sangat agresif untuk memetik angka demi angka secara efektif.
”Para atlet Korsel sangat berpengalaman dan memiliki taktik menyerang yang efektif. Serangan efektif membuat mereka tidak membuang banyak tenaga. Taktik yang efektif itu bisa didapat dengan latihan menggunakan protector scoring system (PSS) dan jam bertanding yang tinggi. Atlet kita sudah berlatih dengan PSS, tetapi perlu menambah jam bertanding,” ujar Rahmi.
Shaleha cerdik
Meskipun belum terlalu lama di pelatnas, Shaleha menunjukkan kecerdikannya mengombinasikan pukulan dan berbagai jenis tendangan untuk mengumpulkan nilai. Di semifinal, Shaleha menendang kepala Darlene Mae Arpon dari Filipina sampai enam kali. Pada babak final, Shaleha justru mengumpulkan poin penting dari pukulan.
”Saya gembira dapat meraih emas, tetapi saya masih harus melatih taktik, pertahanan, blok, dan menambah keberanian. Lawan yang akan saya hadapi pada Asian Games akan lebih berat dari sekarang,” kata Shaleha. (ECA)