SURABAYA, KOMPAS — Tim bola basket putri Surabaya Fever membuat Flying Wheel Makassar menderita. Di hari pertama seri 2 Piala Srikandi, Senin (29/1), di Gedung Olahraga Kertajaya, Surabaya, Fever menang 102-40 atas Flying Wheel. Kemenangan telak itu sekaligus melunturkan keraguan terhadap Fever yang kerap demam panggung saat bertanding sebagai tuan rumah.
Di pertandingan itu, Fever ibarat anak yang dengan gembira menggelindingkan roda Flying Wheel. Fever mendominasi empat kuarter dengan catatan 26-5, 46-14, 65-25, dan 102-40. Roda kreativitas permainan Flying Wheel macet dan tidak berputar, apalagi terbang.
Segala aspek di antara kedua tim tidak imbang. Fever terlalu perkasa. Jovita Elizabeth, power forward, tampil trengginas dengan sumbangan terbanyak, yakni 19 poin. Sebanyak 12 poin berasal dari tembakan tiga angka. Dari 11 tembakan tiga angka, Jovita, bernomor punggung 23, seperti sang idola, Michael Jordan, menjaringkan empat tembakan (36,4 persen).
”Di tim dan di rumah, saya terus berlatih tembakan dua angka dan tiga angka,” kata Jovita seusai pertandingan. Tembakan tiga angka dilatih minimal sekali dalam sehari. Sekali latihan tidak akan berhenti sampai sukses memasukkan 125 kali. Ada lima titik latihan tembakan tiga angka sehingga setiap titik Jovita harus memasukkan 25 kali. Padahal, porsi latihan menembak bisa ditambah untuk mempertinggi akurasi.
Digoda sang pelatih Welliyanto Pribadi bahwa penampilan Jovita moncer karena kehadiran sang kekasih, Jovita tersenyum dan tersipu. ”Di kuarter pertama dan kedua agak gugup. Waktu pacarnya datang, malah bagus. Iya, kan,” kata Welliyanto dalam wawancara seusai laga sekaligus menggoda Jovita di dekatnya.
Welliyanto menilai timnya terlalu perkasa atas Flying Wheel, klub yang didirikan pada 1946 dengan nama Merpati Putih itu. Namun, di kuarter keempat, karena poin terlalu jauh, pemain Fever agak jemawa dan kurang waspada.
”Banyak pelanggaran terjadi di kuarter keempat sehingga memberikan kesempatan lawan mencetak angka dari tembakan bebas,” ujarnya. Ia menambahkan, tim jangan lengah meskipun jarak poin dengan lawan jauh. Saat unggul jauh, tim tetap harus disiplin dan berusaha mencegah pelanggaran terhadap pemain lawan.
Asisten pelatih Flying Wheel Kwandy Winarso mengakui timnya kalah kelas jauh dengan Fever. Para pemain dinilai gugup dan minder terhadap lawan. Itu tidak boleh terjadi karena merasa kalah sebelum berperang. Sepanjang laga, Kwandy mengaku jengkel karena timnya seakan kurang bersemangat. ”Sebenarnya tidak apa-apa jika kalah. Kami tahu diri, kalah kelas dengan Fever. Namun, jangan kehilangan semangat bertarung. Beranilah,” katanya.
Melawan Fever memberikan banyak pelajaran bagi Flying Wheel untuk berbenah. Di laga berikutnya, Selasa (30/1), Flying Wheel akan menghadapi Tanago Friesian Jakarta yang kalah 56-62 dari Tenaga Baru Pontianak. Duel dua tim terluka di penyisihan seri 2 ini akan berlangsung sengit. Mereka harus mati-matian untuk meraih kemenangan pertama.
Fever untuk sementara kokoh di puncak klasemen Grup A berpoin 2 dengan selisih 62 poin. Tenaga Baru juga berpoin 2 dengan selisih 6 poin. Tanago Friesian di posisi ketiga berpoin 1 dengan selisih minus 6 poin. Flying Wheel di dasar klasemen berpoin 1 dengan jurang terdalam, yakni minus 62 poin.