Etape penutup yang diawali dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Denpasar melalui Singaraja dan Bedugul menjadi antiklimaks bagi para pebalap Indonesia. Kondisi jalan menanjak dan turunan yang cukup tajam serta panjang, ditambah hujan cukup lebat serta kabut tebal saat menuju kawasan Bedugul, menguak kelemahan para pebalap Indonesia. Mereka kurang berani melaju di lintasan menurun dengan kondisi jalan basah dan licin serta stamina yang kurang prima di medan menanjak.
”Memang untuk turunan, anak-anak masih lemah karena itu juga soal keberanian dan kecermatan perhitungan. Kami tidak punya pebalap yang bagus di jalan menurun,” ungkap Pelatih Tim KFC Mat Nur.
Pebalap nasional Dadi Suryadi yang tergabung di tim PGN pun mengatakan, sejak mengalami kecelakaan yang membuat pinggul dan paha kirinya cedera, dirinya menjadi lebih berhati-hati saat melewati jalan menurun. ”Apalagi, jalannya sangat licin dan kabutnya tebal. Jalan tidak terlihat sama sekali sehingga harus super hati-hati,” ucapnya.
Pebalap nasional yang kini tergabung di tim Sapura Malaysia, Aiman Cahyadi, menilai, Tour de Indonesia ini menjadi pemelajaran berharga bagi dirinya. ”Para pebalap Indonesia sebenarnya sudah banyak yang bagus, tetapi mungkin porsi latihan masih kurang. Mengenai pengaturan strategi, saya juga belajar banyak di tim saya ini,” ujarnya.
”Ini menjadi peringatan penting untuk Asian Games nanti karena lawan-lawan kita sangat berat. Di sini belum turun tim dari China, Hong Kong, juga Taiwan yang jago-jago. Ternyata melawan Thailand saja kita cukup berat,” kata Aiman yang kemarin finis di posisi kedelapan, tertinggi di antara pebalap Indonesia.
Thailand Continental Team, yang diperkuat lima pebalap tim nasional Thailand, menjadi juara umum kategori tim. Tim ini juga mengantarkan pebalapnya, Ariya Phounsavath asal Laos, menyandang pebalap terbaik sekaligus raja tanjakan. Sementara Peerapol Chawchiangkwang menjadi pemenang di etape keempat. Peerapol juga menempati urutan kedua kategori pebalap terbaik.
Di kategori sprint, pebalap Filipina, Rustom Lim, dinobatkan sebagai sprinter terbaik, diikuti Nur Amirul Fakhrudin Marzuki (Terengganu, Malaysia) dan Charlampos Kastrantas (Java Partizan, Serbia).
Pada kategori jago tanjakan, posisi kedua diraih pebalap Eritrea dari tim nasional Eritrea, Hahibal Tesfay. Posisi ketiga dimenangi pebalap Terengganu, Mario Vogt asal Jerman. Di kategori pebalap terbaik, posisi ketiga ditempati Jokin Etxtabe Leturia dari tim Interpro Stradalli.
Perbaiki kekurangan
Secara umum, penyelenggaraan Tour de Indonesia yang berkategori UCI 2.1 ini terbilang mulus dan tanpa gangguan berarti. Penyelenggaraan juga mendapat pujian telah berjalan dengan baik dari anggota Komite Manajemen UCI, Amarjith Singh, yang menyaksikan balapan, kemarin
Namun, Direktur Balapan Tour de Indonesia 2018 Sondi Sampurno mencatat masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki. ”Kekurangan pertama adalah masalah kepesertaan karena hanya diikuti 15 tim. Ini mungkin terbaik dengan waktu persiapan yang singkat dan waktu penyelenggaraan di awal tahun sehingga banyak tim belum siap. Karena itu, tahun depan, saya akan mengusulkan supaya waktu pelaksanaan digeser ke bulan Februari sehingga jumlah peserta bisa mencapai 25 tim. Dengan 25 tim pasti akan lebih meriah lagi,” ujarnya.
Kekurangan lainnya yang perlu diperbaiki, lanjut Sondi, adalah kondisi lintasan balapan yang belum sepenuhnya ”bersih” saat melewati wilayah Jawa Tengah dan Bali. ”Untuk Jawa Timur, saya angkat jempol karena sangat baik, tetapi untuk di Jawa Tengah dan Bali masih harus diperbaiki koordinasinya,” kata Sondi.
Kondisi jalur balapan yang belum bersih dari pengguna jalan juga dikeluhkan oleh Mat Nur. Ia melihat masih ada mobil berhenti di lintasan balap saat para pebalap melewati medan menanjak dari Singaraja menuju Bedugul.
”Kalau untuk balapan (kategori) 2.1, jalanan seharusnya sudah ditutup sejam sebelum pebalap lewat. Tetapi, tadi saya melihat masih ada juga orang yang menyeberang, juga motor. Keluhan lainnya soal makanan karena pernah pebalap hanya dikasih nasi bungkus untuk sarapan. Ya, jelas itu sangat kurang untuk para pebalap,” ujar Mat Nur. (OKI)