SURABAYA, KOMPAS – Bermain agresif dan pantang menyerah menjadi kunci kemenangan Persebaya Surabaya atas Perseru Serui dengan skor 2-0. Kemenangan diraih di laga kedua penyisihan Grup C Piala Presiden 2018, Selasa (23/1), di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur.
Gol kemenangan “Bajul Ijo”, julukan Persebaya dicetak oleh penyerang Rishadi Fauzi pada menit ke-40 dan penyerang muda Irfan Jaya pada injury time. Kemenangan itu membuat Persebaya berada di posisi kedua klasemen sementara Grup C berpoin 4 dengan produktivitas memasukkan 3 gol dan kemasukan 1 gol. Di laga perdana penyisihan, Persebaya ditahan imbang PS TNI dengan skor 1-1.
Persebaya berada di bawah Madura United yang kokoh di puncak klasemen dengan poin 6 dan produktivitas mengagumkan yakni menceploskan 8 gol dan kemasukan 1 gol. Itu diperoleh dari kemenangan 5-0 atas Perseru pada laga perdana dan menang 3-1 atas PS TNI di laga kedua.
Laga ketiga menjadi penentuan nasib Persebaya dan Madura United siapa yang lolos ke fase delapan besar. Kedua tim akan bertemu. Madura United cukup bermain imbang untuk lolos ke perempat final. Bagi Persebaya, bermain imbang berarti menunggu hasil pertandingan di empat grup lainnya. Di Piala Presiden 2018, yang berhak maju ke perempat final ialah lima juara grup ditambah tiga tim terbaik peringkat kedua. Untuk itu, kemenangan menjadi harga mati bagi Persebaya, juara Liga 2, jika ingin melaju lebih jauh di turnamen pramusim Liga 1 itu.
Saat menghadapi “Cendrawasih Jingga”, julukan Perseru, Persebaya tetap menerapkan pola permainan agresif dengan garis pertahanan tinggi. Persebaya amat mendominasi dan terkesan mendikte permainan yang disaksikan oleh hampr 11.000 penonton atau 20-25 persen dari kapasitas stadion yang 50.000 orang itu.
Perseru bermain lebih ke dalam dengan bertahan. Dengan cara itu, Perseru ingin meniru PS TNI yang di laga sebelumnya bisa mencetak gol terlebih dahulu lewat skema serangan balik. Namun, penguasaan bola yang tinggi oleh Persebaya menutup celah para pemain Perseru untuk menciptakan peluang lewat serangan balik.
“Kami memang mencoba bermain lewat skema serangan balik,” kata Pelatih Perseru Yulius Saununu dalam jumpa pers. Gaya bermain bertahan memang tidak seperti tradisi permainan tim-tim dari Papua yang agresif, cepat, daya jelajah tinggi, tetapi saat diserang juga cepat menutup celah pertahanan. Tim-tim dari Papua termasuk Perseru dikenal ditunjang oleh pemain lokal dengan stamina mengagumkan.
Di konfigurasi tim Persebaya tahun ini terdapat empat pemain eks Persipura Jayapura yang notabene memiliki tradisi kuat permainan tim-tim Papua yang atraktif dan dinamis. Kebetulan, Pelatih Persebaya Alfredo Vera sebelumnya melatih Persipura dan sukses memberi gelar juara liga. Saat pindah ke Persebaya meneruskan kepelatihan Iwan Setiawan yang dicepat, Alfredo justru sukses membangun tim dan memberikan gelar juara Liga 2 musim lalu.
Alfredo menyanggah saat ditanya amat memahami karakter permainan tim-tim Papua. Untuk itulah, di musim ini, Alfredo memborong empat bekas anak asuhnya dari Persipura untuk memberi warna kental pada gaya permainan Persebaya. “Kemenangan tim karena mereka bekerja keras, kompak, dan pantang menyerah,” katanya dalam jumpa pers.
Penyerang Irfan Jaya menambahkan, menghadapi Perseru yang bermain bertahan, timnya mau tidak mau terus mencoba menyerang dan mencetak gol. Di sisi lain, barisan belakang selalu diingatkan agar tidak kedodoran saat pemain Perseru mendapat bola dan memulai skema serangan balik. “Saya senang bisa cetak gol malam ini,” kata pemain yang baru kembali dari seleksi timnas Indonesia untuk Asian Games Jakarta-Palembang 2018 itu.