”Menangkap” Perusak GBK Lewat Mata Kamera
Dulu, penonton yang merusak fasilitas di Stadion Utama Gelora Bung Karno dapat bebas melenggang pulang. Namun, setelah stadion berusia 56 tahun itu selesai direnovasi, kebiasaan buruk itu atau vandalisme bisa lebih ditekan.
”Huuu...,” riuh sorakkan penonton mewarnai laga tim nasional sepak bola Indonesia kontra Eslandia, Minggu (14/1) malam, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK). Pandangan mata puluhan ribu penonton tertuju ke dua layar televisi besar di tribune stadion.
Ulah seorang penonton yang kedapatan nangkring bak seekor ayam, alih-alih duduk, di kursi lipat stadion itu menjadi pemicu sorakan itu. Si penonton itu sempat celingak-celinguk sebelum akhirnya kembali duduk manis setelah melihat tayangan wajahnya diperbesar di layar raksasa itu.
”Menegur” penonton lewat layar raksasa itu adalah salah satu trik pengelola GBK merawat stadion ini. Kini, berkat unit-unit CCTV (kamera pemantau) yang terpasang di berbagai sudut stadion kebanggaan Indonesia itu, penonton tak lagi bisa bebas berbuat ulah.
Seperti kebanyakan stadion ternama di luar negeri, GBK dilengkapi fasilitas kamera pemantau paling mutakhir yang mampu mengidentifikasi wajah penonton dengan jelas dari kejauhan. Itu bisa dilakukan berkat Avigilon, yaitu CCTV beresolusi tinggi, yakni 7K atau 30 megapiksel.
Kamera pemantau yang juga terpasang di banyak stadion di Eropa, salah satunya di Jerman, itu bak ”mata elang” yang bisa mengidentifikasi pelaku vandalisme di stadion. Sayangnya, tidak seperti di Jerman atau Inggris, teknologi CCTV itu belumlah dioptimalkan untuk menjerat para penonton yang nakal, merusak fasilitas.
Setelah laga Indonesia versus Eslandia, tercatat ada tiga kursi yang rusak akibat ulah penonton yang nangkring atau berdiri di sandaran kursi-kursi baru itu. Dua dudukan kursi terlepas, satu lainnya renggang. Tak hanya itu, fasilitas di toilet, yaitu semprotan air, juga rusak setelah laga internasional itu.
”Kami masih menyelidiki dengan mengecek tayangan kamera pemantau (CCTV),” kata Direktur Utama Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPK GBK) Winarto saat dikonfirmasi, Senin (15/1).
Winarto belum bisa memastikan apakah kerusakan fasilitas itu disengaja oleh penonton atau disebabkan hal lain, misal cacat produk. Namun, apa pun penyebabnya, ia berharap hal itu tidak terulang, terutama jika dipicu vandalisme.
Untuk itu, pihaknya akan meningkatkan jumlah petugas di luar dan dalam stadion untuk mengawasi penonton. Jika melihat penonton yang berbuat tindakan tidak etis, petugas segera menegur.
Pada laga Minggu lalu, jumlah pengawas di dalam stadion sangat minim. Padahal, di negara maju, seperti Inggris, pengawas yang disebut stewards itu banyak disebar di tribune penonton. Hampir setiap lima baris bangku penonton dijaga seorang petugas yang bukan polisi, melainkan warga sipil atau keamanan internal.
Mulai Maret, tambah Winarto, sistem pengenalan wajah sudah bisa diterapkan di Stadion Utama GBK. Dengan sistem yang digunakan di Inggris untuk menangkal hooliganisme itu, penonton yang berulah bisa dilarang datang ke stadion.
Hanya saja, di Indonesia, pelaksanaannya masih sulit diterapkan karena ketiadaan kewajiban kartu keanggotaan fans. Di Inggris, fans wajib menunjukkan kartu keanggotaan saat membeli tiket pertan-
dingan.
Kartu keanggotaan itu mirip KTP-el sehingga data profilnya bisa tercatat di seluruh stadion di Inggris. Dengan demikian, jika ada fans yang tertangkap kamera pemantau melakukan vandalisme di stadion, sang oknum suporter akan ”ditandai” dan dijatuhi hukuman, salah satunya larangan menonton di stadion seumur hidup.
Winarto mengakui, sanksi itu bakal membuat jera penonton. Namun, ia saat ini lebih memilih cara lunak, yaitu menyosialisasikan ajakan menjaga stadion sambil menegur ringan dengan menayangkan pembuat ulah di layar raksasa. ”Bila masuk daftar hitam, bisa saja mereka tidak boleh masuk stadion lagi. Tapi, kami berharap itu tidak terjadi,” ucap Winarto.
Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha PPK GBK Gatot Tetuko mengatakan, untuk menimbulkan rasa saling menjaga, pihaknya akan meminta uang jaminan kepada para pengguna stadion itu. Nilai uang jaminan itu Rp 2 miliar-Rp 3 miliar per pemakaian. Uang jaminan itu akan dipakai untuk perbaikan jika ada kerusakan. (JON/DRI/DD15)