Di balik kemenangan Manchester United atas Everton, 2-0, di Stadion Goodison Park, Selasa (2/1), Paul Pogba menyampaikan sebuah pesan. Gelandang asal Perancis ini kembali membuktikan diri bahwa ia tetap menjadi tokoh sentral di tubuh ”Setan Merah”.
Mantan gelandang Juventus ini tidak mencetak gol dalam laga itu. Namun, ia memberikan nyawa dalam serangan yang dibangun MU malam itu. Pogba menghidupkan kembali agresivitas tim ketika dua striker utama MU, Romelu Lukaku dan Zlatan Ibrahimovic, absen karena cedera.
Tidak seperti biasanya, Pogba kini lebih sering masuk ke kotak penalti lawan. Di sana, ia melihat pergerakan rekan-rekannya dan melepaskan umpan-umpan matang. Jika ada kesempatan, ia langsung menembak ke gawang, tetapi dapat dihalau kiper Everton, Jordan Pickford.
Kecepatan, kekuatan, dan akurasi yang dimiliki Pogba menjadi senjata ampuh untuk membongkar pertahanan Everton. Pada menit ke-57, misalnya, Pogba yang sudah berada di sisi kanan kotak penalti lawan dengan cepat langsung mengoper bola ke arah Anthony Martial yang berada di tengah. Martial bisa menyelesaikan umpan itu dengan tendangan keras yang masuk ke sisi kiri atas gawang Everton.
Setan Merah kemudian menambah keunggulan lewat aksi brilian Jesse Lingard pada menit ke-81. Kemenangan itu membuat MU kembali bisa meraih tiga poin setelah mendapatkan hasil imbang dalam tiga laga sebelumnya.
Tekad Pogba pun terwujud. Sebelum laga kontra Everton itu dimulai, Pogba sudah meminta timnya untuk bangkit. ”Kami belum kalah (dari tiga laga imbang), tetapi kami harus menang. Harus ada perubahan jika kami ingin menang,” ujarnya.
Namun, bagi Pogba, momen kemenangan itu menjadi bukti nyata bagi siapa saja yang meragukan kemampuannya saat ini. Salah satu orang yang meragukan Pogba adalah Paul Scholes, mantan bintang MU yang kini menjadi analis sepak bola.
Saat MU ditahan 0-0 oleh Southampton, akhir pekan lalu, Scholes melalui saluran televisi olahraga BT Sport mengomentari penampilan Pogba. ”Pogba hanya berjalan-jalan sepanjang laga. Ia sepertinya diminta bermain dalam posisi yang membuatnya tidak nyaman. Manajer harus bertanggung jawab atas hal ini,” katanya.
Scholes yang pernah meraih 11 gelar juara Liga Inggris bersama MU juga menilai bahwa kemampuan Pogba tidak sebanding dengan harga mahal yang harus dibayar MU untuk mendapatkannya. Pogba mulai bermain bersama Setan Merah sejak 2016. Ia pun menjadi pemain termahal dalam sejarah MU ketika dibeli dengan harga 89 juta poundsterling atau sekitar Rp 1,5 triliun. Bahkan, sahabat Pogba, Lukaku, belum bisa memecahkan rekor itu pada musim panas lalu. Lukaku dibeli seharga Rp 1,3 triliun.
Komentar Scholes itu lantas membuat Manajer MU Jose Mourinho berang. Ia tidak terima jika Pogba dinilai sebagai pemain yang tidak berguna. Kemenangan atas Everton itu pun menjadi momentum bagi Mourinho untuk membalas Scholes.
”Pogba sudah mencoba untuk selalu menampilkan yang terbaik. Kadang ia bermain bagus dan kadang ia bermain jelek,” kata Mourinho.
Performa pemain yang kerap naik dan turun, menurut Mourinho, merupakan hal yang biasa. Bahkan, Lukaku yang direkrut dari Everton karena ketajamannya di depan gawang pun beberapa waktu lalu menjadi sorotan. Striker asal Belgia itu beberapa kali tumpul dan hanya bisa mencetak gol ke gawang milik tim-tim papan bawah.
Namun, ada saatnya Lukaku juga tampil prima. ”Setiap pemain tidak harus tampil sefenomenal seperti Scholes saat masih menjadi pemain,” kata Mourinho.
Scholes, kata Mourinho, hanya bisa mengkritik karena sekarang ia dibayar untuk mengkritik. Mourinho tidak berhenti begitu saja. Ia juga membalas kritik Scholes bahwa performa buruk Pogba adalah kesalahan sang manajer dalam penempatan posisi Pogba.
”Coba sekarang Scholes menjadi manajer. Mungkin ia hanya bisa mencapai 25 persen dari kesuksesan yang sudah saya capai saat ini,” ujar pelatih asal Portugal itu.
Meski demikian, Pogba dan Mourinho juga harus menyadari bahwa perjalanan di Liga Inggris masih panjang. Tugas mereka untuk mengejar Manchester City juga masih berat. Pembuktian Pogba tidak boleh berhenti di Goodison Park, tetapi berlanjut hingga Mei. (AP/AFP/REUTERS/DEN)