Wartawan Olahraga Senior Sumohadi Marsis Tutup Usia
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Dunia olahraga nasional kini kembali kehilangan salah satu kritikus terbaiknya. Wartawan senior Sumohadi Marsis telah berpulang pada Minggu (24/12) di usia 73 tahun. Sumohadi yang pernah berkarir di harian Kompas dan tabloid Bola, meninggal dunia karena penyakit jantung.
Sumo, begitu sapaan akrabnya, tutup usia setelah dirawat inap sekitar satu bulan di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta. Ia mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 05.55 WIB lalu disemayamkan di Tempat Permakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta. Berbagai kalangan hadir untuk melepas kepergiannya, seperti mantan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, Direktur Penyiaran Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) Linda Wahyudi, pendiri Tabloid Bola Ignatius Sunito, dan Redaktur Pelaksana Tabloid Bola Riemantono Harsojo.
Semasa hidupnya, Sumo tidak pernah lepas dari kerja jurnalistik. Ia pernah menjadi wartawan olahraga di Hharian Kompas sebelum akhirnya didaulat menjadi pemimpin redaksi tabloid Bola. Sumo memimpin tabloid itu sejak 1984 hingga 2004.
Perjalanan karier Sumo dalam memimpin tabloid Bola memiliki kisah yang khas. Jatuh bangun mendirikan salah satu media massa di bidang olahraga itu ia lakukan bersama rekan sesama wartawan harian Kompas, Ignatius Sunito.
Sunito pun masih ingat betul masa-masa ketika ia pertama kali ditugaskan oleh salah satu pendiri harian Kompas Jakob Oetama untuk mendirikan tabloid Bola.
“Pak Jakob menugaskan saya di bagian bisnisnya dan Mas Sumo tetap di bagian redaksi. Karena Pak Jakob pasti sudah merasa kalau saya juga di redaksi, nanti ada dua matahari. Makanya kami dipisah,” kenang Sunito saat ditemui di rumah duka, di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Sunito menambahkan, Sumo dikenal sebagai pengamat olahraga dengan beragam pandangan kritis. Tulisan-tulisannya kerap membuat pengurus olahraga di masanya menjadi kalang-kabut.
“Dia punya analisis yang tajam. Kalau dia mengkritik, pasti nyelekit dan orang yang dituju langsung merasa tersinggung,” ujar Sunito.
Lisa Anggraeni, istri Sumo, mengatakan, meski sudah pensiun menjadi wartawan, suaminya tidak pernah berhenti menulis pandangannya ihwal olahraga. Berdasarkan catatan Kompas, artikel terakhir yang ia tulis hanya berselang enam bulan sebelum ia wafat. “Dia (Sumo) memang jiwanya sudah di situ (wartawan olahraga). Jadi, biarpun sudah pensiun, jiwanya untuk terus menulis itu selalu ada. Dia senang sekali kalau sudah mengetik di depan komputer,” kata Lisa.
Dalam kondisi sakit keras pun, Sumo selalu ingin memperbarui pengetahuannya mengenai situasi olahraga kekinian. “Saat menemani Sumo di rumah sakit, saya selalu membawa koran dan membacakannya untuk suami,” ujar Lisa.
Kini, pria kelahiran Kutoarjo pada 8 Juli 1944 itu telah berpulang. Namun, semangat serta ide-ide kritisnya untuk dunia olahraga nasional tidak pernah mati. (DD18/DD01)