JAKARTA, KOMPAS — Meskipun kebutuhan atlet sudah terpenuhi, kondisi infrastruktur Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar Ragunan, Jakarta, memprihatinkan. Tempat latihan mendesak direnovasi karena mengganggu latihan para atlet.
PPOP Ragunan memiliki luas lahan 16,8 hektar. Berdasarkan pengamatan, Jumat (22/12), sejumlah bangunan usang dan atapnya bocor, seperti GOR bulu tangkis, gulat, dan tenis meja. Di dalam ruangan disiapkan ember untuk menampung tetesan air hujan. Kerusakan juga terlihat di GOR tenis meja. Lantai dari kayu parket lepas hingga menganga dan tidak rata.
Pelatih PPOP angkat besi, Irwan Sugiarto, mengatakan, saat hujan, air merembes dari tembok ke lantai dan membasahi peralatan latihan sehingga terancam berkarat. Kondisi standar penyangga barbel juga mulai bergoyang. ”Itu alat penunjang. Jika patah saat ada latihan, berisiko buat atlet. Jadi, kami pelatih harus selalu awas,” katanya.
Kepala PPOP Ragunan Syahrizal Jamil menuturkan, sejak tahun 1972, bangunan itu tidak pernah direnovasi. Beberapa GOR juga dipakai bersama atlet Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) yang dikelola Kementerian Pemuda dan Olahraga. ”Kami harap SKO juga ikut merawat dan membangun,” kata Jamil.
Pemeliharaan bangunan selama ini hanya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta, yang pada 2017 sebesar Rp 1,1 miliar. Dana itu digunakan untuk memperbaiki atap yang bocor dan pengecatan tujuh bangunan, yakni asrama putra dan putri, kolam renang, GOR senam, bulu tangkis, angkat besi, dan pembangunan gedung kesehatan.
”Anggaran itu tidak cukup. Bangunan sudah tua dan harusnya dirobohkan, kemudian dibangun baru. Kalau hanya perbaikan kecil, tidak membantu,” ujarnya.
PPOP saat ini membina 270 atlet dari 19 cabang olahraga. Nutrisi, kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari atlet terpenuhi dengan baik. Menurut Jamil, setiap atlet mendapat uang saku Rp 1,5 juta per bulan dan uang makan ”Untuk kebutuhan atlet, anggaran dari DKI cukup,” ujarnya.
Jamil berharap Kemenpora secara cepat dan tegas memutuskan semua pusat pelatihan pelajar menjadi SKO. ”Kemenpora harus tegas, konsepnya seperti apa. Prestasi atlet tidak lepas dari sarana dan prasarana,” ujarnya.
Rp 300 miliar
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta Ratiyono mengatakan, telah memiliki rencana induk renovasi pembangunan PPOP Ragunan sejak 2013. Tempat latihan atlet akan dibongkar dan dibangun vertikal. Tempat latihan bela diri, seperti karate, judo, dan gulat, akan dijadikan satu. Biaya renovasi dan pembangunan itu ditaksir mencapai Rp 300 miliar. ”Memang harus direnovasi total atau secara bertahap,” ujar Ratiyono.
Namun, rencana itu terhenti karena Pemprov DKI memiliki prioritas pembangunan lain empat tahun terakhir. ”Jadi, kami masih menggunakan bangunan lama,” ujarnya. Adapun atlet dari SKO menggunakan fasilitas yang sama dengan PPOP karena fasilitas olahraga di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tidak kunjung rampung. (DD18)