Pada laga sebelumnya, saat melawan Bournemouth, striker asal Belgia ini juga mencetak satu gol. Namun, ketika melawan tim-tim besar (yang sering disebut tim ”Enam Besar”, termasuk MU) seperti Manchester City, Arsenal, Chelsea, Tottenham Hotspur, atau Liverpool, taring Lukaku menghilang.
Ini bisa menjadi masalah bagi MU yang sedang berusaha mengejar City. Sebagai pemain termahal di skuad ”Setan Merah” saat ini, Lukaku seharusnya lebih garang saat timnya menghadapi tim-tim besar. Apalagi Zlatan Ibrahimovic belum bisa menjadi pemain utama setelah pulih dari cedera.
Dengan kemenangan atas West Bromwich, MU tetap berada di peringkat kedua dengan 41 poin. Namun, masih berjarak 11 poin dengan City.
Saat melawan West Bromwich, gol kedua ”Setan Merah” dicetak oleh Jesse Lingard. West Bromwich hanya bisa membalas satu gol melalui Gareth Barry pada menit ke-77.
Tak tersentuh
Pada laga lainnya, Minggu dini hari WIB, City masih tak tersentuh setelah melumat Tottenham Hotspur, 4-1, di Stadion Etihad, kandang mereka. Ini merupakan kemenangan beruntun ke-16 bagi City.
Tim asuhan Pelatih Pep Guardiola itu bahkan semakin terlihat solid. Meski liga baru setengah jalan, ”The Citizens” sudah mengalahkan semua tim-tim ”Enam Besar”.
Seusai laga kontra Spurs, Guardiola menggarisbawahi bahwa ia memiliki ”senjata” yang sangat penting. Tidak hanya untuk City saat ini, tetapi juga untuk jangka panjang. Senjata itu adalah gelandang asal Belgia, Kevin De Bruyne.
Tanpa ditemani David Silva di lini tengah, De Bruyne mampu menjadi ”sutradara” yang brilian di balik serangan-serangan City yang mematikan. Bahkan, ia menyumbang satu gol dari tembakan keras yang sulit dijangkau kiper Spurs Hugo Lloris.
”Dia (De Bruyne) membantu City menjadi klub yang lebih baik, institusi yang lebih baik pada masa depan. Penampilannya tadi, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” kata Guardiola.
Lebih spesifik, Guardiola menilai De Bruyne pantas menjadi panutan utama bagi pemain muda City. Cara De Bruyne membawa bola, bergerak saat tanpa bola, atau mengoper bola dengan cerdik kepada para penyerang membuat City bisa menjadi salah satu tim teragresif saat ini.
Dengan kemampuannya itu, De Bruyne membuat Guardiola lega. Alasannya, Guardiola bisa menerapkan gaya bermain dengan penguasaan bola tinggi seperti saat ia mengasuh Barcelona pada 2008-2012. Apalagi City memiliki duet maut di lini depan, yakni Leroy Sane dan Raheem Sterling.
”Jika Anda memberikan terlalu banyak ruang, City bakal memperlihatkan kualitas transisi mereka yang sulit dipercaya,” kata Pelatih Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino. Itulah kesalahan Spurs dan tim-tim lainnya. Lawan-lawan City rata-rata lebih sering meladeni serangan daripada menyerang.
Meski bisa memaklumi kekalahan itu karena City jauh lebih kuat, Pochettino tetap menyadari ada masalah besar di tubuh Spurs saat ini. Tim yang finis di peringkat kedua musim lalu itu kini masih tertahan di peringkat ketujuh (31 poin). Target Spurs untuk mencapai empat besar pada musim ini semakin kabur.
”Kami harus belajar dari kekalahan ini. Sudah jelas terlihat bahwa permainan kolektif kami masih sangat buruk,” kata Pochettino. Masalah juga tampak dalam sikap pemain terutama Dele Alli yang sempat frustrasi dan menekel kaki De Bruyne. Beruntung Alli hanya mendapat kartu kuning.
Akibat penampilan fenomenalnya pada musim ini, City juga sempat membuat Chelsea cemburu. ”Laju Chelsea dilupakan karena ada tim lain yang selalu menang (City),” kata Pelatih Chelsea Antonio Conte.
Kemenangan ”The Blues” atas Southampton, 1-0, Sabtu (16/12) malam WIB, merupakan kemenangan Chelsea yang ke-8 dalam 10 laga terakhir.