JAKARTA, KOMPAS — Tim boling Indonesia mengukir prestasi pertama dalam Kejuaraan Dunia Boling 2017 di Las Vegas, Amerika Serikat. Indonesia meraih dua medali perunggu pada nomor trio putri dan master putri.
Indonesia mengirimkan enam peboling putri pada kejuaraan dunia kali ini. Mereka meliputi Tannya Roumimper, Putty Insavilla Armein, Sharon Limansantoso, Nadia Pramanik, Novie Phang, dan Aldilla Indryati. Mereka bertanding di nomor tunggal, ganda, trio, team 5 all event, dan master.
Sharon mendapatkan perunggu di nomor master putri setelah kalah dari peboling Malaysia, Sin Li Jane, 2-1 (169-216, 218-178, 163-223) pada laga semifinal di South Point Hotel Casino, Las Vegas, Senin (4/12) waktu setempat. Negara lain yang juga meraih perunggu adalah Singapura yang ditaklukkan Korea Selatan, 2-0. Pada laga final, Malaysia menyabet perak, sedangkan emas dibawa pulang oleh Korea Selatan.
Sehari sebelumnya, Sharon yang memperkuat tim trio putri bersama Tannya Roumimper dan Putty Armein juga meraih perunggu dengan total perolehan angka 3.704. Perunggu lain direbut tim Taiwan yang unggul 17 angka di atas Indonesia. Sementara itu, tim tuan rumah meraih emas dengan perolehan angka 3.820, disusul Jerman di posisi kedua dengan angka 3.785.
Capaian dua perunggu itu merupakan yang pertama sejak keikutsertaan Indonesia dalam lima kali kejuaraan dunia.
"Prestasi ini hasil dari latihan keras para atlet," ujar Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Boling Indonesia (PB PBI) Gatot Aryo Nugroho. Ia menambahkan, semua atlet yang sebelumnya memperkuat tim nasional pada SEA Games Kuala Lumpur 2017 itu terus berlatih fisik dan teknik hingga kejuaraan dunia berlangsung.
Prestasi ini hasil dari latihan keras para atlet.
Meski telah menorehkan sejarah baru dalam prestasi boling, Sharon mengatakan tidak ingin terlena. Ia berharap para atlet nasional lebih sering diikutsertakan dalam ajang berkelas dunia. Sejauh ini, kejuaraan yang lebih sering diikuti Indonesia hanya di level Asia. "Pemain dari negara lain sudah sangat terbiasa dengan turnamen seperti ini," kata Sharon saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (5/12).
Keikutsertaan atlet boling Indonesia di kejuaraan dunia itu sempat terkendala masalah finansial. Gatot mengatakan, untuk memberangkatkan para peboling dan pelatih ke AS, PB PBI harus merogoh kocek pribadi. Setidaknya pemberangkatan setiap atlet membutuhkan Rp 50 juta.
"Kami sudah mengajukan permohonan dana kepada pemerintah, tetapi belum turun hingga saat ini," ucap Gatot.
Prestasi di kejuaraan dunia itu membuka asa tim boling untuk mencapai target satu emas Asian Games 2018. (DD01)