LAMONGAN, KOMPAS – Doa dan tahlil menggema sejak di RSUD Dr Soegiri Lamongan sekitar pukul 17.20 begitu ada kepastian penjaga gawang Persela, Choirul Huda, meninggal dunia. Teriakan histeris mengelu-elukan Huda, berpadu dengan isak tangis dan kalimat lailaha ilallah.
Tangis pecah bukan hanya dari para pendukung Persela Lamongan LA Mania, tetapi juga rekan setim dan ofisial serta manajer Persela. Para pemain, termasuk Ivan Carlos, Samsul Arifin, penjaga gawang pengganti Ferdiansyah, pun bercucuran air mata. Semuanya bersedih. Mereka kehilangan teman sekaligus panutan.
Dia mempertaruhkan nyawa bukan hanya untuk Persela, tetapi juga untuk masyarakat Lamongan
Saat jenazah dibawa mobil ambulans dari rumah sakit menuju ke rumah duka di Sawahan, Lamongan, tepatnya di Jalan Basuki Rahmad 66, para suporter pun menyusul. Bahkan mereka sempat menyalakan lilin, sebelum akhirnya padam terkena hujan deras yang mengguyur Lamongan.
Mereka memberikan penghormatkan terakhir kepada sang legenda sepak bola Lamongan. Huda dianggap sebagai pahlawan karena mempertaruhkan jiwa raga membela tim. “Kami sangat kehilangan. Dia mempertaruhkan nyawa bukan hanya untuk Persela, tetapi juga untuk masyarakat Lamongan. Ini bukan hanya duka Persela tetapi duka Indonesia,” kata Taufiq Kasrun, pemain Persela.
Huda meninggal dunia usia berbenturan dengan pemain belakang Persela Ramon Rodrigues de Mesquita pada menit ke-44. Keduanya sama-sama ingin mengamankan gawang agar tidak kebobolan saat terjadi serangan oleh Semen Padang, Minggu (15/10), pada laga ke-29 Liga 1 Go-Jek Traveloka.
Kemenangan Persela 2-0 tak mampu menghapus duka pecinta bola di Lamongan. Mereka semua kehilangan idola, pahlawan dan sosok panutan. Huda cukup setia, selama 18 tahun kariernya membela Persela sejak 1999. Huda juga pernah memperkuat skuad Tim Nasional.
Seperti sudah tahu sebelumnya, seusai laga, sejumlah LA Mania sudah memasang poster bergambar Huda di tengah gawang. Ratusan suporter juga ikut mensalatkan dan mengiringi ambulans yang membawa Huda dari rumah duka ke Masjid Agung Jami’ Lamongan yang berjarak sekitar 300-an meter. Mereka juga berebut mengangkat peti jenazah dan keranda ke masjid untuk disalatkan bersama.
Usai prosesi salat jenazah dan doa di masjid sekitar pukul 21.00 hingga 21.15 jenazah dikebumikan di Makam Pagerwojo berjarak sekitar 2 kilometer dari masjid. Para suporter Persela LA Mania, Bupati Lamongan sekaligus Ketua Umum Persela Fadeli juga terlihat berjalan kaki mengiringi ambulans ke pemakaman di Pagerwojo.
Di pemakaman jajaran manager, dan LA Mania juga memanjatkan doa secara bergantian. Selain Fadeli dan Manajer Persela Yuhronur Effendi dan jajaran pejabat di lingkup Pemkab Lamongan, ada juga mantan Bupati Lamongan Masfuk yang menyempatkan diri ke makam.
Menurut kerabat Huda, Ismed, di Pagerwojo itu Huda dimakamkan di komplek pemakaman keluarga. Sementara itu sejak jenazah tiba di rumah duka, wartawan hanya diizinkan takziyah namun tidak diperkenankan mengambil gambar atau wawancara di rumah duka. Keluarga masih berkabung.
Kami semua kehilangan
Polisi sempat menutup akses jalan Basuki Rahmat dan Cokroaminoto Lamongan karena dipadati suporter maupun warga yang memanjatkan doa. Mereka ingin menyampaikan ucapan selamat jalan sekaligus penghormatan dengan menyalakan lilin. “Kami tidak mengira dia meninggal secepat itu,” kata Anwar, seorang LA mania.