Tak Ada Lagi Tolehan Usain Bolt
Belum genap empat hari pelaksanaan Kejuaraan Dunia Atletik Ke-16 yang berlangsung di Stadion Olimpiade London, hingga Minggu (6/8) malam waktu Inggris atau Senin (7/8) siang WIB, para pencinta atletik mondial sudah dihibur dengan sajian nomor-nomor terbaik di cabang tersebut.
Terutama di nomor lari jarak dekat atau sprint 100 meter, dengan adanya sang ”Manusia Petir” Usain Bolt, pemegang rekor dunia 100 meter dan 200 meter.
Bolt semakin jarang muncul dalam pertarungan resmi selama dua tahun terakhir akibat sering didera cedera punggung serta masalah meningkatnya berat badan. Ini membuat Bolt memiliki start yang buruk dan kecepatannya juga semakin menurun.
Itu sebabnya, sejak mempertajam rekor dunianya dalam Kejuaraan Dunia Atletik Ke-12 di Berlin, Jerman, pada 2009 menjadi 9,58 detik, Bolt selalu mendominasi pergelaran terpenting di atletik. Baik Olimpiade yang dilaksanakan setiap empat tahun sekali maupun Kejuaraan Dunia Atletik yang digelar setiap dua tahun sekali.
Dalam setiap pertarungan 100 meter putra saat Bolt hadir, menjelang menyentuh garis finis, Bolt selalu menyempatkan diri menoleh ke belakang guna menyaksikan lawan-lawannya. Dan, setelah itu akan disusul kedua tangannya langsung direntangkan.
Musim ini Bolt sudah beberapa kali mengungkapkan keinginannya mengundurkan diri dari pertarungan di lintasan. Bahkan, pencinta atletik Jamaika juga sudah membuat perpisahan lewat kejuaraan di Kingston, Ibu kota Negeri Usain Bolt, Jamaika.
Hanya memang catatan di dua pertandingan sebelumnya, yang diikuti pada musim ini, sebelum mencapai puncaknya di laga terakhir yang direncanakan Bolt sebelum menggantung spike (sepatu lari)-nya kurang meyakinkan. Sebab di Jamaika Terbuka, Bolt hanya mencapai 10,03 detik.
Begitu pula ketika mengikuti Kejuaraan di Monako, salah satu seri Liga Berlian IAAF 2017, pertengahan Juli, Bolt mampu mempertajam waktunya setelah menjadi jawara dengan 9,95 detik. Memang lebih cepat 0,03 detik dari Isiah Young, sprinter AS; serta Akane Simbine, asal Afrika Selatan, yang finis ketiga dengan waktu 10,02 detik.
Akan tetapi, dalam Kejuaraan Dunia Atletik Ke-16 di London yang berlangsung mulai Kamis (3/8) hingga Minggu (13/8), pada head pun Bolt sudah mengawali dengan kecepatan 10,07 detik.
Sementara saat di semifinal, Bolt mampu memperbaiki waktunya menjadi 9,98 detik. Namun, sudah mampu dikalahkan sprinter muda AS, Christian Coleman (21), yang menjadi pemegang rekor 100 meter musim 2017.
Rekor Coleman musim ini sudah mencapai 9,82 detik yang dicapai di Eugene, Oregon, di Kejuaraan Antarmahasiswa Se-AS, Juni lalu.
Memang sudah jauh berbeda penampilan Usain Bolt dari biasanya. Terutama musim ini. Sebab, kalau sejak 2009 Bolt masih menoleh dan kemudian membentangkan kedua tangannya, kini Bolt hanya bisa melirik. Mengingat lawan yang harus dikalahkannya hanya berada di samping dirinya.
Itu sebabnya Bolt hanya mampu mencapai finis dengan waktu 9,95 detik ketika di final. Dia harus mengakui kecepatan Coleman yang memiliki tinggi badan mencapai 1,75 meter atau kalah 20 sentimeter dari Bolt yang kerap disebut sebagai ”Big Gay”, dengan tinggi mencapai 1,95 meter.
Sebab, selain jauh lebih muda, Coleman juga memiliki start yang sempurna. Bukan hanya dari ketiga peraih medali 100 meter Kejuaraan Dunia Atletik 2017, melainkan dari ke-8 finalisnya, Coleman menjadi sprinter dengan reaksi terbaik, yakni 0,123.
Jauh lebih baik dari Yohan Blake (27), salah satu sprinter andalan Jamaika (0,137), ataupun Justin Gatlin (35) sang peraih medali emas (0,138).
Usain Bolt justru memiliki reaksi kedua terburuk dari ke-8 finalis. Sebab, Bolt hanya tercatat memiliki reaksi 0,183, sementara sprinter China, Bingtian Su, reaksinya tercatat 0,224.
Dengan reaksi yang baik serta start yang sempurna, Coleman langsung memimpin sejak lepas dari blok start lintasan 5. Bolt sendiri yang berada di lintasan 4 baru bisa mendekat pada 10 meter terakhir.
Bolt harus puas finis dengan waktu 9,95 detik atau kembali kalah 0,01 detik dari Coleman. Itu sebabnya kini sudah tidak ada lagi tolehan Bolt. Yang ada hanya lirikan Bolt ketika akan mencoba mengalahkan lawannya di finis, sekalipun itu tidak bisa.
Apalagi ketika Gatlin yang semakin melesat dari 30 meter terakhir mampu mencapai garis finis final 100 meter putra Kejuaraan Dunia Atletik 2017 ini dengan waktu 9,92 detik, Bolt pun harus mengakhiri karier dengan kekalahan.
Ya, memang inilah kekalahan Usain Bolt yang sekaligus mengakhiri kedigdayaan dirinya sebagai sprinter dunia sekaligus para sprinter Jamaika yang hampir dalam satu dekade mendominasi nomor 100 meter.
Apalagi, Bolt–yang sebelumnya mampu mempertahankan berat badan di 86 kilogram kala menembus waktu 100 meter dengan 9,58 detik serta 200 meter dengan waktu 19,19 detik–sudah tidak bisa menjaga berat badan. Di London, beratnya sudah mencapai 94 kg, atau naik hingga 8 kg. Tentu semakin sulit bagi Bolt untuk mempertahankan kedigdayaannya.