Pertemuan Suporter Sepak Bola Bahas Kerusuhan Suporter

Kompas/Bahana Patria Gupta

Pendukung Persegres Gresik united turun ke lapangan dan merusak setelah timnya kalah 0-2 atas Persela Lamongan dalam Go-Jek Traveloka Liga 1 di Stadion Petrokimia Gresik, Senin (5/6).

JAKARTA, KOMPAS — Kerusuhan suporter klub sepak bola di Indonesia menjadi pembahasan utama dalam pertemuan suporter sepak bola Indonesia yang diadakan di Wisma Kemenpora, Kamis (3/8). Kekerasan yang kerap terjadi dikritisi dan menjadi perhatian khusus.

Menpora Imam Nahrawi mengatakan, pertemuan ini adalah langkah awal untuk mempertemukan dan menjalin komunikasi antarsuporter Tanah Air. "Ini adalah inisiatif awal dari Menpora dan diharapkan kepada PSSI untuk mengadakan pertemuan seperti ini sesering mungkin agar setiap persoalan dapat diselesaikan," ujar Nahrawi saat membuka pertemuan.

Ketua PSSI Edy Rahmayadi mengatakan, adanya kekerasan suporter itu membebani PSSI untuk biaya keamanan selama pertandingan. "Sekali pertandingan bisa mengeluarkan Rp 100 juta-Rp 150 juta untuk keamanan. Laga Persib-Persija kemarin saja kita mengeluarkan Rp 250 juta," ujar Edy.

Machradin.wahyudi

-

Budiarto Shambazy, pengamat sepak bola yang juga wartawan senior, menyayangkan adanya kekerasan yang masih marak terjadi di antara suporter. "Adanya bawaan emosi dan fanatisme daerah yang berlebihan menjadi pemicu dalam bentrokan antar suporter yang sering terjadi," ujar Budiarto, sebagai salah satu narasumber dalam pertemuan ini.

Anto Baret, perwakilan suporter yang hadir, mengatakan, PSSI harus menindak tegas terhadap segala bentuk pelanggaran yang ada dari para suporter berdasarkan statuta yang ada. Di dalam statuta ini termuat adanya larangan tentang tindakan-tindakan yang memicu bentrokan.

"Yel-yel yang berbau rasis dan kasar itu ditonton oleh semua rakyat melalui televisi. Kebencian ini bisa mengakar dan sulit untuk dihilangkan. Jadi PSSI harus tegas," ujar Anto, yang dikenal juga sebagai musisi.

Ia yakin PSSI bisa menerapkan dengan tegas pasti suporter akan bisa tertib. (DD12)