JAKARTA, KOMPAS — Atlet loncat galah menunggu kedatangan galah baru. Jika galah baru tidak kunjung datang, dikhawatirkan persiapan atlet menjelang SEA Games 2017 tidak akan maksimal.
Teuku Tegar Abadi, atlet loncat galah tim nasional atletik Indonesia, mengeluhkan tentang kurang kuatnya galah yang digunakannya untuk berlatih di Stadion Atletik Rawamangun, Jakarta Timur, pada Sabtu (1/7). Galah yang dipakainya berlatih selama ini lentingannya kurang kuat sehingga loncatannya kurang maksimal. Sementara itu, galah yang digunakan rekan setimnya, Frederick Saputra, malah patah. Sampai Sabtu ini, galah yang rusak tersebut belum ada penggantinya.
Galah menjadi barang vital bagi atlet loncat galah karena galah itulah yang akan membuat atlet bisa meloncat tinggi dan melewati tiang yang sudah ditentukan tingginya. Tegar memerlukan waktu dua sampai tiga kali latihan teknik untuk mempelajari galah yang akan digunakan. ”Ya, dua sampai tiga kali latihan baru bisa tahu seperti apa lentingan galahnya,” katanya.
Ia punya pengalaman terkait tidak adanya galah saat bertanding. Ketika itu, galah yang akan digunakannya berlomba di Kejuaraan Atletik Remaja Asia di Doha, Qatar, pada Mei 2015, tidak diizinkan masuk bagasi di bandara sehingga tidak bisa dibawa. Akibatnya, ia datang tanpa galah dan terpaksa meminjam galah milik kontestan negara lain. ”Saya pinjam pakai bahasa isyarat begitu. Untung dapat pinjaman. Untung juga bisa dapat perunggu,” ujar Tegar.
Saat menggunakan galah pinjaman itu, ia khawatir jika lentingan galah tersebut tidak bisa mendorongnya melewati tinggi tiang dan justru mencederainya. Sebab, ia belum memahami karakter galah yang akan digunakannya.
Pelatih loncat galah tim atletik Indonesia, Sainih, mengatakan, galah baru sebenarnya sudah dibeli, tetapi terkendala proses pengiriman. Pembelian galah baru itu menggunakan dana dari Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI). ”Barangnya sekarang ada di Singapura. Besok akan diambil sekalian mendampingi anak-anak yang akan ikut ASEAN School Games 2017,” katanya, di sela-sela sesi latihan, Sabtu sore.
Sementara itu, tim atletik dari nomor lari jarak pendek mengalami persoalan yang tidak jauh berbeda. Meskipun Satlak Prima dan Kemenpora sudah menjanjikan pemenuhan alat latihan dan bertanding, kedua hal itu masih terkendala penyediaannya. Pelatih lari jarak pendek tim nasional atletik Indonesia, Eni Nuraini, mengatakan, selama ini mereka berlatih menggunakan peralatan tahun lalu yang kini sudah mulai rusak.
Eni menambahkan, uang saku atlet juga sering terlambat. ”Kalau uang saku terlambat, kami dibantu PB PASI. Bahkan, suplemen atlet kami beli dengan dana dari PB PASI atau uang saku,” ujarnya. (D11/D16)