Motif Anak Bunuh Ibunya di Sukabumi Terkuak, Hanya karena Kesal Dimarahi
Seorang pria di Sukabumi membunuh ibunya karena kesal dimarahi. Kasus kekerasan terhadap perempuan terus berulang.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Polisi mengungkap motif pembunuhan seorang ibu bernama Inas oleh anaknya berinisial R di Kampung Cilandak, Kecamatan Kalibunder, Kabupaten Sukabumi, Jawa barat, Senin (13/5/2025) petang. Pelaku menghabisi nyawa ibunya menggunakan garpu tanah karena kesal dimarahi korban.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kabupaten Sukabumi Ajun Komisaris Ali Jupri, Rabu (15/5/2024), mengatakan, pelaku R (26) terlibat pertengkaran dengan ibunya sebelum terjadi pembunuhan. Inas (45) pun memarahi R.
Setelah memarahi pelaku, Inas beranjak ke tempat tidurnya untuk beristirahat sekitar pukul 17.00 WIB. R yang dalam kondisi marah kemudian mengambil garpu tanah. Biasanya alat itu digunakan untuk menguruk tanah di kebun.
Dengan garpu tanah, R melampiaskan amarahnya kepada korban. Berulang kali ia menusukkan garpu tanah ke sejumlah bagian tubuh ibunya hingga sang ibu meregang nyawa.
”Dari hasil visum, aksi pelaku mengakibatkan terdapat sejumlah luka tusuk di bagian dada, perut, lengan, mulut, kepala, hingga mata korban,” ungkap Ali.
Ia menuturkan, kasus ini baru terungkap pada keesokan harinya, Selasa sekitar pukul 04.00 WIB. Saat ini pelaku mengaku kepada seorang tetangga telah membunuh ibunya.
Dengan tangan berlumuran darah, pelaku yang diduga merasa bersalah menawarkan uang Rp 300.000 kepada warga tersebut untuk membunuhnya. Warga itu pun curiga dan segera memeriksa rumah pelaku. Ia menemukan korban telah tewas bersimbah darah di tempat tidurnya.
”Ia bertemu warga itu di rumahnya yang tak jauh dari lokasi pembunuhan Inas. Pelaku pun langsung ditangkap warga dan aparat keamanan setempat sekitar pukul 08.00 WIB,” ungkap Ali.
Ia menegaskan, pelaku dijerat dengan Pasal 338 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang pembunuhan. ”Pelaku terancam pidana penjara maksimal 15 tahun,” tambahnya.
Budaya kekerasan yang masif terlihat dari maraknya kasus tawuran serta perundungan. Keberadaan media sosial membuat konten-konten kriminalitas lebih mudah dilihat banyak orang.
Kriminolog dari Universitas Padjadjaran, Yesmil Anwar, menilai, kasus pembunuhan yang banyak terungkap belakangan ini dipicu budaya kekerasan yang ironisnya tumbuh subur di tengah masyarakat. Kondisi ini tidak kenal umur dan strata ekonomi. Bahkan, korban dan pelaku punya hubungan dekat, termasuk keluarga.
Budaya kekerasan yang masif terlihat dari maraknya kasus tawuran serta perundungan. Keberadaan media sosial membuat konten-konten kriminalitas lebih mudah dilihat banyak orang.
”Upaya mencegah tindakan kekerasan tak hanya tanggung jawab pihak kepolisian. Tokoh masyarakat di lingkungan dan tokoh agama diharapkan turut berperan meminimalkan budaya kekerasan di tengah warga,” papar Yesmil.
Orang terdekat
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Jabar Siska Gerfianti menyayangkan kasus pembunuhan ibu oleh anak kandungnya di Sukabumi. Ia mengungkapkan, mayoritas pelaku kasus kekerasan terhadap perempuan adalah orang terdekat, seperti kerabat, suami, paman, dan tetangga.
Siska pun memaparkan, aksi kekerasan perempuan dan anak di Jabar yang dilaporkan mencapai 2.819 kasus pada tahun 2023. Sebanyak 80 persen korban dari kasus tersebut adalah perempuan.
Sementara pada Januari hingga 15 Mei 2024 sudah terjadi 241 kasus kekerasan terhadap perempuan di Jabar. Jumlah korbannya 247 orang.
”Memang perempuan dan anak di Jabar menjadi kelompok yang rentan mendapatkan kekerasan. Salah satu faktor pemicunya adalah pengaruh dari budaya patriarki yang masih kuat,” ucapnya.