Sebelas Korban Kecelakaan Bus dan Kereta Api di Martapura Masih Dirawat
Sebagian besar korban, termasuk yang luka berat, memilih pindah rumah sakit yang lebih dekat dengan tempat tinggal.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sebelas dari 17 korban luka kecelakaan Bus Putra Sulung dan Kereta Api Rajabasa di pelintasan sebidang kawasan Martapura, Sumatera Selatan, masih jalani perawatan intensif di empat rumah sakit berbeda. Para korban adalah penumpang bus yang bertolak dari Belitang, Ogan Komering Ulu Timur, menuju Jakarta.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres OKU Timur Ajun Komisaris Panca Mega Surya, Senin (22/4/2024), mengatakan, kecelakaan yang terjadi pada Minggu (21/4/2024) siang itu menewaskan satu penumpang bus. ”Korban meninggal adalah Nazaruddin Asof (18), warga Belitang yang baru pulang mudik untuk kembali melanjutkan kuliah di Bandung, Jawa Barat,” ujarnya.
Selain korban tewas, ada 17 penumpang bus yang mengalami luka. Enam korban di antaranya sudah pulang atau memilih rawat jalan. Sisanya sebanyak 11 korban masih dirawat terpisah di empat rumah sakit berbeda. Satu orang di RSUD Martapura, satu di Rumah Sakit Islam At Taqwa Gumawang di Belitang, dan enam orang di Rumah Sakit Charitas Belitang. Adapun tiga lainnya dirawat di Rumah Sakit Tentara Dokter Noesmir Baturaja.
Kondisi semua korban dikabarkan berangsur membaik. ”Korban dengan luka-luka cukup parah dan sempat kritis pun sudah sadar, termasuk satu korban yang sudah lanjut usia yang sempat tidak sadar juga sudah bisa memberikan respons,” kata Panca.
Pindah rumah sakit
Kepala Hubungan Masyarakat RSUD Martapura Immala Dewi mengatakan, saat hari kecelakaan, pihaknya menerima satu korban yang meninggal di lokasi kejadian atas nama Nazaruddin Asof. ”Jenazahnya sempat diurus di sini sebelum diantar ke rumah duka di kawasan BK 16, Belitang,” kata Immala.
Pihaknya juga menangani 30 korban luka. Mereka terdiri dari 19 orang luka ringan, delapan luka sedang, dan tiga luka berat. Pasien luka ringan mengalami lecet-lecet di sejumlah bagian tubuh, pasien luka sedang mengalami luka robek tetapi tidak terlalu parah, dan pasien luka berat mengalami luka robek parah.
Korban dengan luka-luka cukup parah dan sempat kritis pun sudah sadar, termasuk satu korban yang sudah lanjut usia yang sempat tidak sadar juga sudah bisa memberikan respons.
Meski demikian, hampir semua pasien luka-luka itu meminta pulang, termasuk yang luka berat. Sebagian besar mereka beralasan ingin dirawat di rumah sakit yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Mereka mayoritas warga Belitang.
Kini, korban yang menjalani perawatan tersisa satu orang, yakni Firman Hakim (29), warga Desa Cahaya Emas, Ogan Komering Ilir (OKI). Dia mengalami luka robek di kening dan keluhan nyeri di dada. Luka robek itu sudah ditangani dengan cara dijahit, sedangkan luka nyeri di dada masih dalam pengawasan.
Firman mengalami luka-luka itu karena berusaha melindungi anaknya sebelum bus yang mereka tumpangi dihantam KA Rajabasa relasi Tanjungkarang, Lampung-Kertapati Palembang, Sumsel. Dia sempat terlempar keluar dari bus tersebut.
”Firman sudah sadar dan kondisinya mulai membaik, tetapi dia masih merasakan nyeri di dada. Kami akan terus pantau keadaannya apakah masih merasakan sesak dan nyeri di dada atau tidak. Kalau semuanya baik, dua-tiga hari lagi, mungkin dia sudah pulih,” ujar Immala.
Immala memastikan semua korban dirawat tanpa mengeluarkan uang pribadi. Itu karena perawatan mereka ditanggung oleh pihak lain, antara lain, PT Jasa Raharja. ”Biasanya perawatan medis untuk korban kecelakaan ditanggung oleh Jasa Raharja,” katanya.
Korban selamat
Manajer Hubungan Masyarakat PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre IV Tanjungkarang Azhar Zaki Assjari saat dihubungi dari Palembang, memastikan semua penumpang dan petugas KA Rajabasa yang mengalami kecelakaan selamat, tidak ada korban meninggal ataupun luka-luka.
”Peristiwa itu terjadi di petak jalan Way Pisang (WAP) dan Martapura (MP) di KM 193+7 pada pukul 13.10. Pelintasan itu merupakan pelintasan yang telah KAI pasangi palang pintu manual yang saat ini dijaga masyarakat sekitar secara swadaya. Tidak ada penumpang KA dan awak kru KA Rajabasa yang menjadi korban jiwa, semuanya selamat,” tutur Zaki.
Adapun tempat kejadian perkara (TKP) berada di Sumsel, tepatnya berjarak 235 kilometer atau lima jam perjalanan darat ke arah barat daya dari Palembang. Namun, pelintasan sebidang di TKP itu berada di bawah pengelolaan KAI Divre IV Tanjungkarang.
Sebelumnya, Kepala Polres OKU Timur Ajun Komisaris Besar Dwi Agung Setyono menjelaskan, bus Putra Sulung itu bertolak dari Belitang menuju Jakarta melalui jalan nontol melewati Lampung. Para penumpangnya campur aduk atau penumpang umum, termasuk kemungkinan ada penumpang yang baru selesai mudik Idul Fitri.
Saat akan melalui pelintasan sebidang di Jalan Pertanian, Desa Kotabaru, Martapura, sekitar pukul 13.00, mesin bus mati. Saat bersamaan, KA Rajabasa relasi Tanjungkarang-Kertapati Palembang sudah dekat. Akhirnya, kecelakaan tidak bisa dihindari.
”Pelintasan sebidang itu sejatinya ada palang, tetapi tidak berfungsi. Karena itu, pelintasan hanya dijaga oleh sejumlah petugas sukarelawan. Saat bus hendak menuju pelintasan, petugas sukarelawan sudah memperingatkan akan ada kereta api yang melintas. Namun, bus sudah telanjur masuk dan mengalami mati mesin di tengah pelintasan,” ujar Agung.